Syekh Ali Jaber memberikan keterangan kepada wartawan terkait kejadian penusukan atas dirinya di Bandar Lampung, Senin (14/9). | Mursalin Yasland/Republika

Kisah Dalam Negeri

Kisah Syekh Ali Jaber dan Penyerangnya

Syekh Ali Jaber meyakini penyerangnya terlatih.

OLEH MURSALIN YASLAND

Masih terekam jelas dalam ingatan Syekh Ali Jaber kejadian yang menimpanya di halaman Masjid Falahuddin, Jalan Tamin, Sukajawa, Tanjungkarang Barat, Bandar Lampung, Ahad (13/9). Ia mengenang, petang hari itu sedang berdialog dengan seorang anak berusia 9 tahun di atas panggung, di hadapan ratusan jamaah.

Syekh Ali Jaber sedang menawarkan hadiah kepada anak tersebut yang diketahui merupakan anak yatim. Ia menawarkan hadiah sepeda, ternyata anak penghafal Alquran tersebut belum bisa bersepeda. 

Akhirnya, ia mengajak ibunda anak tersebut foto bersama. Sehubungan telepon genggam sang ibunda tak bisa digunakan, Syekh Ali Jaber meminta jamaah yang memiliki handphone berkamera mengabadikan pertemuannya dengan anak penghafal Alquran tersebut dalam foto. 

Setelah menengok sebelah kanan untuk menyapa jamaah, Syekh Ali Jaber melihat ada lelaki berlari naik ke panggung dan langsung menusuk lengan kanannya. Pada saat itu, secara reflek ia menahan hujaman sajam ke tubuhnya dengan tangan.

“Allah berikan ketenangan bukan karena saya hebat atau bukan saya punya kelebihan apa-apa, tapi Allah berikan kemuliaan di saat mendapat ujian,” ujarnya di Bandarlampung, kemarin. 

“Setelah saya selamatkan tangan, saya melihat jamaah sudah hajar dan memukul pelaku, dan saya jujur saya merasa kasihan, dan langsung turun dari panggung untuk menyelamatkan dia. Saya bilang, jamaah 'sabar, tahan, tidak boleh dia manusia kasihan, dia bersalah tapi jangan kita buat salah sendiri bersalah',” ia melanjutkan.

Menurut dia, sajam pelaku sudah menikam lengan kanan atasnya sedalam empat sentimeter. Pisau yang masih melekat di lengan atasnya tersebut dicabut Syekh Jaber menggunakan tangan kirinya. Setelah aman, ia melihat pelaku sudah dikerumuni jamaah dan dipukul serta diinjak di bawah panggung.

“Dan saya membela dia, tapi ada seorang jamaah merasa yakin marah dia 'yang menusuknya, tapi malah membela dia mau selamatkan',” lanjut ulama asal Madinah yang telah 12 tahun berdakwah di Indonesia tersebut.

Syekh Ali Jaber meragukan bahwa pelaku penusukan terhadap dirinya mengidap gangguan jiwa. Menurut dia, pelaku penusuk tergolong berani dan terlatih. 

“Kekuatan dan keberaniannya, mohon maaf, dia bukan orang yang gangguan jiwa. Dia sangat sadar dan sangat berani, bahkan sangat terlatih. Kalau kata terlatih, berarti ada orang di belakang, siapa? Wallahu a’lam,” kata Syekh Ali Jaber.

Meski begitu, ia meminta masyarakat mengikuti proses hukum yang sedang berjalan. Dia berharap aparat kepolisian menjalankan tugasnya secara amanah, jujur, dan tak menyalahgunakan kepercayaan masyarakat.

Dia mengatakan, kejadian ini harus diproses secara hukum bukan karena dia pribadi, melainkan untuk seluruh ulama, dai, dan habaib di Indonesia. “Mohon maaf, kejadian serupa ini selama ini ulama kita terlalu ikhlas. Karena (berpendapat) ‘ini musibah sudahlah ikhlaskan’,” ujarnya. 

photo
Syekh Ali Jaber (kanan) memberikan Alquran kepada salah seorang warga Suku Anak Dalam (SAD) yang bermukim di Desa Berumbung Bandung III atau kawasan sekitar Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) Jambi yang baru selesai membacakan dua kalimat syahadat di Balai Adat Tanah Pilih Kota Jambi, Senin (30/1). - (ANTARA FOTO)

Menurut Syekh Ali Jaber, ikhlas ada waktu dan prasyaratnya. Ia khawatir bila terus diikhlaskan, ada pihak-pihak yang akan memanfaatkan kejadian seperti ini.

“Insya Allah, kita semua bisa melawan semua kebatilan. Namun, kita tidak mau diadu domba, tidak mau terjadi fitnah, tidak mau terpublikasi. Makanya sebelum terjadi hal-hal tidak diinginkan, mohon aparat polisi ditindaklanjuti dengan sebaik-baiknya agar bisa menenangkan masyarakat, agar tidak terulang lagi kejadian ini,” kata Ali Jaber lagi.

Ia mengingatkan, pelaku penusukan tak bisa mewakili warga Lampung. “Masyarakat Lampung sudah saya kenal baik. Saya sudah berkali-kali ke Lampung. Masyarakat Lampung mencintai kedamaian, sangat mencintai ulama, sangat mencintai para habib,” katanya.

Sehubungan kejadian tersebut, Syekh Ali Jaber bertekad menjadikan Lampung salah satu markas gerakan satu juta penghafal Alquran. “Kita akan bangun markas, dari 114 di Indonesia, salah satunya di Bandar Lampung, Lampung timur dan tempat lainnya, akan terlahir penghafal-penghafal Alquran,” ujarnya. 

Penyerang

Kemudian siapa sebenarnya penyerang Syekh Ali Jaber? Kepolisian melansir, yang bersangkutan bernama Alfin Adrian dan berusia 24 tahun. Alfin Adrian, yang telah ditetapkan sebagai tersangka tersangka itu sudah ditahan di Rutan Mapolresta Bandar Lampung, Selasa (14/9). 

Ia tinggal bersama kakek dan neneknya di Gang Kemiri, RT 07 LK I, Kelurahan Sukajawa, Kecamatan Tanjungkarang Barat, Bandar Lampung. Rumahnya berjarak sekira 300 meter dari tempat kejadian perkara penusukan.

Republika menelusuri tempat tinggal tersangka, Senin (14/9). Rumah yang ditempati Alfin Adrian adalah milik kakeknya. Sedangkan, bapaknya tidak bermukim di tempat tersebut. Rumah kakeknya ini masuk gang yang hanya bisa dilalui kendaraan bermotor ukuran kecil.

photo
Petugas Inafis Polresta Bandar Lampung melakukan penyelidikan di rumah tersangka penusuk Syekh Ali Jaber Jl Tamin Gang Kemiri Bandar Lampung, Senin (14/9). - (Mursalin Yasland/Republika)

Rumah berwarna kuning tersebut telah dipasang garis polisi dan tim Inafis Polresta Bandar Lampung masih melakukan penyelidikan di rumah tersebut sejak kejadian hingga Senin (14/9) petang. Tak ada orang sama sekali dalam rumah tersebut. Para tetangga menyatakan, pelaku penusukan baru tinggal di rumah itu sekira empat sampai tujuh hari.

“Orang itu setahu saya baru beberapa saja kelihatan di rumah itu,” kata Nizar, warga Gang Kemiri.

Warga tidak begitu perhatian dengan sosok Alfin Adrian sebelum kejadian. Warga melihat Alfin biasa-biasa saja, tidak ada yang aneh dan mencurigakan selama menginap di rumah tersebut. Sejak kejadian tersebut, barulah omongan warga tertuju pada rumah dan penghuninya.

Menurut Nizar, ibu kandung pelaku sudah nikah lagi sejak bekerja di luar negeri sebagai buruh migran. Orangtuanya sudah bercerai. Sedangkan bapak dan Alfin banyak berada di Mesuji.

Berdasarkan keterangan warga sekitar rumahnya, Alfin dan bapaknya di lingkungan tempat tinggalnya bergaul dengan baik, tidak ada yang mencurigakan kalau anaknya memiliki gangguan jiwa. Warga juga tidak menggali lebih dalam masalah pribadi keluarga Alfin.

Kapolda Lampung Irjen Pol Purwadi Arianto mengatakan, berdasarkan keterangan orangtuanya, pelaku penusuk Syekh Ali Jaber mengalami gangguan jiwa. “Tetapi dari kepolisian tidak begitu saja menerima penjelasan ini. Sehingga, pihak Reskrim proaktif malam ini untuk mengundang dokter dari Rumah Sakit Jiwa Kurungan Nyawa atas nama dokter Psyatri Hendri,” kata Kapolda Purwadi, di Mapolda Lampung, Ahad (13/9) malam.

Dia mengatakan, dokter spesialias kejiwaan tersebut sedang melakukan observasi dengan melakukan pemeriksaan awal terhadap pelaku penikaman Syekh Ali Jaber. Kapolda mengatakan, pelaku lelaki berusia 24 tahun beralamat di Jalan Tamin, Tanjungkarang Barat. “Rumahnya tidak jauh dari masjid (tempat kejadian perkara) sekitar 300 meter dari masjid,” katanya.

Modus operandi dari pelaku, kata Kapolda, saat ini yang bersangkutan, berdasarkan laporan orangtuanya mengalami gangguan jiwa. Aparat kepolisian dari Reskrim Polresta Bandar Lampung tetap melakukan pengusutan kasus tersebut. 

Kecaman

Kecaman terhadap penusukan pendakwah ini kemudian muncul dari berbagai pihak. "Saya sangat prihatin dengan peristiwa yang menimpa Syekh Ali Jaber. Penusukan itu perbuatan kriminal dan pelakunya harus ditindak secara hukum dengan adil," kata Menteri Agama Fachrul Razi.

Menag mengapresiasi langkah cepat aparat menangkap pelaku dan minta agar kasus tersebut diusut hingga tuntas. "Percayakan penyelesaian kasus ini pada aparat. Masyarakat agar tetap tenang dan tidak terprovokasi," ujarnya.

photo
Syekh Ali Jaber memberikan ceramah agama saat acara buka puasa bersama Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Pusat di Sunter, Jakarta, Rabu (31/5).  - (ANTARA FOTO)

Menurut Menag, dakwah adalah kegiatan positif untuk mencerahkan masyarakat dalam menjalani kehidupan beragama, bermasyarakat, dan berbangsa secara baik, damai, dan didasari semangat kerukunan. Keamanan terhadap aktivitas berdakwah Islam rahmatan lil alamin harus dijamin negara.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Yaqut Cholil Qoumas juga menyampaikan kecamannya atas kejadian itu. "Jelas kita mengutuk keras tindakan seperti itu. Biadab dan harus diusut tuntas. Siapa tahu ada aktor di belakang penusuk itu," ujar Yaqut Cholil Qoumas saat dihubungi Republika, Senin (14/9).

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti juga menyampaikan keprihatinan atas penyerangan tersebut. "Itu perbuatan jahiliyah," kata Mu'ti lewat pesan tertulis yang diterima Republika, Ahad (13/9).

Mu'ti menekankan, kepolisian harus mengungkap secara terbuka identitas dan motif pelaku penyerangan. Kepada seluruh masyarakat Indonesia, khususnya umat Islam, ia meminta agar tetap tenang menanggapi peristiwa tersebut. Mu'ti juga berharap tidak berspekulasi mengenai penyerangan yang menimpa Syekh Ali. "Semoga Syekh Ali Jaber dan keluarga senantiasa sehat dan diberikan kesabaran serta tetap teguh di jalan dakwah," ujar Mu'ti.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat