Sejumlah karyawan di lingkungan Kementerian Agama mengikuti tes PCR di Gedung Kementerian Agama, Jakarta, Senin (4/1). | Republika/Thoudy Badai

Tajuk

Siasat Menghadapi Tengah Bulan 

Kita akan melihat pilihan kebijakan mana yang akan diambil pemerintah pusat dan daerah, yang menunjukkan kepedulian mereka dalam pencegahan meluasnya pagebluk ini.

Pagebluk Covid-19 ini jauh dari tuntas. Karena itu, sikap kewaspadaan dan menaati protokol kesehatan tetap harus kita lakukan. Tanpa bosan. Bisa jadi, seperti yang dipercaya para pakar bahwa publik mulai jenuh dengan situasi ini.

Menjaga jarak mulai kendor, masker tak lagi selalu digunakan, mencuci tangan kadang-kadang. Padahal realitasnya, Covid-19 masih menular dengan amat cepat di Indonesia. Situasinya malah jauh lebih parah saat ini.

Dengan sikap menerima bahwa pagebluk ini belum juga mereda, malah terus bertambah parah maka ke depan ini, kita harus amat berhati-hati. Mengapa? Jawabannya tentu saja setelah masa libur akhir tahun dua pekan lalu. Sangat banyak warga yang tidak menaati imbauan pemerintah untuk berdiam diri di rumah saja, tidak merayakan pergantian tahun dengan pelesir. 

Kalau kita ambil data di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) saja, pada libur kemarin, pihak pengelolaan jalan bebas hambatan mengatakan, sudah 300 ribu mobil lebih yang kembali masuk Jabodetabek. Belum kalau kita kalikan tiga atau empat penumpang per mobil, kita akan mendapati jumlah warga yang berlalu lalang mencapai lebih dari sejuta orang.

 
Potensi penularan Covid-19 di antara orang yang berlibur itu bukan main besarnya. Fakta ini sudah terlihat dari tiga masa libur panjang sebelumnya. 
NAMA TOKOH
 

Potensi penularan Covid-19 di antara orang yang berlibur itu bukan main besarnya. Fakta ini sudah terlihat dari tiga masa libur panjang sebelumnya. Usai libur panjang menyisakan laju penularan Covid-19 yang makin dahsyat, makin cepat, makin parah. Tidak bisa ditandingi oleh kesiapan fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan, yang kini sudah terengah-engah di beberapa kota besar. 

Kita hanya tinggal menunggu waktu, dua pekan, dari sekarang untuk melihat, apakah badai kasus harian Covid-19 akan menghantam lagi. Pertama-tama yang harus waspada adalah pemerintah provinsi, pemerintah kota, dan pemerintah kabupaten. Kita berharap, pemerintah daerah justru tidak mengendorkan kebijakan pencegahan Covid-19.

Tetap melakukan tes cepat massal, tes antigen, dan tes usap kepada warganya, terutama kepada warga yang baru pulang bepergian dari luar kota. Justru saat saat ini adalah waktu terpenting untuk melakukan tes deteksi Covid-19 guna mencegah meluasnya infeksi.

Kedua, kita juga mengajak pemda untuk menginstruksikan ke perkantoran di wilayahnya agar selalu waspada. Bila perkantoran mengikuti aturan pemda, di setiap perkantoran seharusnya sudah terbentuk satuan tugas untuk sosialisasi Covid-19 ataupun penanganan cepat kepada karyawan.

Terutama kepada karyawan yang mendadak tidak enak badan, demam, batuk, flu, untuk tidak masuk kantor. Apalagi, bila ternyata, rekam jejaknya memperlihatkan ia sebelumnya berlibur ke luar kota. 

Kemudian ketiga, kesiapan ini kemudian harusnya diikuti dengan kebijakan tes cepat, tes antigen, dan tes usap lagi kepada karyawannya. Disusul melakukan penelusuran kontak kepada karyawan yang terinfeksi. Dengan demikian diketahui, sejauh mana penularan berimbas dan bisa diambil tindakan menanggulangi.

 
Inilah waktu waktu krusial, selain memikirkan proses vaksinasi, yang masuk ke tahap pengiriman vaksin. 
 
 

Masalahnya adalah: Apakah hal ini yang akan dilakukan pemda ataupun perkantoran? Seharusnya dilakukan. Inilah pencegahan yang dibutuhkan untuk mencegat pagebluk bertambah luas dua pekan lagi. Bagaimana bila tidak?

Di sini, kita berharap, pemerintah pusat dan satuan tugas penanganan Covid-19 bertindak, masuk memberi arahan, menginstruksikan perlunya dan pentingnya melakukan tes ulang dan penelusuran ulang.

Namun, bagaimana bila pemerintah pusat dan pemerintah daerah memilih untuk mengabaikan tes ulang dan telusur ulang ini? Tentu saja ini adalah pilihan kebijakan. Tapi, kita bisa menyatakan itu pilihan kebijakan yang buruk. Baik pusat maupun daerah sama-sama tahu imbas dari abai atau lalainya mereka melakukan tes ulang itu adalah warga, yang jadi korban dua pekan ke depan. 

Inilah waktu waktu krusial, selain memikirkan proses vaksinasi, yang masuk ke tahap pengiriman vaksin. Kita akan melihat pilihan kebijakan mana yang akan diambil pemerintah pusat dan daerah, yang menunjukkan kepedulian mereka dalam pencegahan meluasnya pagebluk ini. Segera melakukan tes ulang dan telusur kontak kepada warga, atau membiarkannya, seolah tidak akan terjadi apa-apa dua pekan lagi. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat