Petugas membantu penderita gangguan jiwa (ODGJ) mengenakan masker saat menunggu pemberangkatan bus yang akan mengangkutnya ke RSJ Menur, di halaman kantor Dinas Kesehatan Tulungagung, Tulungagung, Jawa Timur, Senin (31/8). | ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko

Jawa Barat

Pasien Kecemasan Meningkat

Sejak pandemi hingga September 2020, kunjungan pasien gangguan cemas di RSJ meningkat.

BANDUNG -- Pandemi Covid-19 membawa perubahan besar terhadap segala aspek kehidupan. Perubahan adaptasi dengan situasi baru dinilai sangat rentan terhadap kesehatan mental, utamanya kasus kecemasan yang terus meningkat.

Karena itu, Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat (Jabar) menggelar webinar bertajuk "Menjaga Kesehatan Jiwa di Masa Pandemi" pada Rabu (7/10). Kegiatan itu sekaligus memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang jatuh pada 10 Oktober 2020. 

Direktur Utama RSJ Jabar Elly Marliyani mengatakan, ada peningkatan durasi penggunaan gawai selama pandemi. Berdasarkan penelitian RSCM Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (UI) pada April-Juni 2020, terjadi peningkatan waktu rata-rata penggunaan gawai hingga 11,6 jam per hari dan peningkatan kecanduan internet pada remaja sebesar 19,3 persen. Kondisi tersebut berpotensi menyebabkan stres bagi orang tua maupun anak.   

"Terbukti, sejak pandemi, terjadi peningkatan kunjungan pasien gangguan cemas di RSJ sampai dengan September 2020 sebanyak 14 persen dibandingkan bulan yang sama pada 2019," ujar Elly dalam webinar itu. 

Berangkat dari itu, kata Elly, RSJ Jabar meluncurkan program Konsultasi Jiwa Online (KJOL, dibaca Kajol), sebagai jawaban atas meningkatnya permasalahan kejiwaan di masa pandemi. Lewat program KJOL ini, masyarakat bisa konsultasi langsung tatap muka secara virtual dengan psikiater atau psikolog.

Mereka juga bisa screening terlebih dahulu melalui website, seperti Tes Kuisioner SDS, Kuisioner SCL, Kesehatan Jiwa, Kecanduan Gadget, dan Deteksi Dini Bunuh Diri. "Sehingga, diharapkan masyarakat paham pentingnya kesehatan jiwa, sadar sejak dini kesehatan jiwa adalah investasi," tutup Elly.

photo
Petugas membawa penderita gangguan jiwa (ODGJ) menuju bus yang menunggu di halaman kantor Dinas Kesehatan Tulungagung, Tulungagung, Jawa Timur, Senin (31/8). Sebanyak 15 ODGJ dibawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur, Surabaya guna mendapat perawatan lanjutan dalam rangka penuntasan program Indonesia Bebas Pasung 2020 di Tulungagung - (ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko)

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, berdasarkan survei Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Puslitbangkes) Kementerian Kesehatan 2020, 6,8 persen masyarakat Indonesia mengalami gangguan cemas. Padahal, 85,3 persennya di antaranya tidak memiliki riwayat gangguan psikiatri sebelumnya.

Dari presentasi itu, hampir delapan persen berasal dari Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. "Ini relevan dengan peningkatan jumlah pasien yang mengalami gangguan cemas ke rumah sakit jiwa Jabar," ujar pria yang akrab disapa Emil dalam webinar tersebut.

Emil mengatakan, saat ini, tekanan psikologis juga sangat besar karena tingginya angka kematian oleh Covid-19. Serangan psikologis juga muncul karena ketidakjelasan informasi kapan situasi pandemi akan berakhir, belum hadirnya vaksin, isu isolasi sosial, stigma, kehilangan pekerjaan, perubahan cara belajar mengajar, dan tingginya kekerasan rumah tangga sebagai dampak terjadinya perceraian. "Itu adalah sesuatu yang tidak bisa kita sepelekan," katanya.

Selain itu, kata dia, beredarnya informasi palsu dan berita bohong kian menciptakan ketakutan serta meningkatkan kekhawatiran secara berlebihan. Karena itu, kedewasaan dalam pemanfaatan media sosial harus terus dikampanyekan. "Hari ini masalahnya bukan mencari informasi, tapi memilah informasi. Maka, situasi berita negatif tentu harus kita kontrol," katanya. 

photo
Pengunjung membubuhkan cap tangan sebagai dukungan kepada Orang Dengan Skizofrenia (ODS) Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) dr Arif Zainudin Solo pada acara Pekan Peduli Skizofrenia di RSJD setempat Solo, Jawa Tengah. - (ANTARA FOTO)

Emil mengatakan, pandemi juga turut menyasar aktivitas pendidikan anak dan remaja. Berbagai kendala dirasakan para orang tua dan siswa ketika menjalani pembelajaran daring. "Juga pada anak-anak ada sistem yang mengharuskan menjalani pendidikan di rumah atau jarak jauh. Ini juga membuat stres kepada anak dan orang tua, apalagi keterbatasan internet dan lainnya. Sungguh sangat memprihatinkan," ujar Emil. 

Crisis Center

Pemprov Jabar sendiri, kata Emil, sudah menyiapkan pusat penanganan krisis (crisis center) di RSJ Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Cisarua KBB dan Graha Atma Bandung sebagai respons cepat kegawatdaruratan jiwa, seperti potensi bunuh diri. Ia juga mengapresiasi RSJ Jabar yang meluncurkan program KJOL tersebut sebagai jawaban atas meningkatnya permasalahan mental. 

"Yang terbaru, lahirnya layanan konsultasi jiwa online atau KJOL RSJ Jabar yang sekarang lagi meningkat. Keberadaannya ini adalah respons terhadap meningkatnya permasalahan kejiwaan di masa pandemi. KJOL ini jadi solusi memudahkan petugas untuk screening, mana yang cukup via telepon atau datang secara fisik. Keren sekali, saya apresiasi," paparnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat