Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Berpikir Positif

Berpikir positif akan menghasilkan energi positif pula.

Oleh AHMAD AGUS FITRIAWAN

OLEH AHMAD AGUS FITRIAWAN

Di tengah pandemi Covid-19 kita dan semua masyarakat Indonesia senantiasa diminta untuk berpikiran positif sekaligus melakukan protokol kesehatan dengan memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menghindari kerumunan agar kondisi imunnya kuat.

Kita juga harus berpikiran positif bahwa Covid-19 itu ada di seluruh dunia tidak hanya di negara kita dan kita harus meyakini bahwa semua itu pasti ada obatnya. Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya.” (HR Bukhari).

Berpikir positif akan menghasilkan energi positif pula, yaitu energi yang akan menghasilkan pemikiran dan sikap yang baik, bersemangat, optimistis, menemukan kebaikan di balik kesalahan, menemukan anugerah di balik musibah atau ‘berkah tersembunyi’ (blessing in disguise), serta melakukan hal-hal yang benar yang berujung pada terciptanya kebahagiaan.

Berpikir positif dalam Islam dikenal dengan istilah husnudzan (baik sangka), termasuk berbaik sangka kepada Allah SWT. Kunci utamanya adalah zikir, yaitu ingat kepada Allah SWT dengan cara menghadirkan selalu Allah dalam diri, meyakini bahwa Allah Mahatahu yang terbaik buat hamba-Nya, berbaik sangka kepada-Nya dan meyakini bahwa dalam kesulitan pasti ada kemudahan.

Pertama, menghadirkan selalu Allah dalam diri. Allah SWT berfirman, “Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Hadid [57]: 4).

Walaupun singkat, ayat ini seakan memberi pelajaran begitu luas. Ketika kita berbicara, Allah mendengar. Ketika kita diam, Allah melihat. Ketika kita berpikir, Allah mengetahui. Ketika kita sendiri, Allah bersama kita. Ketika kita melaksanakan dan menegakkan kebenaran, Allah akan membela. Ketika kita dizalimi, Allah akan memberi pertolongan. Ketika kita dalam kesulitan, Allah akan memberi kemudahan. Ketika kita dalam kebingungan, Allah akan memberi jalan keluar. Ketika kita bergelimang dosa, Allah membuka pintu tobat seluas-luasnya.

Kedua, meyakini Allah Mahatahu yang terbaik. Allah SWT berfirman: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS al-Baqarah [2]: 216).

Ketiga, berbaik sangka kepada Allah SWT. Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, Nabi SAW bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, 'Aku bergantung persangkaan hamba kepada-Ku. Aku bersamanya kalau dia mengingat-Ku. Kalau dia mengingatku pada dirinya, maka Aku mengingatnya pada diri-Ku. Kalau dia mengingat-Ku di keramaian, maka Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada diri-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Kalau dia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.” (HR Bukhari No 7405 dan Muslim No 2675).

Keempat, meyakini dalam kesulitan pasti ada kemudahan. Allah SWT berfirman: “Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS al-Insyirah [94]: 5-6).

Wallahu a'lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat