Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Ekspresi Cinta kepada Nabi SAW

Sepatutnya kita merenung ulang ekspresi cinta kita kepada Nabi SAW.

Oleh HASAN BASRI TANJUNG

 

OLEH HASAN BASRI TANJUNG

Pekan lalu, seorang pemuda kelahiran Chechnya bernama Abdullah Anzorov tengah diliputi kemarahan. Ia sangat tersinggung atas penghinaan terhadap Nabi yang dicintainya.

Lalu, ia nekat membunuh seorang guru Samuel Paty di Confans-Sainte-Honorine Paris yang telah membawa karikatur Nabi Muhammad SAW sebagai bentuk kebebasan berekspresi. Tak berselang lama, ia pun tewas ditembak polisi (Republika, 17/10/2020).  

Kejadian tersebut membuat gusar pemerintah dan masyarakat Prancis, sehingga menutup Masjid Agung de Pantin Paris dan mengintimidasi komunitas Muslim. Kecaman pun mengalir dari beberapa negara.

Namun, di sisi lain, muncul pula boikot dan protes terhadap arogansi Presiden Prancis yang mendukung kartun Nabi SAW tersebut. Bagaimana semestinya mengekspresikan cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW?

Sejatinya, penghinaan dan ancaman sudah sering terjadi, baik semasa hidup maupun setelah wafatnya. Dahulu, setelah tiga tahun berdakwah secara sembunyi, Beliau menaiki Bukit Shafa dengan gagah, lalu berkata, “Aku memperingatkan kamu semua bahwa di hadapanku (di akhirat) ada siksa yang amat pedih.”

Kemudian Abu Lahab (paman beliau) langsung menjawab, “Tabban laka saairal yaumi, alihadzaa jama’tana?” (Binasalah engkau sepanjang hari! Apakah untuk menyampaikan ini engkau mengumpulkan kami?).

Peristiwa ini pula yang melatari turunnya surah al-Lahab ayat 1-5 (M Quraish Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW, halaman 343).

Berbagai penghinaan terhadap pribadi maupun agama Islam terus terjadi sampai masa kini. Namun, beliau tetap terhormat, sebab Allah SWT yang telah memuliakannya. “Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS al-Qalam [68]: 4).

Tentu saja, kita tidak menerima dan tak boleh membiarkan penghinaan terhadap Nabi SAW. Namun, membela kehormatannya mesti dengan meneladan akhlaknya yang mulia. Sebab, beliau diutus ke muka bumi untuk memperbaiki akhlak manusia (HR Ahmad).  

Salman al-Audah dalam buku Inilah Rasulullah SAW, menukil riwayat dari Aisyah RA yang menceritakan, “Beliau bukanlah orang yang suka berbuat atau berkata keji, tidak pula berteriak-teriak di pasar, dan juga tidak membalas keburukan dengan keburukan. Namun beliau memaafkan dan berlapang dada.” (HR Ahmad). Kemuliaan akhlak itu pula yang menjadikannya teladan bagi umat manusia (QS al-Ahzab [33]: 21).

Seiring peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada 12 Rabiul Awal 1442 H, sepatutnya kita merenung ulang ekspresi cinta kita kepada Nabi SAW. Setidaknya ada empat cara mengekspresikannya yakni;

Pertama, memperbanyak shalawat dalam setiap keadaan (QS al-Ahzab [33]: 56). Kedua, mendawamkan sunah harian seperti shalat tahajud, puasa, dhuha, dan sedekah (QS Ali Imran [3]: 31).

Ketiga, mendakwahkan ajaranya kepada umat manusia, terutama mereka yang belum mendapat hidayah Ilahi (QS an-Nahl [16]: 125). Keempat, menceritakan sejarah kehidupannya (sirah) dan membela dengan cara yang elegan (QS al-Fath [48]: 29). 

Walhasil, ekspresi cintai kepada Nabi SAW akan berbeda pada setiap orang. Namun, tidak sepatutnya dengan cara yang menyalahi kemuliaan akhlaknya. Semoga kita mendapatkan syafaatnya kelak aamiin. Allahumma sholli wa sallim wa baarik alaih. Allahu a’lam bish-shawab.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat