Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Harga Sebuah Kedengkian

Walhasil, iman tak akan menyatu dengan dengki pada hati seorang muslim.

Oleh HASAN BASRI TANJUNG

 

OLEH HASAN BASRI TANJUNG

Dikisahkan, seorang kaya membeli budak dan memperlakukannya dengan baik. Pakaian bagus dan makanan bergizi selalu dipenuhi. Dikemudian hari, sang majikan hendak membebaskan dan memberinya modal untuk menjalani kehidupan sendiri.

Suatu saat, sang majikan bertanya, “Tahukah engkau mengapa diperlakukan sebaik ini?" Budak menjawab, “Tidak tahu tuan.”

“Aku punya satu permintaan. Jika bisa memenuhi, engkau akan menerima imbalan yang banyak. Tetapi jika menolak, aku sangat kecewa”. “Saya akan memenuhi apa yang tuan inginkan,” kata si budak.

“Engkau harus berjanji tidak menolaknya,” desak majikan. “Saya berjanji akan melakukan yang tuan kehendaki,” jawabnya. Lalu, majikan berkata, “Aku minta engkau membunuhku pada waktu dan tempat yang ditentukan.”

“Bagaimana mungkin saya melakukannya?“ kata si budak terperangah. “Itulah yang aku inginkan,” kata majikannya.

Tiba masanya, tepat di tengah malam yang hening, sang majikan memberi sebilah pisau dan sekantung uang. Mereka memanjat atap rumah tetangganya. Si budak bertanya, “Kenapa tuan melakukan ini?”

Ia menjawab, “Aku sangat benci dan lebih baik mati daripada melihatnya. Sejak lama kami bersaing, tapi ia lebih maju dalam segala hal. Aku ingin ia dipenjara atas pembunuhan ini. Semua orang akan menuduhnya dan dihukum selamanya.” Seakan tak percaya, budak itu berkata, “Tuan tampak seperti orang bodoh dan pantas mendapat kematian ini.” Lalu, ia pun memenuhi janji lalu pergi meninggalkannya.

Keesokan hari, khalayak gempar mendengar kejadian tersebut. Sebab tidak ada saksi mata, maka penegak hukum menangkap tetangganya dan dihukum penjara. Meskipun tak seorang pun percaya jika ia yang melakukan. Setelah berlalu waktu yang lama, hati nurani si budak itu pun tergugah.

Lalu, mengakui dan menceritakan peristiwa yang sebenarnya. Akhirnya, ia dan tetangga yang menanggung derita itu pun dibebaskan. Kisah ini disarikan dari buku “Manusia Sempurna” karya Murtadha Mutahhari, 1993.

Kisah tragis tersebut mengajarkan tentang harga yang sangat mahal dari sebuah kedengkian. Ia bukan hanya menghancurkan diri sendiri, tetapi juga orang lain yang tak bersalah. Bagi pendengki, tidak perlu alasan yang benar untuk berbuat kezaliman, sebab hatinya telah dipenuhi dendam membara.

Allah SWT menuntun kita berdoa, "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman..."(QS al-Hasyar[59}: 10). Begitu pula, kita mohon perlindungan dari keburukan orang yang dengki (QS al-Falaq [113]: 5).

Muhammad al-Gazali dalam buku “Akhlak Seorang Muslim” menjelaskan, dengki adalah perasaan tidak senang terhadap orang yang mendapat nikmat. Sebaliknya, merasa senang melihat orang kehilangan nikmat tersebut. Artinya, kita susah melihat orang lain senang dan senang melihat orang lain susah. Nabi SAW bersabda, “Dengki akan memakan kebaikan seperti api membakar kayu” (HR Ibnu Majah).

Walhasil, iman tak akan menyatu dengan dengki pada hati seorang Muslim. Untuk itu, mujahadah (upaya batiniyah maksimal) membersihkan diri dari segala penyakit hati mesti dilakukan terus-menerus. Wallahu a’lam bish-shawab.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat