Barista meracik kopi di UMKM Taman Coffee di Bengkulu, Jumat, (8/1/2021). Jualan dan branding ternyata keduanya sama sama pentingnya dalam bisnis. | DAVID MUHARMANSYAH/ANTARA FOTO

Opini

Cara Jitu Iklan Minimalis, Jualan Makin Laris

Jualan dan branding ternyata keduanya sama sama pentingnya dalam bisnis.

BARATADEWA SAKTI P, Praktisi Keuangan Keluarga dan Pendamping Bisnis UMKM

Uang dapat dihasilkan melalui banyak cara. Dalam ilmu manajemen kekayaan, uang bisa bersumber dari waris, zakat, infak, sedekah maupun wakaf.

Bila dilihat dari bagaimana cara uang bertambah, sumbernya ada tiga, yaitu karena bekerja kemudian mendapatkan upah, menjalankan bisnis sehingga memperoleh keuntungan, dan menjadi investor di mana uang bekerja dalam sistem bisnis yang menghasilkan uang tambahan (capital gain).

Lalu apa faktor penting agar pundi-pundi kekayaan dapat meningkat dari pekerjaan atau bisnis yang dikelola? Sebagai pekerja atau pengelola bisnis, faktor yang dibutuhkan adalah kepercayaan. Bila Anda perhatikan, apa pun produk bisnis yang sukses terjual di pasaran maupun jenjang karier yang moncer, sebetulnya bersumber dari tingginya kepercayaan yang pada akhirnya memutuskan membeli produk atau jasa yang kita jual.

"Saya adalah pebisnis pemula yang saat ini masih bingung, sebaiknya pilih jualan atau branding dulu ya?"

Pertanyaan sejenis banyak ditemui dalam forum kajian bisnis, diskusi di komunitas bisnis, bahkan kelas keuangan sekalipun. Hal ini karena ujung dari sebuah bisnis adalah money atau free cash, maka tidak mengherankan meski materinya soal manajemen keuangan pribadi atau UMKM, selalu saja ada pertanyaan semacam ini untuk disampaikan.

photo
Pengrajin menyelesaikan pembuatan perabot berbahan rotan di industri rumahan di Jalan Raya Pasar Minggu, Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa (29/9/2020). Jualan dan branding ternyata keduanya sama sama pentingnya dalam bisnis - (Republika/Thoudy Badai)

Apa itu jualan

Mari kita mencari tahu lebih dahulu arti kata “jualan”. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jualan artinya mencari nafkah dengan memperjualkan sesuatu. Bisa dalam bentuk produk maupun jasa.

Penjualan itu tidak mengharuskan adanya tatap muka langsung antara penjual dan pembeli, apalagi di era digital marketing saat ini yang memungkinkan orang untuk transaksi jual beli online. Pada era inilah berjualan menjadi semakin mudah, sehingga banyak produk baru bermunculan dan menyebabkan tingkat persaingan semakin ketat.

Berdasarkan hal tersebut, pelaku bisnis mulai banyak berpikir bagaimana cara agar produknya menjadi pilihan utama konsumen. Banyak upaya agar bisnisnya bertumbuh, hingga akhirnya mereka mulai mengenal dan mempelajari istilah branding.

Sekarang mari kita mulai dari istilah jualan. Hingga saat ini, orang-orang di desa maupun kota besar sekalipun, di pasar tradisional atau pasar komoditas internasional hingga jual beli online, ternyata masih banyak yang jualan tanpa branding terlebih dahulu.

Bila kita perhatikan ketika ke pasar tradisional, banyak pembeli yang tidak mengenal penjualnya. Pembeli hanya paham bahwa di dalam pasar itu ada yang jual wortel, gula pasir, beras, dan berbagai komoditas lain meski tanpa merek sekalipun. 

Ketika harganya cocok, pembeli langsung serahkan uang untuk membayar, kemudian terjadilah serah terima uang dan barang. Meski tak memakai ilmu branding, perputaran uang untuk proses jualan tanpa branding ini juga luar biasa besar omzetnya. Padahal, bila kita perhatikan proses jual-beli di pasar-pasar tradisional, terdapat komoditas seperti gula, beras, minyak curah, garam, daging, hingga buah-buahan yang tak bermerek dan rekam jejak penjualnya juga sama sekali kita tidak ketahui.

Mengapa bisa? Sebab, jualan tanpa branding yang sering kita temui di pasar tradisional hanya ada unsur “need”, tidak ada embel-embel lain. Ketika nilai yang diekspektasikaan pembeli dan penjual ada pada tataran logika, maka penjual dan pembeli hanya akan fokus melihat ke produk dan kemanfaatannya dalam rangka memenuhi kebutuhan si pembeli.

photo
Branding dalam jualan, pilih mana - (Pixabay)

Tentang branding

Jika ternyata ada pembelian berulang, misalnya disebabkan hal-hal berikut: pengalaman pembelian yang menyenangkan, penjual yang sangat ramah dan murah senyum, barangnya berkualitas dan tidak mengecewakan. Hal yang membuat pembeli mau kembali ke penjual tersebut, maka ini artinya terdapat unsur branding dalam kegiatan jual beli pedagang. 

Proses jual beli memang akan lebih mudah ketika pembeli telah memiliki pengetahuan terhadap brand image atau citra positif atas produk yang dijual berdasarkan pengalaman. Pengalaman mendapatkan manfaat dari produk yang dibeli, pengalaman berinteraksi dengan penjual, dan bahkan pengalaman ketika pembeli menemui kendala terhadap barang atau jasa yang dibeli.

Kemudian akan muncul tolok ukur tentang seberapa besar perhatian atau pelayanan purna jual sang penjual kepada pembelinya. Citra positif yang menancap kuat di benak pembeli inilah yang akan memperkuat emosi sehingga muncul persepsi yang baik terhadap produk yang dijual.

Pertanyaannya adalah bagaimana jika  pembeli belum memiliki pengalaman ditambah modal yang minimalis sang penjual untuk dialokasikan menjadi iklan guna menguatkan branding image atau citra positif atas suatu produk?

photo
Baratadewa Sakti Perdana, praktisi keuangan keluarga dan pendamping bisnis UMKM - (Istimewa)

Ada banyak alasan ketika seseorang memutuskan membeli sesuatu. Bisa karena harga lebih murah, kualitas lebih baik, akses lebih mudah, pilihan lebih banyak, atau teknik pemasaran lebih persuasif. 

Namun biasanya ketika pembeli ragu memilih menggunakan logika, maka pembeli akan masuk pada pertimbangan lain, yaitu menggunakan unsur emosi. Bila demikian, maka penjualan yang terjadi sudah bukan murni karena faktor logika lagi. 

Tujuan branding adalah mendapatkan kepercayaan. Sedangkan kepercayaan itu amat dekat untuk menentukan emosi, dan emosi menjadi faktor penentu memudahkan terjadinya jualan.

 
Tujuan branding adalah mendapatkan kepercayaan. Sedangkan kepercayaan itu amat dekat untuk menentukan emosi, dan emosi menjadi faktor penentu memudahkan terjadinya jualan.
 
 

Maka agar kepercayaan pasar naik, dibutuhkan ilmu branding. Bisa branding diri untuk bisnis jasa, begitu pula branding untuk suatu produk agar pasar bisa menerima dan tertarik membeli produk kita.

Lalu apakah mudah untuk branding? Bila kita memperhatikan merek produk yang sangat terkenal seperti Apple iPhone, Google, atau Wardah, branding produk mereka pun tidak dibangun dalam 1-2 tahun. Ketika sudah terbangun brand yang baik, mereka tetap “menjaga” brand tersebut agar tetap menjadi pilihan utama bagi pasar.

Itulah sedikit deskripsi tentang apa itu branding beserta tujuannya. Maka dikarenakan mewujudkan citra positif terhadap suatu produk butuh waktu yang tidak sebentar. Para pelaku usaha yang masuk kategori pemula dengan modal terbatas, biasanya akan memprioritaskan jualan lebih dulu.

Mereka lebih dulu fokus pada penjualan untuk memperoleh cash guna dapat menghidupi kebutuhan dasar diri dan keluarganya selain untuk menambah modal bisnis.

photo
Cara jitu jualan laris manis, iklan minimalis - (Pixabay)

Pilih jualan atau branding dulu?

Berdasarkan penjelasan mengenai istilah jualan dan branding tersebut, dapat disimpulkan ternyata keduanya sama sama pentingnya dalam bisnis. Jualan harus dilakukan agar dapat segera mendapatkan cash, sedangkan branding dibutuhkan guna membuat produk kita menjadi satu-satunya brand yang diinginkan pasar. Kelak diharapkan terjadi pembelian berulang dengan angka pertumbuhan bisnis yang tinggi bahkan sangat tinggi tanpa banyak investasi marketing yang besar dan terus-menerus.

Namun karena proses branding butuh waktu tidak sebentar, sedangkan perut butuh segera asupan karbohidrat, diperlukan “cara khusus” untuk menghasilkan uang dari bisnis dengan cepat dan mudah tanpa harus memperhatikan branding. Kunci sukses agar bisa jualan dengan tingkat kesulitan yang rendah, yaitu pembeli di pasar alami dari masing-masing pelaku bisnis.

Mengapa bisa demikian? Sebab, pasar alami terwujud oleh adanya hubungan emosional lebih tinggi karena sudah terbentuk dalam jangka waktu jauh lebih lama dibandingkan pembeli dari pasar non-alami.

 
Pasar alami terwujud oleh adanya hubungan emosional lebih tinggi karena sudah terbentuk dalam jangka waktu jauh lebih lama dibandingkan pembeli dari pasar non-alami.
 
 

Siapa pembeli alami? Yaitu mereka yang secara alamiah sudah terbiasa menerima kita dalam kurun waktu lama entah karena hubungan persaudaraan atau pertemanan. Siapa saja? Yaitu orang-orang yang berada di lingkungan terdekat kita. Bisa kerabat, teman bermain, tetangga, teman sekolah, teman komunitas, dan lainnya.

Mengapa orang-orang terdekat memiliki tingkat peluang keberhasilan penjualan lebih tinggi? Hal ini karena orang terdekat sudah paham brand image atau citra positif tentang siapa diri penjual.

Mereka mengenal diri penjual bukan karena satu atau dua bulan bertemu, sehingga ketika penjual melakukan penawaran kepada pasar alaminya, sesungguhnya ia telah melompati berbagai tahap branding. J ika ia lakukan penawaran kepada orang-orang yang tidak memiliki kedekatan hubungan emosional, tentu akan butuh waktu lebih lama, biaya yang tinggi, serta tahapan lebih panjang. 

photo
Jejaring relasi - (Istimewa/Baratadewa Sakti P)

Kesimpulan

Kesempatan untuk dapat menjalankan bisnis melalui jalur orang-orang terdekat bagi penjual dapat dipilih menjadi strategi utama, sembari terus menaikkan integritas dan kapabilitas skill bisnis yang kelak akan memperbesar jejaring dan pasar yang dituju.

Maka untuk dapat mewujudkan strategi ini, diperlukan langkah-langkah dalam menyusun jejaring usaha dengan urutan prioritas berikut:

1. Identifikasi nama pada jejaring relasi di kalangan keluarga, yaitu saudara dan tetangga.

2. Identifikasi nama pada jejaring relasi di kalangan teman, yaitu teman sekolah, teman hobi, guru, dan dosen.

3. Identifikasi nama pada jejaring relasi di kalangan kenalan, yaitu kolega dan koneksi profesional.

4. Identifikasi nama pada jejaring relasi di kalangan komunitas, yaitu komunitas profesi, komunitas pengajian, dan komunitas alumni sekolah.

5. Identifikasi nama pada jejaring relasi di kalangan orang lain yang masih ada hubungan pertemanan dengan selain empat golongan yang telah tersebut sebelumnya.

6. Usahakan daftar identifikasi nama pada setiap kalangan di jejaring relasi yang memiliki hubungan paling dekat, diisi dengan jumlah sebanyak mungkin atau paling sedikit 10 nama.

7. Selain menawarkan produk kepada jejaring relasi yang dimulai dari hubungan paling dekat, mintalah kepada mereka agar bisa memberikan saran, kontak, serta informasi yang bermanfaat sehingga rencana aksi bisnis yang telah disusun sebelumnya dapat tercapai.

Sampai di sini sudah mulai terlihat makin jelas bagaimana seseorang pebisnis pemula bisa mulai beraksi sehingga bisa jualan sambil memperkuat branding diri sekaligus produknya dengan lebih mudah bukan?

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat