Paket data yang terjangkau untuk mendukung proses PJJ | Dok 3 Indonesia

Inovasi

Mudahkan Anak Indonesia Belajar dari Rumah

Sebanyak 69 juta siswa kehilangan akses pendidikannya dalam masa pandemi.

Selama pandemi, belajar di rumah menjadi keseharian anak-anak di berbagai penjuru Tanah Air. Banyak persiapan, perubahan, dan adaptasi kebiasaan yang diperlukan agar proses belajar dapat tetap belajar lancar. 

Salah satu faktor yang harus dipersiapkan dengan cepat dan mendesak untuk mendukung proses belajar di rumah, adalah biaya. Karena belajar di rumah memerlukan dukungan teknologi, anak-anak pun harus dibekali dengan perlengakapan yang memadai.

Mulai dari, telepon pintar, hingga kuota data. Perusahaan teknologi finansial (peer-to-peer lending) untuk pendidikan, Pintek pun meluncurkan Pintek Instant sebagai pilihan bagi orang tua dengan memberikan kemudahan dalam pembiayaan pendidikan untuk anak. 

Pintek Instant merupakan upgrade program dan merupakan bagian dari Pintek Students, yang memberikan keringanan bagi orang tua agar dapat mencicil biaya pendidikan, mulai dari pendidikan anak usia dini hingga pendidikan tinggi.

Program cicilan Pintek Instant tak hanya untuk pembayaran SPP atau uang sekolah saja, tetapi juga dapat digunakan untuk semua tagihan sekolah, seperti uang buku, e-learning, wisuda, skripsi dan sebagainya.

Co-Founder dan Direktur Utama Pintek Tommy Yuwono mengatakan Pintek ingin turut menjadi pendorong bagi pertumbuhan sektor pendidikan di Indonesia. Karena, pendidikan merupakan kunci dalam menciptakan sumber daya manusia unggul yang mampu menghadapi tantangan di masa yang akan datang.

“Dengan Pintek Instant diharapkan dapat memberikan pilihan cerdas bagi orang tua dalam kebutuhan pendidikan anak. Mulai dari, sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) hingga pembelian kebutuhan pendidikan jarak jauh, seperti laptop maupun gadget lainnya,” kata Tommy dalam webinar peluncuran Pintek Instant, pekan lalu. 

Inisiatif Pintek Instant diawali dari permasalahan yang dihadapi orang tua selama pandemi Covid-19. Selain itu, tantangan juga datang dari akses internet di sebuah daerah dan kemampuan sekolah untuk melangsungkan pendidikan daring juga masih sangat terbatas.

Mengutip laporan ISEAS-Yusof Ishak Institute, Teaching and Learning During School Closure: Lessons from Indonesia pada Agustus 2020, dan Studi LIPI bersama Lembaga Demografi FEB UI pada Mei 2020, ada sekitar 17 persen buruh atau karyawan di Indonesia mengalami PHK dan 57 persen mengalami penurunan pendapatan. Sekitar 68 persen buruh atau karyawan pun mengandalkan pendapatan yang terdampak sebagai sumber mata pencaharian utama.

Karena semuanya kaget dan tidak siap, Tommy mengungkapkan, akhirnya 69 juta siswa kehilangan akses pendidikannya dalam masa pandemi. Ia menambahkan ketimpangan infrastruktur internet tidak hanya dari sisi siswa atau orang tuanya, tapi juga dari sisi sekolahnya. “Saat ini, hanya 40 persen masyarakat Indonesia yang memiliki internet,” ujar Tommy. 

Akses Lebih Mudah

photo
Sejumlah siswa SD mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) melalui kanal TV Satelit Bandung 132 di Masjid Al Haris, Jalan Cibangkong, Batununggal, Kota Bandung, Selasa (13/10). Pemerintah Kota Bandung meluncurkan kanal TV Satelit Bandung 132 yang menayangkan program Padaringan (Pembelajaran Dalam Jaringan) berisi ratusan konten video mata pelajaran dari tingkat SD hingga SMP sebagai alternatif pembelajaran jarak jauh bagi siswa di masa pandemi Covid-19 - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

Di dalam Pintek Instant, Pintek bekerja sama dengan sekolah-sekolah untuk memberikan pinjaman pendanaan pendidikan. Pintek Instant mempunyai limit pinjaman hingga Rp 5 juta dengan tenor pilihannya 30 hari atau tiga bulan.

Tommy menjelaskan, untuk 30 hari, bunga atau marginnya nol persen. Sementara untuk tenor tiga bulan, Pintek mengenakan bunga mulai dari 2,19 persen per bulan.  Ia memberikan gambaran, jika orang tua mengajukan pinjaman sebesar Rp 2 juta dengan tenor tiga bulan, maka biaya bunganya sekitar Rp 40 ribu per bulan.

Syarat pengajuannya Pintek Instant ini hanya menggunakan kartu tanda penduduk (KTP). “Syarat dokumen hanya mengajukan KTP. Tetapi sekolahnya sudah harus bekerja sama dengan Pintek, di mana kami meminta izin dari sekolah untuk bisa membagikan data-data dari orang tua murid atau data dari siswanya sendiri,” ujarnya.

Ini dilakukan dengan persetujuan sekolah dan pencairannya dilakukan dalam waktu satu jam. Pinjaman pendanaan tersebut bisa dibayarkan langsung pada sekolah. 

Menurut Tommy, Pintek tidak pernah memberikan uang tunai langsung ke siswa, tetapi langsung dibayarkan ke sekolahnya. Untuk pembayaran, orang tua atau siswa bisa mengembalikan pinjaman dengan mentransfer ke rekening virtual account.

Pintek juga menyediakan opsi restrukturisasi jika ada kendala dalam pengembalian pinjaman. “Kita menyediakan opsi restrukturisasi, di mana hal itu dengan melakukan pengajuan, nanti itu bisa kita tunda bayaran cicilannya, hingga kita perpanjang lagi,” kata Tommy.

Enam bulan ke depan, Pintek menargetkan mendapat sekitar 5 ribu peminjam baru yang bisa mengakses ke Pintek Instant. Peminjam baru ini adalah orang tua atau murid.

Legal and Complaint Handling Manager di Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Tiar Sidabutar mengatakan AFPI mengapresiasi komitmen fintech Pintek selaku peer to peer lending yang fokus pada pembiayaan pendanaan pendidikan. 

Pintek, Tiar melanjutkan, menjadi salah satu pionir karena belum banyak fintech yang fokus ke pendanaan pendidikan. Karena, sektor pendidikan ini butuh pendanaan yang jauh lebih mudah diakses daripada pendanaan konvensional yang lain.

 

 

"Semua harus mendapatkan hak pendidikan yang sama. Masalah finansial ini sangat berdampak pastinya terhadap negara kita, khususnya untuk sektor industri pendidikan."

Tommy Yuwono, Co-Founder dan Direktur Utama Pintek

 

 

Dampingi Siswa Belajar di Rumah

photo
Fitur Guru dari Aplikasi Kelas Pintar - (Google Play Store)

Sebelum pandemi datang, tak sedikit siswa yang sudah akrab dengan aplikasi belajar. Setelah sebelumnya meluncurkan Tanya, Soal, dan Sekolah, Kelas Pintar kini kembali melengkapi line-up produk-nya dengan meluncurkan Guru, layanan tambahan yang akan menjadi pendamping belajar siswa diluar jam sekolah. 

Dengan kehadiran Guru, Kelas Pintar berharap proses belajar siswa dalam memahami materi sesuai kurikulum, bisa lebih optimal dan berkesinambungan. "Di jam sekolah, para siswa akan mendapatkan bimbingan langsung dari para guru sekolah, dan selepas itu mereka bisa belajar dengan didampingi oleh Guru dari Kelas Pintar," jelas Fernando Uffie, CEO dan Founder Kelas Pintar.

Menurutnya, secara konten, apa yang diajarkan oleh Guru dari Kelas Pintar akan sama dengan apa yang diajarkan oleh guru di sekolah. Tujuan hadirnya fitur ini, adalah agar para siswa bisa mendalami apa yang dipelajarinya di sekolah dan lebih menguatkan lagi pemahaman mereka terhadap konsep pelajaran.

Layanan ini juga bisa membantu para siswa untuk mengejar ketertinggalannya dengan cara belajar di luar jam sekolah. Karena pada dasarnya, materi yang dipelajari di sekolah sama dengan yang diajarkan oleh Guru Ahli Kelas Pintar. 

Saat ini, layanan Guru dari Kelas Pintar sudah bisa dinikmati oleh siswa SD di kelas 4, 5, 6 untuk pelajaran Matematika dan Tematik, serta siswa SMP di kelas 7, 8, 9 untuk mata pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, Bahasa Indonesia, IPA Terpadu dan IPS Terpadu. 

Sementara untuk siswa SMA di kelas 10, 11, 12, mata pelajaran yang diajarkan meliputi Kimia, Matematika, Fisika, Bahasa Inggris, Biologi, Bahasa Indonesia, dan Matematika IPA. Semua materi pelajaran tersebut akan diajarkan oleh para Guru Kelas Pintar secara lengkap, per topik pembahasan, sama seperti halnya yang diajarkan oleh guru di sekolah. 

Saat ini, layanan Guru sudah bisa dinikmati secara Gratis oleh seluruh pengguna paket Kelas Pintar Regular dan paket Soal dalam bentuk layanan tambahan (add-on) yang bisa di aktifkan melaui laman maupun aplikasi Kelas Pintar. Terdapat empat pilihan periode berlangganan yaitu satu bulan seharga Rp 320 ribu, hingga 12 bulan seharga Rp 1,5 juta. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat