Dua orang petugas catering membersihkan sampah sisa makanan acara resepsi di Kota Tangerang, Banten, Ahad (1/9/2019). Bappenas menyebutkan Indonesia menempati posisi kedua sebagai produsen sampah makanan terbesar di dunia yaitu sebanyak 13 juta ton per ta | ANTARA FOTO

Opini

Mengurangi Food Waste

Penurunan food waste berkontribusi positif pada penurunan tingkat gas metana yang berbahaya bagi atmosfer.

SAHARA, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, FEM-IPB dan Associate Professor Adelaide University

Pangan adalah kebutuhan dasar manusia. Sudah dipahami semua negara sejak dahulu hingga sekarang. Karena itu, tak heran jika pemenuhan kebutuhan pangan menjadi agenda utama bagi setiap pemimpin di dunia.

Beragam program untuk meningkatkan produksi pertanian, melalui ekstensifikasi dan intensifikasi termasuk penerapan smart farming dilakukan seluruh negara. Perbaikan logistik di sektor pertanian juga tidak ketinggalan dilakukan.

Sayangnya, sampai saat ini kelaparan masih terjadi. Pada 2019, FAO melaporkan, di seluruh dunia sekitar 690 juta orang kelaparan. Angka ini meningkat 10 juta orang dibandingkan 2018. Pada 2020, dengan terjadinya wabah Covid-19, diperkirakan kian meningkat jumlahnya.

 

 
Peningkatan akses konsumen terhadap pangan merupakan isu utama yang disoroti hari pangan sedunia tahun 2020. 
 
 

 

Wabah ini menyebabkan supply shock (guncangan penawaran) di semua sektor, termasuk sektor pertanian. Pembatasan sosial termasuk perdagangan mengganggu produksi dan distribusi produk pertanian. Ini mengurangi akses konsumen terhadap pangan.

Peningkatan akses konsumen terhadap pangan merupakan isu utama yang disoroti hari pangan sedunia tahun 2020. Tema utamanya berisi seruan global membantu pihak yang terkena dampak pandemi Covid-19.

Salah satu upayanya, mengurangi food waste (sampah makanan) dan food loss (kehilangan pangan).

Food loss mengacu pada makanan yang hilang sebelum ke tangan konsumen. Pangan yang tercecer di tingkat produsen dan pangan yang hilang di tahapan pengolahan dan distribusi merupakan contoh food loss.

Sementara itu, food waste mengacu pada kehilangan pangan pada tahap konsumen. Konsumen di sini merujuk ke penyedia layanan makanan (termasuk restoran) dan konsumen mereka.

Ketika konsumen tak menghabiskan makanan atau menyisakan makanan dan membuang makanan busuk dari persediaan makanan yang ada di lemari penyimpan makanan (kulkas), food waste akan semakin besar.

 
Di Indonesia, food waste di swalayan untuk buah-buah berkisar 7,28–10,56 persen dan sayur-sayuran 6,85-11,10 persen.
 
 

Namun kenyataannya, sulit membedakan food loss dan food waste, terutama dari sudut pandang kebijakan. Maka itu, sebagian besar pihak menyatukan kedua konsep itu, kehilangan pangan dan sampah makanan, dan menyebutnya dengan istilah food waste.

Mengapa isu food waste menjadi penting? Laporan FAO menunjukkan, di sepanjang rantai nilai pasokan pangan global terjadi kehilangan satu pertiga dari total pangan, yang bisa dikonsumsi konsumen. Jika diuangkan, angkanya mencapai satu triliun dolar AS.

Di kawasan Asia, termasuk Indonesia, food waste pada tahapan panen dan pascapanen mencapai 11,2 persen.

Faktor yang ditengarai berkontribusi, di antaranya keterbatasan teknik panen, minimnya sarana penyimpanan, minimnya fasilitas pendingin, keterbatasan infrastruktur, dan teknologi pengemasan yang belum memadai.

Di tingkat ritel, yakni pasar termasuk swalayan, besaran food waste bervariasi karena bergantung pada jenis produknya. Di Indonesia, food waste di swalayan untuk buah-buah berkisar 7,28–10,56 persen dan sayur-sayuran 6,85-11,10 persen (Daryanto dan Sahara, 2016).

Di tingkat konsumen, food waste mencapai 9 persen. Pada perdagangan internasional, food waste juga terjadi. Hasil penelitian IPB dan Kementerian Perdagangan (2020) menunjukkan, food waste perdagangan internasional 10,8 persen.

Angka ini dari produk ekspor yang ditolak negara importir lalu dihancurkan sehingga tak bisa dikonsumsi. Isu keamanan pangan, penyebab utama tingginya food waste di kegiatan perdagangan internasional.

Hari pangan sedunia, momentum bagi pemerintah dan semua aktor di rantai nilai produk pertanian, menurunkan food waste. Di tingkatan panen dan pascapanen, dengan memperbaiki teknik panen dan sarana penyimpanan.

Selain itu, penggunaan fasilitas pendingin memadai, perbaikan infrastruktur jalan, internet, dan lain-lain, serta melakukan teknis pengemasan yang memadai. Perbaikan ini juga bisa mengurangi food waste di kegiatan perdagangan internasional. Mengingat, penolakan barang ekspor-impor akibat kualitas barang tak memenuhi persyaratan. Negosiasi dengan negara mitra dagang harus intens guna mengurangi penolakan barang yang diekspor Indonesia.

 
Menyisakan makanan dalam piring juga harus dihindari. Beberapa pengelola restoran di negara maju memberlakukan denda bagi konsumen yang tidak menghabiskan makanan yang sudah dibeli.
 
 

Di tingkat ritel, pengurangan food waste dengan membangun sistem pemesanan yang baik, sistem penyimpanan dengan suhu terjaga, mulai dari area penerimaan, penyimpanan dan displaying, serta penerapan secara konsisten prinsip first-in first-out.

Partisipasi aktif konsumen rumah tangga diperlukan. Perencanaan pembelian bahan makanan sesuai kebutuhan dan penyimpanan makanan, berkontribusi pada penurunan food waste.

Menyisakan makanan dalam piring juga harus dihindari. Beberapa pengelola restoran di negara maju memberlakukan denda bagi konsumen yang tidak menghabiskan makanan yang sudah dibeli.

Strategi lainnya, menyediakan wadah berbayar bagi konsumen yang ingin membawa makanan yang masih tersisa di meja konsumen tersebut, untuk dibawa pulang sehingga makanan bisa dikonsumsi di rumah.

Melalui berbagai upaya di atas diharapkan, food waste berkurang signifikan. Penurunan food waste juga berkontribusi positif terhadap penurunan tingkat gas metana yang sangat berbahaya bagi atmosfer bumi. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat