Petugas membersihkan puing-puing yang menutupi aliran sungai pasca terjadinya longsor di kawasan Ciganjur, Jakarta Selatan (13/10). Proses penanganan longsor dilakukan mulai dari pengangkatan material longsor, pengoperasian alat berat dan pemasangan turap | Republika/Thoudy Badai

Nasional

Rujukan Penanganan Pandemi Covid-19 akan Disusun Ulang

Satgas Penanganan Covid-19 mewanti-wanti masyarakat untuk bersiap menghadapi bencana hidrometeorologi.

JAKARTA—Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memprediksi negara di seluruh dunia yang hadir dalam Global Platform Disaster Risk Reduction (GPDRR) akan mengevaluasi penanganan pandemi belajar dari Covid-19 saat ini. Ketua BNPB Doni Monardo menuturkan, evaluasi penanganan pandemi akan memprioritaskan dampak kebencanaan nonalam karena fokus forum yang akan digelar di Bali ini adalah pengurangan risiko bencana.

Doni mengatakan, penanganan pandemi dari sisi kesehatan tetap berada di ranah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). "Tentunya masuk (pembahasan) ya. Bencana ini kan kita kategorikan paling tidak ada empat klaster. Salah satunya klaster bencana nonalam," tutur Doni Monardo dalam keterangan pers usai rapat terbatas, Kamis (15/10).

Menurut Doni, negara di seluruh dunia belajar banyak hal dari pandemi Covid-19. Berdasarkan pengalaman ini, panitia penyelenggara GPDRR Bali 2022 mendatang akan berkoordinasi dengan PBB untuk memasukkan studi kasus dari berbagai negara dalam menangani pandemi di masing-masing wilayah.

"(Negara studi kasus) akan diberikan kesempatan untuk sampaikan langkah-langkah penanganan yang telah dilakukan sehingga memberikan keberhasilan dalam kendalikan wabah Covid-19," ujar Doni.

Virus Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 38,7 juta orang hingga Kamis (15/10). Jumlah kasus kematian menyentuh 1 juta orang di seluruh dunia. Di Indonesia, setelah tujuh bulan pandemi berjalan, masih berjuang keras untuk menekan angka penularan yang masih tinggi.

Selain bencana nonalam, masih ada empat klaster bencana yang akan dibahas dalam GPDRR nanti. Dalam penanganan kebencanaan, ada klaster geologi dan vulkanologi yang terdiri atas bencana alam, seperti gempa bumi dan letusan gunung api.

Kemudian ada klaster hidrometeorologi yang sifatnya kering, seperti bencana alam berupa kekeringan dan kebakaran hutan lahan (karhutla). Klaster selanjutnya adalah hidrometerologi yang sifatnya basah, seperti bencana alam banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin puting beliung, hingga abrasi pantai.

GPDRR akan digelar pada 2022 di Provinsi Bali. Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyampaikan, acara ini akan dihadiri 193 negara. Bali terpilih menjadi lokasi penyelenggaraan GPDRR agar dapat membangkitkan kondisi ekonomi dan pariwisata yang terdampak pandemi Covid-19.

“Kita harapkan nanti saat hal itu dilakukan, era pandemi Covid sudah masuk akhir, dan kita mulai bergerak cepat untuk memulihkan kondisi ekonomi, khususnya di sektor pariwisata. Karenanya, kita memilih Bali dan mereka akan diarahkan untuk mengikuti kegiatan wisata,” kata Muhadjir.

photo
Sejumlah petugas BPBD kabupaten Garut menyalurkan bantuan logistik untuk warga terdampak bencana di Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (14/10). Distribusi logistik berupa paket sembako, pakaian, dan obat-obatan mulai disalurkan ke enam kecamatan terdampak banjir bandang dan tanah longsor di kawasan Garut Selatan. - (CANDRA YANUARSYAH/ANTARA FOTO)

Pengungsian

Satgas Penanganan Covid-19 mewanti-wanti masyarakat untuk bersiap menghadapi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, hingga angin kencang. Risiko bencana yang berkaitan erat dengan musim hujan memang meningkat di akhir 2020, seiring terjadinya fenomena anomali cuaca La Nina. Akibatnya, curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia diprediksi meningkat sampai 40 persen. 

Tantangan dalam menghadapi bencana alam semakin bertambah, lantaran pandemi Covid-19 belum usai. Pemerintah daerah diminta mulai menyiapkan lokasi pengungsian yang tetap menerapkan protokol kesehatan, khususnya jaga jarak antarpengungsi. 

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito juga meminta masyarakat untuk menghindari lokasi pengungsian bila memang tak terpaksa. Pengungsian berpotensi menjadi media penularan Covid-19 karena menampung banyak manusia di dalamnya. 

"Bagi masyarakat apabila memungkinkan agar dapat menghindari lokasi pengungsian di tenda jika tidak terpaksa. Selain itu manfaatkan tempat penginapan terdekat sebagai lokasi pengungsian," ujar Wiku dalam keterangan pers, Kamis (15/10).

 
Bagi masyarakat apabila memungkinkan agar dapat menghindari lokasi pengungsian di tenda jika tidak terpaksa.
WIKU ADISASMITO
 

Pemerintah daerah juga diminta memastikan tersedianya hand sanitizer, masker cadangan, dan lokasi cuci tangan di pengungsian. Masyarakat yang mengungsi pun diingatkan untuk membawa alat makan pribadi agar tidak bergantian dengan pengungsi lainnya. 

"Serta tempat evakuasi yang didesain untuk dapat jaga jarak dan harus selalu ada petugas kesehatan di sekitar pengungsian. Kami meminta pemda, khususnya di daerah rawan bencana segera siapkan segala peralatan dan fasilitas sesuai protokol kesehatan," ujar Wiku. 

Satgas Penanganan Covid-19 juga memberi catatan kepada pemda di seluruh Indonesia untuk melakukan langkah mitigasi sebelum bencana hidrometeorologi terjadi. Berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, catatan penting yang perlu diperhatikan pemda adalah perlunya perbaikan tata kelola air dari hulu ke hilir; optimalisasi danau, embung, sungai, dan kanal sebagai penampung debit air hujan yang berlebih; dan memastikan drainase di perkotaan berfungsi baik. 

"Satgas juga mengimbau pemda dan pihak lain yang terkait upaya mitigasi bencana agar dapat menyiapkan contingensi plan karena saat ini mitigasi bencana harus disesuaikan dengan bencana nonalam, yakni pandemi Covid-19 yang masih berlangsung," kata Wiku. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat