Sejumlah penyintas bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi saat berunjuk rasa di Kantor Walikota Palu di Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (4/8/2020). Dalam aksi itu pengunjuk rasa meminta pemerintah untuk mempercepat pembangunan hunian tetap bagi ribuan jiwa | Mohamad Hamzah/ANTARA FOTO

Nusantara

Ahli Waris Korban Tsunami Sulteng Terima Santunan

Santunan untuk ahli waris korban meninggal tsunami Sulteng sebesar Rp 15 juta.

JAKARTA—Kementerian Sosial menuntaskan penyerahan santunan bagi ahli waris korban meninggal akibat bencana tsunami di sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tengah. Kasubdit Penanganan Korban Bencana Alam Kemensos Sunarti mewakili Menteri Sosial Juliari P Batubara menyerahkan langsung santunan senilai Rp 24,3 miliar kepada 1.620 ahli waris. 

"Pada tahun ini berdasarkan usulan dari pimpinan daerah masing-masing kabupaten/kota terdampak bencana alam di Provinsi Sulawesi Tengah, kami menuntaskan santunan ahli waris tahap terakhir untuk 1.620 jiwa dengan nilai Rp 24,3 miliar," kata Sunarti, Sabtu (19/9).

Ia menambahkan, nilai santunan untuk ahli waris korban meninggal bencana tsunami dan likuefaksi Sulteng sebesar Rp 15 juta. Santunan disalurkan kepada ahli waris yang berasal dari empat kabupaten/kota di Sulteng. Yakni, di Kota Palu sebanyak 1.324 jiwa, Kabupaten Sigi 90 jiwa, Kabupaten Donggala 158 jiwa, Kabupaten Parigi Moutong 48 jiwa.

Pada tahap sebelumnya, Kementerian Sosial telah menyalurkan santunan ahli waris senilai Rp 28,6 miliar kepada 1.906 ahli waris korban meninggal akibat tsunami Sulteng yang terjadi pada 28 September 2018. Total sampai saat ini Kementerian Sosial telah menyalurkan santunan ahli waris kepada 3.526 jiwa dengan nilai total mencapai Rp 52,9 miliar.

photo
Seorang anak pengungsi korban bencana gempa dan likuefaksi bermain di sekitar lokasi hunian sementara (huntara) bantuan pemerintah yang mulai ditempati oleh pengungsi di Palu, Sulawesi Tengah, beberapa waktu lalu. - (ANTARA FOTO | Mohamad Hamzah | pd. )

Koni Ahmad (64 tahun), salah seorang penerima santunan, mengaku bersyukur menerima santunan ini. Menurutnya, bantuan tersebut dapat menopang kehidupannya yang sudah dua tahun belakangan ini minim penghasilan. "Dapat bantuan ini alhamdulillah, berguna bagi saya karena saya sudah tidak punya apa-apa, habis sudah. Sudah dua tahun ini tidak ada kerja, warung saya habis semua tidak ada sisa, istri saya meninggal," ujar Koni.

Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola menuturkan rasa terima kasih atas pencairan santunan untuk ahli waris korban bencana di Sulteng pada 2018 lalu ini. Longki berharap, meskipun saat ini santunan sudah dituntaskan, ia meminta pemerintah tetap membuka diri terhadap usulan santunan ahli waris jika masih ada yang belum terdata. 

"Saya tetap mengharapkan manakala dalam perjalanan kedepan masih ada lagi data-data yang masuk maka tidak ada salahnya akan tetap kami usulkan, asalkan datanya akurat", ujar Longki Janggola.

Wali Kota Palu, Hidayat, mengaku tidak menyangka dengan dicairkannya dana santunan duka tahap kedua. Ia bahkan menyebut dana santunan duka merupakan dana ajaib. Sebab, pencairan santunan ini dilakukan pemerintah pusat yang saat ini tengah fokus untuk refokusing anggaran penanganan pandemi Covid-19. 

“Ini merupakan suatu keajaiban buat kita, ditengah-tengah kita menghadapi korona, ditengah-tengah pemerintah pusat membutuhkan dana yang begitu besar untuk menangani Covid-19,” ujarnya.

Menurut Hidayat, proses pencairan dana membutuhkan waktu yang sangat panjang. Proses ini dimulai sejak 26 Juni 2020, yang mana pihaknya menemui Kementerian Sosial untuk meminta dana guna memenuhi hak-hak penyintas kota Palu pascabencana. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat