Seorang pemandu wisata berdiri di dalam makam di Madain Saleh, al-Ula, Arab Saudi, 2019 lalu. | Stephen Kalin/Reuters

Kisah Mancanegara

Hegra, Situs Arkelogis Tersembunyi di Saudi

Wilayah Hegra disebut lokasi terjadinya kisah Nabi Saleh AS.

OLEH KAMRAN DIKARMA

Mungkin belum banyak masyarakat mengetahui bahwa Arab Saudi memiliki situs arkeologis eksotis bernama Hegra alias al-Hijr dalam bahasa setempat. Selama hampir dua ribu tahun, situs yang berada di kota al-Ula itu nyaris tak terjamah. 

Kini, untuk pertama kalinya Saudi membuka situs tersebut untuk wisatawan. Saat ini Saudi memang tengah berupaya memperoleh pendapatan alternatif selain dari industri minyak. 

Keberadaan Hegra pun tentu dapat mengangkat sektor pariwisata negara tersebut. Sebagian besar daya tarik Hegra terletak pada kenyataan bahwa ia hampir tak diketahui orang luar. Padahal Hegra sangat mirip dengan situs Petra yang berada di Ma'an, Yordania. 

Bebatuan besar seukuran bangunan dipahat dengan gaya arsitektur yang khas. Pada masa silam, Hegra disebut merupakan pusat perdagangan internasional yang sibuk. Warga Saudi lebih kerap menyebut lokasi itu dengan nama Madain Saleh.

photo
Penampakan gunung-gunung batu raksasa di al-Ula, Arab Saudi, Selasa (11/9). Rasulullah sempat memimpin 30 ribu pasukan melintasi wilayah tersebut dalam ekspedisi menghalau kekuatan Bizantium di Tabuk. - (Fitriyan Zamzami/Republika)

Kendati demikian, hingga kini belum diketahui secara pasti siapa yang bertanggung jawab atas keberadaan Hegra. "Untuk turis yang pergi ke Hegra, Anda perlu tahu lebih banyak daripada melihat makam serta prasasti dan kemudian pergi tanpa mengetahui siapa yang membuatnya dan kapan," kata David Graf, seorang arkeolog dari University of Miami, dikutip laman Smithsonian Magazine, Ahad (20/12). 

Dia menilai, Hegra akan menjadi lebih menarik jika pengunjungnya memiliki keingintahuan intelektual. "Siapa yang menghasilkan makam ini? Siapakah orang yang menciptakan Hegra? Dari mana asalnya? Berapa lama mereka di sini? Memiliki konteks Hegra sangatlah penting," ujarnya. 

Namun yang jelas, Hegra adalah kota kedua kerajaan Nabataean. Kota pertamanya adalah Petra. Suku Nabataean bisa dibilang salah satu peradaban paling misterius dan menarik yang belum pernah didengar banyak orang sebelumnya. 

Mereka dikenal sebagai pengembara yang tinggal di gurun dan kemudian berubah menjadi pedagang ahli. Suku Nabataean pun mengendalikan rute perdagangan dupa dan rempah-rempah melalui Arab dan Yordania ke Mediterania, Mesir, Suriah, serta Mesopotamia. 

Merica wangi, akar jahe, gula, dan kapas adalah barang-barang yang biasa dibawa suku Nabataean di karavan mereka. Karavan ditarik oleh unta. 

photo
Kondisi perumahan kuno di al-Ula, Arab Saudi. - (Fitriyan Zamzami/Republika)

Suku Nabataean juga dikenal luas menjadi pemasok aromatik, seperti kemenyan dan mur, yang sangat dihargai dalam upacara keagamaan. "Alasan mengapa mereka (suku Nabataean-Red) muncul dan menjadi baru dalam sumber kuno adalah karena mereka menjadi kaya. Saat Anda menjadi kaya, Anda menjadi terlihat," kata co-director Hegra Archeological Project Laila Nehmé. 

Suku Nabataean menjadi makmur sejak abad keempat sebelum Masehi. Kesejahteraan dan kemapanan mereka nikmati hingga abad kesatu Masehi. Pada masa itu Kekaisaran Romawi mencaplok serta mengambil alih sebagian besar tanah mereka yang mencakup Yordania modern, Semenanjung Sinai, dan sebagian Arab Saudi, Israel, Suriah. 

Lambat laun, identitas Nabataean hilang seluruhnya. Tantangan untuk mengenal Nabataean adalah bahwa mereka hanya meninggalkan sedikit sejarah tangan pertama. Sebagian besar data tentang suku Nabataean berasal dari dokumen orang luar, yaitu  Yunani, Romawi, dan Mesir kuno. 

Dengan popularitas Petra yang luar biasa saat ini, sulit membayangkan bahwa belum ada yang mengetahui banyak tentang pembuatnya.

Republika sempat mengunjungi wilayah tersebut pada 2018 lalu. Berkendara dari Madinah menuju utara ke wilayah al-Ula adalah makanan sedap untuk mata. Lanskap-lanskap berganti dengan dramatis. Mulai dari gedung-gedung modern yang perlahan digantikan rumah-rumah tua, kemudian padang tandus yang dibatasi jejeran bukit kerikil dan batu cadas.

photo
Makam kuno Madain Saleh. - (EPA)

Sesekali oasis dan kebun-kebun kurma dan anggur serta delima memberi jeda warna hijau pada bentangan alam yang gersang tanpa penghuni. Kian ke utara waktu seperti berjalan kian mundur. Tak ada lagi bangunan dan manusia di bentangan alam yang mengapit jalan raya.

Bebatuan kuno yang menjulang tinggi seperti muncul tiba-tiba dari padang pasir. Merah bata dengan tepian-tepian tegak lurus dan halus seperti dipahat waktu. Garis-garis lapisan di sisinya memberi petunjuk soal usia bebatuan raksasa yang sudah ada saat bumi masih muda usia. Badai pasir tak jarang terjadi di sepanjang jalur tersebut.

Pada 630 Masehi, tahun ke-9 setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah diriwayatkan memimpin sekira 30.000 pasukan perang melintasi jalur tersebut. Pasukan sedemikian besar dengan 10 ribu pasukan penunggang dan 20 ribu berjalan kaki disiapkan guna menghadang pasukan Romawi Bizantium yang kabarnya bakal menyerang Arabia ternasuk komunitas Muslim di Madinah.

Kendati demikian, Rasulullah tercatat melarang pasukannya meminum air dan memakan biji gandum dari wilayah tersebut. Hal ini berkaitan dengan kisah terdahulu soal adzab yang ditimpakan pada kaum Tsamud yang mendurhakai Nabi Saleh di wilayah itu.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat