Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (tengah) memberikan keterangan pers. (Ilustrasi) | ANTARA FOTO

Ekonomi

BI Optimistis Aliran Modal Tetap Masuk

Gubernur BI meminta perbankan menurunkan suku bunga kredit.

 

JAKARTA -- Bank Indonesia optimistis aliran modal asing akan terus masuk ke pasar keuangan domestik dan lebih besar lagi pada 2021. Optimisme tersebut tetap dipegang BI meski suku bunga acuan BI 7 Days Reverse Repo Rate diturunkan menjadi 3,75 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi dan likuiditas global, aliran modal asing kembali masuk ke dalam negeri.

"Kami memandang kondisi ini akan positif mendorong inflow ke emerging market, termasuk Indonesia," kata Perry dalam konferensi pers mengenai hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis (19/11).

Tercatat pada periode Oktober hingga 16 November 2020, investasi portofolio masuk atau nett inflow sebesar 3,68 miliar dolar AS. Perry mengatakan aliran modal ini akan masuk lebih besar pada 2021 dibandingkan 2020.

Aliran modal tersebut akan memperkuat stabilitas eksternal dan nilai tukar rupiah. Secara umum, ketidakpastian pasar keuangan global telah menurun didorong oleh ekspektasi positif terhadap prospek perekonomian global, meredanya ketidakpastian pemilu AS, serta perkembangan vaksin.

Mulai membaiknya portofolio aliran modal asing membawa efek positif pada nilai tukar rupiah yang terus menguat. Perry mengatakan, nilai tukar rupiah pada 18 November menguat 3,94 persen (point to point/ptp) dibandingkan level Oktober 2020. Perkembangan ini melanjutkan penguatan pada bulan sebelumnya sebesar 1,74 persen (ptp) atau 0,67 persen secara rerata dibandingkan level September 2020.

Perry juga meminta perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit seiring penurunan suku bunga acuan. Dalam satu tahun terakhir, BI telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 1,25 persen poin.

Pada Oktober 2020, suku bunga deposito telah turun dari 5,18 persen menjadi 4,93 persen. Sementara, pada September 2020, suku bunga modal kerja turun dari 9,44 persen menjadi 9,38 persen. Perry mengakui penurunan suku bunga acuan tidak sepenuhnya tertransmisi langsung ke suku bunga perbankan.

"Ingat, suku bunga kredit itu dipengaruhi oleh khususnya tiga faktor, cost of fund, biaya administrasi, dan mengenai premi risiko kredit," katanya.

photo
Pegawai Mandiri Syariah melayani nasabah di Digital Branch Plaza Mandiri, Jakarta, Jumat (2/10). - (Hafidz Mubarak A/ANTARA FOTO)

Perry mengatakan, biaya dana atau cost of fund sudah turun karena penurunan suku bunga. Meski demikian, belum bisa berimbas menyeluruh karena faktor kinerja perbankan, seperti biaya administrasi yang naik dengan adanya Covid-19. Menurutnya, meningkatnya digitalisasi bank bisa menurunkan faktor tersebut.

Perry mengatakan, suku bunga kredit belum turun utamanya karena persepsi risiko. Risiko kredit karena menurunnya aktivitas ekonomi membuat bank lebih hati-hati dan meningkatkan kebutuhan pencadangan terhadap risiko kredit, laba, dan lainnya.

Meski begitu, dari sisi moneter, BI menegaskan komitmen untuk menyediakan likuiditas perbankan dengan berbagai bauran kebijakan. Sehingga, bank longgar secara likuiditas agar menurunkan suku bunga kredit dan menggeliatkan ekonomi.

"Kami dengan tidak segan mengharapkan perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit sehingga itu bisa mendorong pemulihan ekonomi," katanya.

photo
Foto udara perumahan di kaki Gunung Geulis, Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Jumat (16/10). - (ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi)

Perbankan dinilai masih lambat mentransmisi suku bunga acuan BI. Peneliti Indef Bhima Yudhistira Adhinegara menyampaikan, butuh waktu untuk transmisi ke penurunan bunga kredit perbankan.

"Karena saat ini bank sangat berhati-hati dalam menurunkan bunga di saat risiko masih tinggi," katanya.

Bank juga menahan penurunan bunga kredit yang lebih besar untuk persiapan lonjakan kredit macet setelah restrukturisasi berakhir. Sehingga, menurut Bhima, upaya BI menurunkan lagi suku bunga acuan cukup perlu karena diharap dapat membuat laju bunga simpanan lebih rendah.

Hal itu diharapkan berdampak pada berpindahnya dana deposan di perbankan ke investasi secara riil. Selama pandemi kelas menengah ke atas cenderung memperbanyak tabungan. Bunga rendah artinya disinsentif bagi deposan untuk berlama-lama memarkir dana di bank.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat