Sejumlah petugas menyortir barang pesanan konsumen di Warehouse JD ID, Marunda, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (11/12). Belanja daring diharapkan bisa ikut membantu pemulihan ekonomi. | Fakhri Hermansyah/ANTARA FOTO

Kabar Utama

Bank Dunia: Ekonomi RI Mulai Pulih, tapi Belum Merata

Laju pemulihan tidak merata di berbagai sektor, terutama sektor dengan intensitas kontak yang tinggi.

JAKARTA -- Bank Dunia menilai ekonomi Indonesia perlahan pulih setelah sebagian aktivitas ekonomi domestik dan global dibuka kembali. Namun, laju pemulihan tidak merata di berbagai sektor, terutama sektor dengan intensitas kontak yang tinggi.

Pelaksana Tugas Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia Ralph van Doorn menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai membaik dengan kontraksi yang mengecil dari minus 5,3 persen pada kuartal kedua (yoy) menjadi minus 3,5 persen pada kuartal ketiga (yoy). 

Pemulihan terutama diakibatkan perbaikan konsumsi secara parsial, termasuk peningkatan belanja publik yang signifikan, investasi, dan ekspor. "Tapi laju pemulihan ekonomi RI belum merata," kata dia kata dalam peluncuran Indonesia Economic Prospects (IEP) December 2020, Kamis (17/12). 

Pekerjaan yang sulit dilakukan dari jarak jauh, seperti konstruksi dan manufaktur, mengalami dampak sangat keras. Baru sebagian kecil di antara sektor itu yang menunjukkan pemulihan.

Ia mengatakan, sektor-sektor yang lebih sedikit intensitas kontaknya, seperti keuangan, pendidikan, telekomunikasi, dan informasi lebih mampu bertahan. Sementara, sektor-sektor yang terekspos dengan permintaan asing, seperti manufaktur dan pertambangan, sedikit terbantu oleh pemulihan perdagangan global dan peningkatan sebagian harga komoditas dari tingkat terendahnya pada pertengahan 2020.

Doorn mengingatkan, tingkat penularan Covid-19 yang masih tinggi di Indonesia dapat memperlambat laju pemulihan ekonomi tahun ini dan tahun depan. Dalam laporan IEP Desember 2020, Bank Dunia memproyeksikan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi 2,5 persen pada 2020 dan tumbuh positif 3,1 persen pada 2021.

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan proyeksi yang dikeluarkan Bank Dunia pada September, yakni minus 1,6 persen pada 2020 dan tumbuh positif 4,7 persen pada 2020. "Ini akibat diperketatnya pembatasan mobilitas di Indonesia dan melemahnya pertumbuhan dan harga-harga komoditas di tingkat global," ujar Doorn.

Dalam skenario yang sangat moderat, Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh negatif 2,2 persen pada 2020, tetapi lebih rendah dibandingkan perkiraan tiga bulan lalu. Sementara itu, ekonomi pada 2020 diperkirakan mampu terakselerasi ke level 4,4 persen.

Pertumbuhan tahun depan secara umum didorong oleh pemulihan konsumsi swasta. Perkiraan ini juga mengasumsikan, kepercayaan konsumen yang meningkat dan pendapatan rumah tangga membaik akibat pasar tenaga kerja yang lebih baik dan memadainya bantuan sosial.

Dengan adanya dorongan konsumsi dan investasi yang lebih kuat, pertumbuhan akan menguat 4,8 persen pada 2022 seiring peningkatan kepercayaan. Syaratnya, vaksinasi berjalan dengan efektif, aman, dan tersedia bagi sebagian besar populasi.

Namun, jika penyebaran virus belum dapat diperbaiki signifikan, ekonomi hanya akan tumbuh 3,8 persen. Skenario buruk terjadi di tengah pengetatan mobilitas dan pembatasan sosial yang diberlakukan di Indonesia.

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia, Satu Kahkonen, menegaskan, kesehatan publik menjadi salah satu kunci utama agar ekonomi Indonesia bisa cepat pulih. "Kemampuan untuk melakukan pengetesan dan pelacakan menjadi penting di tengah pandemi," ujarnya.

Satu juga menekankan pentingnya mendorong masyarakat untuk mau melakukan vaksinasi. Sebab, pemberian vaksin akan membantu menekan penyebaran virus Covid-19 yang berimbas terhadap aktivitas perekonomian. "Agar Indonesia bisa membuka kembali perekonomiannya, langkah kesehatan publik harus dipastikan," tuturnya.

Ia menyebutkan, sama seperti banyak negara lain di dunia, Indonesia juga mengalami resesi. Meski harapan masih ada pada masa mendatang, tantangan untuk menciptakan pemulihan berkelanjutan kemungkinan besar terus terjadi.

Selain kesehatan publik, pemerintah juga harus memastikan pemenuhan kebutuhan industri dalam negeri, khususnya beberapa sektor yang masih berada dalam situasi kontraksi. "Pengangguran dan setengah pengangguran kini mencatatkan jumlah yang lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi," katanya.

photo
Perkembangan pengangguran di Indonesia, 5 November 2020 - (BPS.go.id)

Proyeksi BI 

Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2020 akan berada di zona negatif. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, pertumbuhan ekonomi diproyeksi positif pada kuartal IV, tetapi minus untuk keseluruhan tahun.

Perry menyatakan, proyeksi tersebut dibuat setelah melihat data-data terkini hingga November, mulai dari penjualan ritel, investasi, ekspor, hingga berbagai data lain sistem transaksi pembayaran. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan positif mulai kuartal IV dan pada kisaran minus 1 sampai minus 2 persen untuk keseluruhan tahun," kata Perry.

Perry menyampaikan, perbaikan pertumbuhan ekonomi domestik diprakirakan terus berlangsung secara bertahap dan akan meningkat pada 2021. Perkembangan tersebut terindikasi pada berlanjutnya kinerja positif sejumlah indikator.

Di antaranya peningkatan mobilitas masyarakat di beberapa daerah, berlanjutnya perbaikan PMI manufaktur, dan menguatnya keyakinan serta ekspektasi konsumen terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja, dan kegiatan usaha.

"Ke depan, vaksinasi dan disiplin dalam penerapan protokol Covid-19 merupakan kondisi prasyarat bagi proses pemulihan ekonomi nasional," ujarnya.

Prospek perekonomian domestik yang membaik tersebut juga didukung oleh berbagai langkah kebijakan. Beberapa kebijakan itu adalah mendorong pembukaan sektor-sektor produktif dan aman secara nasional ataupun di masing-masing daerah, akselerasi stimulus fiskal, hingga penyaluran kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran.

Selain itu, ekonomi dapat terus pulih dengan berlanjutnya stimulus moneter dan makroprudensial, percepatan digitalisasi ekonomi dan keuangan, khususnya terkait pengembangan UMKM. "Untuk tahun 2021, BI perkirakan pertumbuhan ekonomi berada pada kisaran 4,8-5,8 persen," kata Perry. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat