Asma Nadia | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Ketika Rasulullah SAW Dihina

Ada ibrah berharga dari pengalaman hidup Rasulullah menghadapi hinaan.

Oleh ASMA NADIA

OLEH ASMA NADIA

Apa yang harus kita lakukan ketika Rasulullah yang tercinta dihina? Pilihan terbaik adalah melihat bagaimana Rasulullah bersikap ketika dihina. Karena beliau adalah sebaik-baik manusia, sebenar-benarnya teladan.

Dalam sebuah peristiwa, serombongan Yahudi mengunjungi Nabi Muhammad SAW dan mengucapkan, "Kecelakaan bagimu (Muhammad)."  Aisyah, yang berada di sisi beliau langsung membalas, "Kecelakaan dan laknat Allah bagi kalian."

Mendengar balasan istrinya, Rasulullah justru menjawab, "Tenang saja wahai Aisyah, sesungguhnya Allah menyukai kasih sayang dalam setiap hal."

Di kisah lain, seorang pengemis buta Yahudi, selalu berseru di sudut Kota Madinah, "Jangan pernah engkau dekati Muhammad. Dia itu orang gila, pembohong, dan tukang sihir." Lantas, apa yang dilakukan Rasulullah terhadap pengemis yang terus-terusan menghinanya?

Aisyah RA memberikan penjelasan menyentuh terkait ini, "Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang sering duduk di sana." Kebiasaan itu terus dilakukan hingga Rasulullah wafat.

 
Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang sering duduk di sana.
 
 

Baru, setelah beliau SAW berpulang, orang tua buta yang penghinaannya dibalas kelembutan dan sikap kasih sayang, mengetahui, selama ini Muhammad SAW yang dia nistakanlah yang tidak hanya memberikan makanan, tetapi juga menyuapi dengan sikap lembut luar biasa.

Sebenarnya, bukan hanya hinaan, kaum Muslimin pada awal perjuangan juga mengalami perlakuan buruk, mulai disakiti, disiksa, hingga dibunuh. Ammar bin Yasir RA dan kedua orang tuanya diseret di bawah terik matahari dan melalui siksaan hebat.

Ayahnya meninggal dunia akibat penyiksaan dan ibunya, Sumayyah ditusuk dari arah bagian bawah tubuhnya dengan tombak dan meninggal seketika. Utsman bin 'Affan RA dibalut gulungan tikar yang terbuat dari daun-daun kurma, kemudian diasapi dari bawahnya. 

Mush'ab bin 'Umair RA dibiarkan kelaparan oleh ibunya, hingga pemuda yang ketampanannya selalu membuat gadis-gadis Makkah sontak membuka jendela setiap pemuda itu melintas, kulitnya menjadi bersisik.

Shuhaib bin Sinan ar-Rumy RA disiksa hingga kehilangan ingatan dan tidak memahami apa yang dibicarakannya sendiri.

Bilal bin Rabbah. Pundaknya diikat tali dan diseret keliling Makkah oleh serombongan anak kecil hingga ikatan tali itu membekas di pundaknya. Penyiksaan dengan pukulan tongkat adalah keseharian. Sering, dia dijerang di bawah sengatan matahari.

Terparah, pernah dibiarkan berbaring di atas kerikil panas masih ditambah batu besar yang ditindihkan di dadanya.

Khabbab bin al-Aratt RA, rambutnya dijambak dengan keras, lehernya mereka hentakkan dengan kasar, sebelum melemparkannya ke dalam api yang membara. Jasadnya kemudian mereka tarik sehingga api itu terpadamkan oleh lemak yang meleleh dari punggungnya.

Penyiksaan di Makkah membuat Rasulullah mencari tempat lain untuk berdakwah. Sang Kekasih Allah lalu melakukan perjalanan dakwah ke Tha'if, yang berjarak 60 mil dari Kota Makkah. Perjalanan ini dilakukan tak lama setelah wafatnya istri tercinta, Khadijah RA serta sang paman sekaligus pelindung utama beliau, Abu Thalib.

Ditemani  Zaid bin Haritsah, Rasulullah melakukan perjalanan ke Thaif tanpa menunggangi unta. Beliau berjalan kaki untuk menghindari kecurigaan kafir Quraisy. Berhari-hari dalam perjalanan yang melelahkan, Rasulullah dan Zaid akhirnya tiba di Thaif.

Rasulullah menyampaikan dakwahnya di Tha'if selama 15 malam. Setiap bertemu warga, beliau mengenalkan Islam dan mengajak warga untuk mentauhidkan Allah. Namun, apa yang disampaikan Rasulullah ternyata mendapat penolakan keras dari penduduk Thaif.

Tidak hanya menolak, mereka mengusir Rasulullah keluar dari Thaif. Tidak berhenti di sana, penduduk Thaif juga melempari Nabi dengan batu hingga kakinya terluka. Ketika Zaid bin Haritsah berusaha melindungi, kepala sang sahabat turut terluka akibat lemparan batu.

 
Penduduk Thaif juga melempari Nabi dengan batu hingga kakinya terluka.
 
 

Pembelaan Allah SWT kepada utusan-Nya, muncul melalui kehadiran Malaikat Jibril yang menyampaikan kabar, bila beliau SAW mau, Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung untuk menimpakan dua gunung kepada penduduk Tha'if.

Dan bagaimanakah manusia termulia itu meresponsnya? Beliau menolak, masih dengan sebersit harapan, siapa tahu suatu hari kelak, Allah akan mengeluarkan seseorang yang mengucapkan (kalimat) 'la ilaha illallah' dari sana.

Selamanya, beliau SAW adalah contoh terbaik. Jejak sabar, penyantun, pemaaf, dan kelembutan beliau, masih teramat menghangatkan hati meski belasan telah abad berlalu.

 
Jejak sabar, penyantun, pemaaf, dan kelembutan beliau, masih teramat menghangatkan hati meski belasan telah abad berlalu.
 
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat