ACT meluncurkan kapal kemanusiaan ke Sulawesi Barat untuk membantu korban bencana alam di sana. | Youtube

Khazanah

ACT Sumsel Kirim 15 Ton Bantuan ke Sulbar dan Kalsel

Donasi yang dihimpun ACT berasal dari kalangan individu, pelaku usaha, instansi maupun perusahaan di 17 kabupaten/kota

 

PALEMBANG — Lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengirimkan 15 ton logistik bantuan dari warga di Sumatera Selatan untuk korban bencana alam di Sulawesi Barat dan Kalimantan Selatan.Bantuan tersebut dikirimkan dari Kota Palembang, Sabtu, menggunakan dua truk menuju pelabuhan di pesisir Sumsel untuk selanjutnya dikirim dengan kapal kemanusiaan ke Sulbar bergabung dengan bantuan logistik dari Bangka Belitung.

"Bantuan ini berisi sembako, 'diapers' (popok) dan air mineral, ada juga bantuan dana tunai senilai yang terkumpul selama satu bulan terakhir," kata Head of Marketing ACT Sumsel Yokohama saat pelepasan.

Menurut dia bantuan yang akan sampai ke Sulbar dalam dua hari tersebut masih termasuk tahap tanggap darurat yang disalurkan untuk memenuhi kebutuhan logistik para korban pasca-bencana.Selanjutnya ACT masih akan menghimpun donasi untuk tahap pemulihan guna membangun hunian bagipara korban gempa di Sulbar.

Donasi yang dikirimkan itu berasal dari kalangan individu, pelaku usaha, instansi maupun perusahaan di 17 kabupaten/kota. Mereka menyerahkan logistik langsung ke kantor cabang ACT Sumsel maupun donasi digital.

Bantuan lanjutan dapat dikirimkan donatur ke kantor Aksi Cepat Tanggap di Jalan Jendral Sudirman KM 3,5 (seberang SMAN 3 Palembang). "ACT Sumsel menyampaikan terima kasih kepada para donatur serta berharap donasi akan berkelanjutan sampai ke tahap pemulihan untuk korban bencana di Sulbar dan Kalsel," kata Yokohama.

Sementara Sekretaris Daerah Kota Palembang Ratu Dewa saat melepas truk logistik mengapresiasi upaya ACT Sumsel menggalang bantuan untuk korban bencana di Kalsel dan Sulbar yang notabene jauh dari wilayah Sumsel."Artinya kita tidak hanya membantu orang-orang di wilayah Sumsel saja namun juga daerah Indonesia lainnya, semoga bisa menjadi contoh untuk aksi-aksi kemanusiaan," katanya.

Sister Family Palestine-Indonesia

Upaya untuk membantu bangsa Palestina yang hidup di bawah garis kemiskinan terus dilakukan oleh sejumlah pihak di Indonesia. Salah satunya, lembaga filantropi Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang meluncurkan program Sister Family Palestine-Indonesia (SFPI).

Senior Manager Global Wakaf Luar Negeri, Andi Nur Faradiba, mengatakan, program ini bertujuan meringankan dan menopang kehidupan ribuan keluarga Palestina di tengah penjajahan dan pengepungan yang dilakukan kaum Zionis. Melalui program ini, keluarga-keluarga Palestina di Jalur Gaza akan menerima paket bantuan pangan, pakaian, perlengkapan masak, dan alas tidur. 

‘’Serta bagi beberapa keluarga tertentu, akan mendapatkan bantuan sewa rumah atau bantuan biaya sekolah," kata Andi saat peluncuran program SFPI, di Jakarta, Jumat (5/2). 

Ia menerangkan, program ini ditargetkan dapat mengumpulkan donasi hingga Rp 500 juta hingga akhir 2021. Ada tiga paket pilihan untuk donatur, yakni pertama, paket perlengkapan sekolah dengan harga Rp 250 ribu. Paket bantuan ini, di antaranya berupa tas, alat tulis, dan biaya transportasi. 

Kedua, paket pangan seharga Rp 560 ribu, berupa beras, garam, gula, minyak, dan daging kalengan, yang akan memenuhi kebutuhan selama dua pekan. Ada pula paket sewa rumah seharga Rp 2,5 juta, yakni bantuan biaya untuk sewa rumah selama satu bulan. 

Atau bagi keluarga yang dapat menjadi donatur untuk satu keluarga, misalnya satu keluarga terdiri atas lima orang, dapat memberikan donasi sebesar Rp 5 juta. Paket ini sudah lengkap untuk kebutuhan satu keluarga dalam satu bulan. 

‘’Selain itu, ACT juga akan membantu keluarga yang terlilit utang, memiliki anak yatim, dan anggota keluarga yang menyandang disabilitas akibat peperangan,’’ kata Andi.

Program SFPI, dia menambahkan, merupakan bagian dari penyambung tali silaturahim antara keluarga donatur dan keluarga yang dibantu. Nantinya, ACT akan membantu agar kedua keluarga dapat terhubung. 

‘’Karena ini akan meningkatkan keterikatan emosional, terutama dengan orang-orang yang dibantu,’’ katanya. 

Lebih lanjut, Andi juga mengatakan, saat ini sebanyak 86 persen penduduk Palestina butuh bantuan sosial. Bahkan, Jalur Gaza saat ini bisa dikatakan tidak layak huni. Sebab, banyak pengeboman terjadi di wilayah itu, banyak pula lahan yang tercemar sehingga tidak dapat digunakan untuk lahan pertanian. 

Kaum muda yang berhasil dalam pendidikan tinggi juga tidak memiliki peluang untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Pada saat yang sama, sebanyak 1,5 juta penduduk menderita rawan pangan. Banyak di antara mereka yang bisa mengakses pangan, tetapi tidak memiliki pakaian untuk musim dingin. Rumah tinggal pun tidak layak huni.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat