Hikmah Republika Hari ini | Republika

Hikmah

Orientasi Kehidupan

Apa pun pilihan seseorang dalam hal orientasi kehidupan, ada akibat yang akan menyertainya.

Oleh IMAM NUR SUHARNO

OLEH IMAM NUR SUHARNO

Setiap manusia yang dilahirkan dari rahim ibundanya tidak mengetahui apa-apa, termasuk mengenai orientasi hidupnya. Untuk mengetahuinya, manusia dibekali potensi berupa pendengaran, penglihatan, dan hati. (QS an-Nahl [16]: 78).

Berkaitan orientasi kehidupan, sebagian manusia hanya berorientasi pada dunia sehingga di akhirat menjadi manusia yang merugi. Namun, sebagian lainnya berorientasi pada akhirat dengan tidak meninggalkan dunia sehingga mendapat bahagia di dunia juga akhirat.

“... di antara manusia ada orang yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia,’ dan tiadalah baginya kebahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka, ada orang yang berdoa, ‘Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka'.” (QS al-Baqarah [2]: 200-201).

Apa pun pilihan seseorang dalam hal orientasi kehidupan, ada akibat yang akan menyertainya sebagai balasan atas pilihan orientasi (tujuan) hidup tersebut.

Dari Zaid bin Tsabit RA, ia mendengar, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa tujuan hidupnya adalah dunia maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barang siapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.” (HR Ahmad).

Dari hadis di atas dijelaskan, ada tiga kerugian yang akan didapatkan bagi orang yang menjadikan dunia sebagai orientasi hidupnya dan tiga keuntungan bagi orang yang menjadikan akhirat sebagai orientasi hidupnya dengan tidak meninggalkan dunia.

Pertama, tercerai berainya urusan hidupnya. Hal ini akan dirasakan bagi orang yang menjadikan dunia sebagai orientasi hidupnya. Setiap urusan hidupnya selalu gagal dan berantakan. Meskipun tampak berhasil, sejatinya hal itu sebagai hiburan baginya untuk mendapatkan kegagalan yang lebih besar.

Sementara, bagi orang yang menjadikan akhirat sebagai orientasi hidupnya dengan tidak meninggalkan dunia, akan dipermudah setiap urusannya untuk berhasil dan dijauhkan dari kegagalan.

Kedua, diliputi kefakiran dalam hidup. Hal ini akan dirasakan bagi orang yang menjadikan dunia sebagai orientasi hidupnya, sehingga akan senantiasa merasa kurang sebab di matanya dihiasi rasa kefakiran.

Sementara, bagi orang yang menjadikan akhirat sebagai orientasi hidupnya dengan tidak meninggalkan dunia, baginya diberikan rasa cukup (kaya) dalam hatinya sehingga akan selalu bersyukur dengan apa yang menjadi bagiannya.

Ketiga, hanya mendapat dunia yang menjadi jatahnya. Hal ini diberikan kepada orang yang menjadikan dunia sebagai orientasi hidupnya, sehingga tidak mendapatkan apa-apa dalam hal dunia kecuali yang sudah menjadi jatah dalam hidupnya dan harta (dunia) akan menjauh darinya.

Sedangkan, bagi orang yang menjadikan akhirat sebagai orientasi hidupnya dengan tidak meninggalkan dunia, baginya diberikan kecukupan dalam hidup dan harta (dunia) justru akan selalu mengejarnya (mendekat). (QS as-Syura [42]: 20).

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat