Kesebelasan Lazio, salah satu klub sepak bola di Italia. | EPA-EFE/ETTORE FERRARI

Olahraga

Fasisme Sepak Bola, Benito Mussolini, dan Lazio

pekatnya aroma militerisme dalam ideologi sayap kanan membuat Mussolini jatuh cinta kepada Lazio

Terbentang nama Jenderal Franco bersama klub aristokrat Real Madrid, terselip Adolf Hitler di antara Bayern Muenchen dan kecintaannya dengan FC Schalke 04. Namun, dalam konteks olahraga sepak bola nama Benito Mussolino tak boleh dikesampingkan. 

Sang diktator alias 'il Duce' sangat hobi menonton si kulit bundar. Dia bahkan sukses menyatukan rakyat Italia di bawah panji 'fascio' akronim dari paham sepak bola fasis yang dieluhkan oleh Mussolini. Bukti kecintaan Mussolini dalam sepak bola adalah ia berhasil membuat timnas Italia menjuarai Piala Dunia 1934. Di level klub, il Duce secara terbuka mengaku sebagai salah satu pencinta klub sepak bola asal ibu kota, SS Lazio.

"Mussolini kerap menyaksikan laga Lazio di tribun stadion. Ia bahkan membangun stadion baru (Stadio Olimpico) untuk Lazio, menggantikan stadion lama, Stadio del Partito Nazionale Fascista," demikian tulisan Franklin Foer dalam buku Mussolini's Team.

Awal kecintaan Mussolini terhadap 'I Biancoceleste' berawal dari penampilan ciamik 'attacante' Silvio Piola, pencetak gol terbanyak dalam sejarah klub. Naif jika hanya menyoal Piola, terbukti kaum fasis memiliki ketertarikan yang lebih kepada klub yang didirikan pada 1900 karena kekaguman mereka terhadap sang penggagas, yakni perwira militer, Luigi Bigiarelli.

Lazio memiliki ideologi Romawi yang mengacu pada kekuasaan dan kekuatan serupa dengan ide Mussolini. Filosofi lainnya, simbol klub yang bergambar burung elang merupakan representasi dari pasukan Romawi masa silam. Selain itu, pada era kiwari, Komando Militer Teritorial VIII Italia yang berbasis di Roma juga menggunakan lambang elang.

Praktis, pekatnya aroma militerisme dalam ideologi sayap kanan membuat Mussolini jatuh cinta kepada klub peraih dua titel Seri A Italia. Berbanding jauh dari klub rival sekota AS Roma yang sebagian besar telah dimasuki oleh para imigran Jerman dan masyarakat Naples, selatan Italia.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh S.S. Lazio (official_sslazio)

Seri A Italia boleh diakui adalah representasi absurd bahwa timnas yang kuat ternyata juga bisa muncul dari dinamika kompetisi dan politik yang tidak sehat. Empat gelar juara dunia Italia lahir dari absurditas demikian. Bukti awal adalah pertarungan 'bunuh diri' pada final PD 1934 dan 1938, pun dua gelar dunia terakhir 1982, serta 2006 lahir dari berbagai intrik doping pun kasus calciopoli yang membelit.

Akan tetapi, suka atau tidak, harus diakui, Italia dan Mussolini adalah dua kekuatan utama Eropa dalam sejarah sepak bola. Meski tim yang dicinta bukan lahir dari rahim para aristokrat semacam Madrid dan Juventus, Mussolini sangat mengagumi klub berlambang elang tersebut.

Tepat 76 tahun silam sepeninggalan sang diktator, kini aroma fasis kembali tercium di klub milik Claudio Lotito. Sebab, cicitnya Romano Floriani Mussolini resmi menjadi pemain sepak bola di Lazio. Pemuda 18 tahun itu baru saja menembus tim Lazio U-19. Ia bermain sebagai bek kanan. Romano adalah anak Alessandra Mussolini, politisi ternama di Italia sekaligus cucu Mussolini.

Meski marga Mussolini berasal dari garis sang ibu, Romano menjalani hidupnya dengan menggunakan nama tersebut. Alhasil, keberadaan keturunan Mussolini di Lazio kembali membuat para Curva Nord, khususnya ultras Irriducibili yang dikenal sebagai penganut paham sang kakek, bakal kembali tumbuh.

Dalam pernyataannya dengan the Guardian, Rabu (3/2), sang ibu Alessandra tak ingin anaknya disangkutpautkan dengan politik, apalagi paham fasisme. "Saya tidak punya apa-apa untuk dikomentari. Itu adalah sesuatu yang saya lebih suka untuk tidak ikut campur. Putra saya tidak ingin ikut campur dalam kehidupan atau pilihan pribadinya," kata Alessandra kepada kantor media Adnkronos.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat