Jusuf Kalla (kelima kiri) berbincang dengan salah seorang Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor KH Hasan Abdullah Sahal (keempat kiri) saat melakukan kunjungan kerja di Pondok Modern Gontor Ponorogo, Jawa Timur, sebelum pandemi Covid-19. | SISWOWIDODO/ANTARA FOTO

Kabar Utama

Badan Wakaf Tetapkan Struktur Pimpinan Gontor 2020-2025

Penetapan KH Akrim Mariyat dan Prof KH Amal Fathullah mendampingi KH Hasan merupakan keputusan Sidang Badan Wakaf Gontor.

 

JAKARTA — Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor menetapkan KH Akrim Mariyat dan Prof KH Amal Fathullah Zarkasyi mendampingi KH Hasan Abdullah Sahal sebagai pimpinan 2020-2025. Keputusan ini merupakan hasil sidang Badan Wakaf yang diselenggarakan pada Kamis 22 Oktober 2020.

Ketetapan itu tertulis dalam surat keputusan Badan Wakaf nomor 6 tahun 2020 yang bersifat luar biasa. Pertimbangan ketetapan ini adalah wafatnya dua orang pimpinan, yaitu KH Syamsul Hadi Abdan pada Ramadhan lalu dan KH Abdullah Syukri pada Rabu 21 Oktober 2020. 

Hilangnya dua tokoh sentral di pondok yang didirikan sejak 1926 itu dinilai mempengaruhi dinamika pondok dan kinerja pimpinan. 

Ketetapan ini bermula dari usulan belasan anggota Badan Wakaf yang bersidang sehari setelah Kiai Abdullah Syukri wafat. Di antara yang hadir adalah cucu KH Zainudin Fananie yang juga politisi PPP Prof Dr Husnan Bey Fananie, Dr Ahmad Hidayatullah Zarkasyi, tiga orang pimpinan di atas, dan lainnya.

Tahun 2020 merupakan waktu duka bagi Gontor, sebab dua orang pimpinannya berpulang. Sebelum menyalatkan jenazah Kiai Syukri, Kiai Hasan Abdullah Sahal meluapkan kesedihannya. “Saya ditinggal sendiri,” ungkapnya menyeka air mata yang membasahi pipi.

Kiai Hasan adalah teman Kiai Abdullah Syukri ketika belajar di Al-Azhar Mesir. Beberapa foto hitam putih menampakkan keduanya yang mengenakan peci dan sarung khas mahasiswa Indonesia. Dalam foto itu, tampak usia mereka antara 20-30 tahun. “Saya tahu kekuatan dan kelemahan Kiai Syukri. Begitu juga Kiai Syukri tahu kelemahan dan kekuatan saya,” ujar Kiai Hasan. 

Suasana lantai atas masjid berlantai hijau yang menampung ribuan santri itu hening. Sebagian jamaah bahkan ikut menangis hanyut dalam kesedihan Kiai Hasan dan keluarga Kiai Syukri. Setelah itu jenazah dishalatkan dan dimakamkan di Kompleks Pemakaman Keluarga KH R Sulaiman Jamaludin di sebelah Gedung Satelit, sebelah timur masjid Gontor.

Profil KH Akrim Mariyat

KH Akrim Mariyat adalah guru senior di Gontor. Santri dan alumni Gontor mengenalnya sebagai guru Bahasa Inggris (reading) dengan metode Berlitz. Ketika dipimpin generasi pertama (KH Imam Zarkasyi dan KH Ahmad Sahal), Gontor menggalakkan kaderisasi melalui pendidikan. 

Pada era 70-80-an, Gontor mengirim Kiai Akrim untuk meneruskan pendidikan tinggi di Manchester University. Di sanalah dia mendapatkan gelar diploma pendidikan orang dewasa (diploma adult education).

Ketika itu Inggris sudah 20 tahunan dipimpin Ratu Elizabeth II yang meneruskan kepemimpinan ayahnya, Raja George VI (mangkat pada 1952). Selama di sana, Kiai Akrim tinggal bersama orang tua angkat yang merupakan warga asli Inggris. Karena itu Kiai Akrim fasih berbahasa Inggris.

Berdasarkan penelusuran Republika, Kiai Akrim dikenal sebagai guru senior yang nasihatnya menjadi rujukan dan dihormati seluruh guru yang ada di Gontor. Dia juga menjadi penyeimbang dan penengah di saat ada perbedaan pendapat dalam rapat dan diskusi di pondok yang usianya saat ini mencapai 94 tahun tersebut, lebih tua dari usia Indonesia.

Selama mengabdikan diri di Pondok Gontor, Kiai Akrim sangat dikenal jutaan alumni pondok tersebut. Sebabnya, dia pernah menjabat ketua Ikatan Keluarga Pondok Modern (IKPM), organisasi yang mewadahi silaturahim alumni Gontor di berbagai belahan dunia.

Beberapa tahun terakhir mengemban amanat sebagai Ketua Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor. “Jabatan sebagai ketua Badan Wakaf akan dibicarakan lebih lanjut dalam sidang badan wakaf berikutnya,” kata Kiai Hasan yang membacakan keputusan sidang Badan Wakaf di Masjid Jami' Gontor setelah Shalat Jumat 23 Oktober 2020. 

Profil Prof Dr KH Amal Fathullah

Prof Amal adalah adik almarhum Kiai Abdullaah Syukri. Dia juga termasuk kader Gontor yang disekolahkan ke Mesir. Kekhasannya Prof Amal adalah upayanya memperjuangkan kesetaraan gelar sarjana muda (BA) Institut Pendidikan Gontor (IPD) dengan Lc Universitas Darul Ulum. Buku KH Imam Zarkasyi dari Gontor  menceritakan, capaian ini menjadi kesyukuran dan kebahagiaan Pak Zar. Dalam sebuah kesempatan, Pak Zar menceritakan, anaknya tak hanya kuliah, tapi juga berjuang untuk Gontor di Mesir. Anak itu adalah  Prof Amal.

Selesai menamatkan studi di Mesir, Prof Amal kembali ke Gontor mengembangkan IPD yang kini menjadi Universitas Darussalam. Di tengah kesibukan itu, dia masih meneruskan studi doktoral di  Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya Kuala Lumpur Malaysia yang diselesaikannya pada 2006. Jabatannya kini adalah Rektor Unida yang juga Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor.

Prof Amal aktif mengikuti berbagai seminar dan kegiatan keilmuan di berbagai Negara. Dia juga menjadi guru besar di Unida.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat