DIbangun sejak abad ke-16 lalu, Masjid Aladza menampilkan ciri khas bangunan Turki Utsmaniyah. | DOK WIKIPEDIA

Arsitektur

Masjid Aladza, Jejak Sejarah Utsmani di Bosnia

Dinasti Utsmaniyah berhasil menaklukkan Bosnia dan Herzegovina pada 1481.

OLEH HASANUL RIZQA

 

Bosnia-Herzegovina merupakan sebuah negara di Benua Eropa dengan populasi Muslim yang cukup signifikan. Menurut sensus nasional pada 2013, kira-kira separuh penduduk setempat merupakan pemeluk Islam. Sisanya menganut Kristen Ortodoks, Katolik, dan lain-lain.

Islam datang ke negeri tersebut khususnya sejak abad ke-15. Pada waktu itu, Kesultanan Turki Utsmaniyah memperluas wilayah kekuasaannya hingga ke Semenanjung Balkan. Schuman dalam Nations in Transition: Bosnia and Herzegovina (2004) mengatakan, Dinasti Utsmaniyah berhasil menaklukkan Bosnia dan Herzegovina pada 1481.

Utsmaniyah terus menguasainya hingga akhir abad ke-19. Setelah itu, negeri seluas 51 kilometer (km) persegi tersebut menjadi bagian dari federasi Yugoslavia hingga deklarasi kemerdekaannya pada 1 Maret 1992. Kini, Bosnia-Herzegovina merupakan sebuah negara berdaulat.

Berbagai peninggalan Utsmaniyah masih bertahan hingga saat ini. Salah satunya adalah Masjid Aladza yang berlokasi di Distrik Foca, sekitar 78 km arah tenggara Sarajevo. Nama lainnya ialah Sarena Dzamija atau 'Masjid Warna-warni'. Disebut demikian karena penampilannya yang dipenuhi berbagai ornamen khas kebudayaan setempat.

photo
Masjid Aladza terletak di Distrik Foca, sekitar 78 km arah tenggara Sarajevo, ibu kota Bosnia-Herzegovina. - (DOK EPA Fehim Demir)

Riwayat Masjid Aladza bermula sejak pertengahan abad ke-16. Sultan Suleiman I al-Qanuni merestui pembangunan masjid tersebut, khususnya sebagai fasilitas bagi masyarakat Bosnia.

Pada 1549, Konstantinople (Istanbul) mengutus Hasan Nezir selaku pengawas proyek itu. Hasan menginginkan agar cetak biru masjid tersebut terinspirasi dari sahabatnya yang juga seorang arsitek ulung, Mimar Sinan.

Keinginan itu disanggupi arsitek setempat, Ramadan-aga. Sebelumnya, Ramadan telah merancang banyak bangunan dengan corak khas kebudayaan Persia. Tahun demi tahun, masjid yang dicita-citakan akhirnya terwujud. Sejak 1550, Masjid Aladza dibuka untuk umum. Nama aladza dalam bahasa lokal berarti 'warna-warni'.

photo
Nama masjid ini, Aladza, dalam bahasa lokal berarti warna-warni. - (DOK WIKIPEDIA)

Masjid tersebut terus digunakan umat Islam sebagai sentra kegiatan keagamaan, sosial, dan pendidikan. Bangunan berkubah tunggal itu dapat bertahan melewati berbagai masa transisi kekuasaan.

Ketika Bosnia menjadi bagian dari Yugoslavia, Masjid Aladza termasuk situs bersejarah yang dilindungi hukum. Bahkan, kompleks tempat ibadah itu tetap tegak berdiri pada waktu Perang Dunia I dan II berkecamuk.

Situasinya berubah drastis ketika Pertempuran Bosnia pecah. Pada 1992, seluruh masjid di Foca diratakan dengan tanah. Masjid Aladza pun tak luput dari kekejian itu. Pelakunya adalah gerombolan pasukan Republik Srpska yang memang menginginkan kehancuran Bosnia saat itu.

Pada 1995, perang tersebut akhirnya usai. Bangsa Bosnia-Herzegovina kemudian mulai membangun kembali negaranya agar keluar dari situasi krisis multidimensi. Sementara itu, Masjid Aladza di Foca terabaikan. Dalam kurun 22 tahun lamanya, puing-puing bangunan tersebut dibiarkan begitu saja.

photo
Masjid Aladza pernah mengalami kehancuran total akibat diserang dalam Perang Bosnia pada 1992 silam. Namun, beberapa tahun belakangan upaya renovasi dilakukan. Kini, tempat ibadah itu dapat kembali difungsikan. - (DOK EPA Fehim Demir)

Barulah pada 2010-an, muncul wacana untuk membangun kembali masjid tersebut sesuai bentuk aslinya. Rencana tersebut mulai dieksekusi antara tahun 2014 dan 2018. Dalam hal ini, pemerintah Bosnia-Herzegovina didukung secara moral dan finansial oleh Turki. Sejak 4 Mei 2019, bangunan yang terletak di tepian Sungai Drina itu kembali dibuka untuk umum.

Penampilan Masjid Aladza disebut-sebut menyerupai beberapa masjid bersejarah lainnya, seperti Masjid Ali Pasha di Sarajevo atau Masjid Sinan Beg di Cajnice. Sebab, corak arsitekturnya begitu kental akan nuansa kebudayaan Utsmaniyah pada era klasik.

photo
Renovasi Masjid Aladza pada 2014-2018 dilakukan dengan dukungan organisasi amal dari Turki. - (DOK WIKIPEDIA)

Denah kompleks tersebut memiliki luas sekitar 11x11 meter persegi. Pada bagian atasnya, terdapat kubah dengan garis tengah sepanjang 11 meter. Kubah besar setinggi 19 meter itu diletakkan pada sebuah elemen konstruksi yang berbentuk oktagonal.

Lima buah jendela terpasang pada tiga sisi bangunan ini. Pada bagian serambi, terdapat naungan yang disangga empat pilar. Keempatnya terbuat dari marmer dan saling terhubung dengan lengkungan kubah yang agak runcing. Bagian depan Masjid Aladza memamerkan berbagai ornamen motif-motif geometris dan floral.

Sekilas, penampilannya mengindikasikan adanya budaya Persia karena hiasan itu memang jamak ditemukan pada masjid-masjid besar di Iran. Akan tetapi, detail motif yang ada menunjukkan kekhasan budaya Bosnia.

photo
Bagian interior Masjid Aladza. Tampak langit-langit ruangan utama menampilkan ornamen kaligrafi sekaligus motif floral khas Bosnia. - (DOK EPA Fehim Demir)

Bersisian dengan kubah utama pada masjid itu, ada sebuah menara yang cukup menjulang. Tingginya mencapai 36 meter. Bentuknya jelas menampilkan corak khas menara-menara Turki, yang lancip bagaikan sebuah pensil raksasa.

Elemen budaya Utsmaniyah juga terlihat jelas pada bagian interior Masjid Aladza, semisal langit-langit, mimbar, hingga mihrabnya. Dapat dikatakan, rehabilitasi yang dilakukan selama empat tahun baru-baru ini cukup berhasil dalam menghadirkan Aladza seperti mulanya dahulu.

Agak berbeda dengan situasi pada era Utsmaniyah silam, penduduk Muslim Foca kini berkurang drastis. Sebelum Perang Bosnia melanda, ada lebih dari 40 ribu orang Islam di sana. Belakangan ini, jumlah mereka tak lebih dari seribu jiwa. Karena itu, geliat syiar Islam di distrik tersebut tidak sebesar dahulu. Bagaimanapun, komunitas Muslim setempat tidak pernah patah arang.

Pembangunan kembali Masjid Aladza adalah sebuah petanda baik. Dengan begitu, umat Islam dapat semakin menunjukkan kontribusinya dalam memajukan Foca dan Bosnia-Herzegovina pada umumnya. Adanya masjid tersebut memang tidak hanya untuk sekadar bernostalgia, tetapi sebagai cara untuk meraih masa depan yang diidam-idamkan komunitas Muslim setempat.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat