Pengunjuk rasa membawa bebek karet dalam unjuk rasa menentang monarki di Bangkok, pekan lalu. | EPA-EFE/NARONG SANGNAK

Kisah Mancanegara

Kala Kerajaan Dianggap tak Lagi Relevan

Istana Kerajaan pun tidak memberikan komentar sejak protes dimulai pada Juli.

OLEH FERGI NADIRA

Diluar salah satu pusat perbelanjaan di Bangkok, ribuan pengunjuk rasa siswa menyemut meneriakkan reformasi monarki. Uniknya, beberapa pendemo mengenakan kostum dinosaurus yang dianggap melambangkan rezim pemerintah Thailand saat ini.

"Kami mewakili meteroit yang menghancurkan dinosaurus hingga punah," ujar pemimpin siswa sekolah menengah Atas (SMA) Benjamaporn Nivas (15 tahun).

Seperti dilansir laman Guardian, beberapa orang pendemo berkostum dinosaurus nampak berdiri rapuh di siang hari nan panas. Simbol dinosaurus yang dipilih para pelajar Thailand ini, memang terkesan lucu, namun pesannya jelas yakni para remaja di Negeri Gajah Putih kini menginginkan perubahan.

Sebelumnya, Benjamaporn dan pemimpin aksi demo siswa lain dari kelompok Bad Student telah dipanggil untuk dakwaan atas protes yang mereka lakukan. Namun polisi mengatakan demonstrasi pada Sabtu (21/11), tetap dapat dilanjutkan.

Salah satu tagar yang digunakan oleh kelompok Bad Student pada Sabtu lalu, diterjemahkan sebagai #ByeByeDinosaurs. Pengunjuk rasa yang berkostum dinosaurus diarak mengikuti lagu tema Royal News, yang ditayangkan di televisi Thailand setiap malam.

Meski demikian, Benjamaporn mengatakan para siswa tetap waspada soal referensi tentang monarki. Hal itu merujuk setelah para aktivis mengutip komentar Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha tentang penggunaan semua undang-undang terhadap pengunjuk rasa yang melanggar demonstrasi.

Penggunaan undang-undang itu dinilai sebagai kemungkinan dimulainya kembali penuntutan di bawah undang-undang yang melarang penghinaan terhadap monarki. Para pengunjuk rasa ini dianggap telah melanggar tabu lama dengan kritik terbuka terhadap monarki.

Di Thailand, gelombang protes sejak Juli lalu terus bergulir. Berbagai protes tersebut, berkisar pada tiga tuntutan utama rakyat. Pertama, pencopotan mantan pemimpin junta Prayuth Chan-ocha sebagai perdana menteri, kedua konstitusi baru, dan ketiga reformasi monarki Raja Maha Vajiralongkorn.

Namun demikian, para siswa sekolah menengah juga mencari kebebasan yang lebih besar dan perlakuan yang lebih adil dalam sistem pendidikan yang menurut mereka kuno dan terutama ditujukan untuk menanamkan kepatuhan. Banyak siswa yang juga berbicara tentang pentingnya kesetaraan gender.

"Saya pernah dilecehkan secara seksual oleh guru. Sekolah bukanlah tempat yang aman," tulis sebuah plakat yang dipegang oleh seorang siswa yang duduk berseragam dengan mulut ditutup sebagai protes.

Selain itu, para siswa juga menuntut perubahan kurikulum. Para siswa mengatakan, mereka menginginkan ruang untuk kebebasan berpikir, dan kurikulum yang memungkinkan penafsiran berbeda tentang masa lalu Thailand.

"Sejarah selalu menyebutkan sisi baik Thailand, mengubah cerita, membingkai orang lain, mengagumi seseorang di langit," kata seorang pembicara pada demo kemarin, mengacu pada raja.

Silabus pendidikan saat ini pun dianggap terlalu mengagung-agungkan peran keluarga kerajaan. Tetapi hanya mencakup sedikit episode yang lebih sensitif dalam sejarah Thailand, termasuk pembantaian mahasiswa universitas pro-demokrasi di tahun 1970-an. "Kerajaan harus ada dalam kurikulum, tapi itu harus menjadi kebenaran," kata salah seorang pengunjuk rasa yang berusia 15 tahun.

photo
Seorang demonstran berpose di antara bebek karet saat menggelar aksi protes mengusung reformasi monarki di kawasan distrik perbelanjaan di Ratchaprasong, di Bangkok, Thailand, 18 November 2020 - (EPA-EFE/DIEGO AZUBEL)

Juru bicara pemerintah Anucha Burapachaisri mengatakan, Perdana Menteri Thailand berharap pengunjuk rasa akan menggunakan kebebasan mereka secara konstruktif dan sesuai hukum. Prayuth, seperti diketahui telah menolak permintaan pengunjuk rasa untuk mengundurkan diri.

Dia juga menolak tuduhan rekayasa pada pemilu tahun lalu untuk mempertahankan kekuasaan yang pertama kali direbutnya dari pemerintahan terpilih pada 2014.

Senada, Istana Kerajaan pun tidak memberikan komentar sejak protes dimulai pada Juli. Saat ditanya tentang para pengunjuk rasa awal bulan ini, raja berkata "kami mencintai mereka semua sama" dan menggambarkan Thailand sebagai "tanah kompromi". 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat