Anggota TNI melintas di depan gambar maket lokasi pembangunan Rumah Sakit Lapangan (Rumkitlap) TNI, di Benteng Vastenburg, Solo, Jawa Tengah, Jumat (15/1). | ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

Nasional

Partisipasi Masyarakat Hadapi Pandemi Perlu Ditingkatkan

Masyarakat adalah garda terdepan dalam menghadapi pandemi.

JAKARTA – Epidemiolog dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono mengatakan, masyarakat adalah garda terdepan dalam menghadapi pandemi. Memperbesar keterlibatan masyarakat dalam melawan Covid-19 diyakini akan mampu menekan angka penularan dalam mengendalikan wabah.

"Yang paling penting, partisipasi masyarakat perlu ditingkatkan. Masyarakat itu garda terdepan,” kata Pandu dalam webinar bertajuk "Demokrasi di Masa Pandemi", Jumat (15/1).

Menurut Pandu, pencegahan Covid-19 tidak cukup hanya mengandalkan vaksin. Vaksin bukan merupakan solusi jangka pendek. Vaksin membutuhkan waktu yang lama sampai penyakit itu betul-betul hilang. Dia mencontohkan, vaksin polio yang dilakukan sejak 1950-an, penyakitnya hilang butuh waktu yang lama.

Pandu khawatir dengan anggapan bahwa setelah vaksin datang penyakit Covid-19 akan hilang dan kehidupan kembali semula. Pencegahan Covid-19 harus berlapis-lapis, tidak hanya mengandalkan vaksin. Protokol kesehatan (prokes) seperti memakai masker dan mencuci tangan harus menjadi tanggung jawab masing-masing individu agar pandemi ini tidak berkepanjangan.

Menurut dia, saat ini pemerintah harus memperkuat pencegahan primer. Pencegahan primer yakni melakukan testing, pelacakan, dan perawatan. Hal ini penting agar persebaran Covid-19 bisa lebih dikendalikan.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, saat ini vaksin tetap sangat dibutuhkan. Sebab, vaksin bisa mencegah penularan penyakit. Selain itu, vaksin juga bisa menimbulkan kekebalan kelompok.

“Dimana sekitar 70-80 persen masyarakat kebal terhadap penyakit itu, sehingga mereka bisa melindungi orang-orang yang tidak bisa divaksinasi,” kata Amin.

Amn menjelaskan, saat ini gejala Covid-19 semakin tidak khas. Awalnya, para ahli hanya berbicara mengenai gejala seperti demam, batuk, dan sesak napas. Saat ini, gejala Covid-19 bermacam-macam, mulai dari kelelahan, nyeri otot, hingga tidak bisa mencium bau.

Bahkan, lanjut Amin, bagi banyak orang yang terjangkit Covid-19 tidak memiliki gejala sama sekali. Tanpa sadar, orang tersebut telah menularkan penyakit ke orang-orang yang melakukan kontak dengannya.

photo
Petugas merapikan tempat tidur untuk pasien Covid-19 berstatus orang tanpa gejala (OTG), di Stadion Patriot Chandrabhaga, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (15/1). - (ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah)

Di sisi lain, Amin mengatakan, masyarakat diarahkan agar juga bisa memelihara ekonomi agar tetap berjalan. “Jadi, kita dituntut untuk tetap produktif, tapi harus tetap aman. Untuk menghadapi ini, satu-satunya yang diharapkan kita bisa meningkatkan kekebalan masyarakat,” kata dia.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rusli Abdullah mengatakan, ke depannya pemerintah harus melakukan investasi bencana. Hal ini penting agar bencana-bencana besar yang mungkin terjadi di masa depan bisa teratasi.

Ia menjelaskan, salah satu bentuk investasi bencana adalah menjaga kesehatan masyarakat sejak awal. “Kalau seandainya ada pandemi, bagaimana kita menguatkan masyarakat kita secara imun. Bagaimana mengurangi masyarakat kita yang terkena penyakit komorbid,” kata dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat