Francis Ford Coppola | Youtube

Geni

Inspirasi dari Francis Coppola

Ada masa Francis Coppola sangat miskin, bahkan harus rela menyantap menu pasta yang sama setiap hari untuk berhemat.

Sineas Francis Ford Coppola telah membuat sejumlah film fenomenal selama beberapa dekade kariernya. Film Apocalypse Now, The Outsiders, Bram Stoker's Dracula, serta trilogi The Godfather banyak menuai apresiasi dan terus terkenang.

Menurut Francis, membuat film tidak sekadar mengumpulkan pundi-pundi uang dan mengeruk keuntungan. Dia selalu menganggap kesempatan membuat film adalah peluang untuk mempelajari perfilman serta mengeksplorasi ide. 

"Penting bagi saya membuat banyak film berbeda dan mencoba gaya berlainan," ujar Francis saat menjadi narasumber di program Mola Living Live besutan Mola TV, Jumat (22/1) petang. Acara tersebut dipandu Dino Patti Djalal dan Rayya Makarim.

Karya-karya Francis punya gaya yang jauh bertentangan. Saat menjajal sesuatu untuk pertama kalinya, dia terkadang tidak tahu apa yang harus dilakukan. Menurut Francis, itu malah bagus karena menantang dirinya untuk menemukan solusi.

Dia belajar dari rekan sineasnya, Elia Kazan, yang menyebut bahwa sutradara harus mengetahui seluk-beluk dari topik yang hendak dia wujudkan menjadi karya audio visual. Baca buku sebanyak-banyaknya dan lakukan riset sedalam-dalamnya.

 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Francis Ford Coppola (francisfordcoppola_)

Saat ini, Francis sedang menggarap film Megalopolis yang plotnya dia tulis selama bertahun-tahun. Dia menggambarkan Megalopolis sebagai sinema futuristik tentang masa depan yang indah, positif, dan visioner. "Semoga saya bisa mewujudkan film impian saya," kata pria 81 tahun itu.

Francis punya teknik khusus memilih pemeran untuk filmnya bersama tim casting. Dia mengibaratkan intuisi memilih pemeran seperti saat datang ke sebuah pesta. Setelah pulang dari pesta meriah, keesokan harinya pasti ada sosok tamu yang terkenang.

Menurut Francis, alasannya tidak cuma penampilan menarik atau wajah yang rupawan, tetapi ada kualitas dari kepribadian orang tersebut membekas pada ingatan. Teknik serupa dia terapkan pada proses seleksi pemeran.

Saat aktor datang dan pergi, ada sosok yang terkenang karena dia punya kualitas tertentu yang Francis sukai. "Itu indikator yang baik bahwa mereka akan punya efek yang sama bagi audiens," ujar Francis.

Dia menganggap pandangan bahwa sutradara membesarkan nama aktor kurang tepat. Menurut dia, para aktorlah yang menunjukkan penampilan dan akting yang hebat. Sutradara hanya berusaha membuat aktor merasa nyaman menunjukkan kemampuan terbaik.

Francis mencontohkan, Marlon Brando, yang disebutnya sebagai aktor jenius. Pemeran Don Vito Corleone dalam film The Godfather itu selalu mendetail saat menanyakan seluk-beluk peran yang didapat, serta gemar menjajal banyak eksperimen.

Sementara itu, aktor Al Pacino yang memerankan Michael Corleone di The Godfather disebut Francis sangat cerdas dan berbakat. Pacino senang berdiskusi, tapi menerjemahkan sendiri konsep dan dialog dalam akting yang hendak dia ekspresikan. 

Masing-masing aktor punya kelebihan. Ada yang aktingnya maksimal saat pengambilan gambar pertama atau kedua, ada pula yang butuh puluhan kali. "Beberapa aktor akan terus melanjutkan adegan sampai benar-benar 'klik' bagi mereka," kata Francis.

 
Beberapa aktor akan terus melanjutkan adegan sampai benar-benar 'klik' bagi mereka.
 
 

Peraih dua penghargaan Palme d’Or tersebut punya pesan untuk para pembuat film generasi muda di seluruh dunia. Dia menyarankan agar mereka tidak berfokus pada kesuksesan, ketenaran, atau keuntungan, tapi pada karya seni berupa film yang dibuat.

Seseorang hendaklah membuat karya yang personal karena dirinya hanya ada satu di dunia. "Jika Anda seniman dan tidak ada satu pun orang seperti Anda, membuat film dengan personal akan menghasilkan karya yang unik," ujarnya.

Francis menyemangati agar tidak mudah putus asa karena dia pun mengalami jatuh bangun masuk ke industri perfilman. Dia memberanikan diri ke Hollywood tanpa ada satu pun kawan dan koneksi, memutar kreativitas untuk bertahan.

Ada masa ketika Francis sangat miskin, bahkan harus rela menyantap menu pasta yang sama setiap hari untuk berhemat. "Saya bekerja sangat keras, saya tidak pernah peduli hambatan apa pun. Saya hanya menginginkan kesempatan," kata dia.

 
Saya bekerja sangat keras, saya tidak pernah peduli hambatan apa pun. Saya hanya menginginkan kesempatan.
 
 

Pria yang mengantongi lima Piala Oscar itu menyebut, dunia saat ini sedang gemar-gemarnya membuat film, termasuk anak muda. Francis senang selalu ada regenerasi sineas dalam dunia film dengan perubahan industri yang terus melaju.

Beberapa anggota keluarga Francis juga mengikuti jejaknya menjadi sutradara. Putrinya, Sofia Coppola, termasuk sineas perempuan jempolan dengan karya-karya unik seperti The Virgin Suicides, Lost in Translation, dan Marie Antoinette.

Ada juga putra Francis, Roman Coppola, cucunya Gia Coppola, serta keponakannya, Nicolas Cage. Mereka semua menghadirkan warna berbeda dalam industri perfilman. Karya mereka disebut Francis menarik dengan cara masing-masing.

Francis tidak tahu karya seperti apa yang nanti akan dibuat cicit dan keturunan penerusnya, tapi dia yakin akan indah dan tidak terbayangkan. "Sineas sekarang banyak membuat film yang menarik, personal, unik, dan tidak biasa," kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat