Pengunjung menaiki sepeda air di area wisata Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta, Sabtu (1/8). Situ Babakan menjadi kawasan wisata alternatif warga untuk berlibur pada liburan Hari Raya Idul Adha 1441 Hijriyah ditengah pandemi COVID-19 dengan tetap men | Republika/Thoudy Badai

Kisah Dalam Negeri

Menikmati Terapi Ikan di Situ Babakan

Situ babakan menjadi destinasi wisata yang digemari masyarakat Jakarta

 

 

SHABRINA ZAKARIA

Di bawah pohon rindang dan semilir angin yang sejuk, sejumlah warga menjajal fasilitas baru di Situ Babakan, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan (Jaksel) pada Selasa (8/9). Fasilitas tersebut adalah kolam terapi ikan yang dibangun Suku Dinas Sumber Daya Air (Sudin SDA) Jaksel, dan diresmikan Wali Kota Jaksel Marullah Matali pada 25 Agustus 2020.

Kolam ini berada di depan sumur pantau Situ Babakan dan memiliki luas 6x1,5 meter dengan kedalaman 60 sentimeter (cm) dan tinggi air 40 cm. Tampak beberapa warga, baik orang dewasa maupun anak-anak memasukkan kakinya ke dalam kolam yang dicat warna biru. Bahkan, terlihat seorang anak laki-laki menceburkan setengah badannya ke kolam tersebut. Padahal, petugas Sudin SDA yang bertanggung jawab terhadap keamanan kolam tidak mengizinkan warga untuk berenang.

Di bagian tengah kolam terdapat pancuran air. Selain ada ikan terapi sebanyak 6.000 ekor, di dasar kolam juga terdapat batu-batu berwarna putih yang berguna untuk mengendapkan lumut di dasar kolam. Seorang warga yang tinggal tak jauh dari Situ Babakan, Nuriah (44 tahun), mengaku, sudah mencoba terapi ikan sebanyak tiga kali sejak kolam dibuka untuk umum. Nuriah mengatakan, biasa datang sendiri setelah jalan pagi di sekitar situ. Hanya saja, pada Selasa ini, Nuriah datang bersama temannya Musfirah (44) yang merupakan tetangganya.

Nuriah dengan santainya mengucap, belum mendapatkan pengaruh yang signifikan di kakinya. Meskipun belum mengetahui secara rinci apa fungsi dari terapi ikan, ia tetap menikmati kolam terapi sebagai fasilitas mengisi waktu di Situ Babakan. “Baru sebatas coba-coba karena penasaran. Biasanya cuma bebek-bebekan sama kuliner aja yang bisa dinikmati,” kata Nuriah saat ditemui Republika pada Selasa siang.

Sementara Musfirah baru pertama kali mencoba kolam terapi ikan, lantaran diajak Nuriah. Padahal, ia sebelumnya sudah mendapatkan informasi tentang fasilitas baru di Situ Babakan, namun belum tergerak untuk menjajal. Saat pertama kali mencoba, Musfirah merasa kaget dan geli karena sel-sel kulit mati di kakinya digigit oleh ratusan ikan kecil berukuran dua cm. “Ternyata geli, tapi dikuat-kuatin aja. Tapi kalau sakit sih nggak sama sekali,” tutur Musfirah sambil memandangi kakinya yang sedang dikerubung ikan.

Nuriah sempat meledek Musfirah karena ikan yang mengerubungi kaki temannya lebih banyak dibandingkan kakinya. “Kaki lu bau kali!” tuturnya sambil tertawa.

photo
Warga beraktivitas di area wisata Situ Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta, Sabtu (1/8). Situ Babakan menjadi kawasan wisata alternatif warga untuk berlibur pada liburan Hari Raya Idul Adha 1441 Hijriyah ditengah pandemi COVID-19 dengan tetap menerapkan protokol kesehatan bagi pengunjung - (Republika/Thoudy Badai)

Baik Nuriah maupun Musfirah mengaku, tidak takut kulit di bagian jari kaki dikerubungi ikan. Pasalnya, ikan yang ada di kolam tergolong kecil. Mereka berdua kompak, mengatakan, jika ikan yang digunakan terapi berukuran lebih besar, kemungkinan tidak berani untuk mencoba fasilitas tersebut.

Kepala Sudin SDA Jaksel, Mustajab mengatakan, tidak ada alasan khusus mengapa jajarannya memilih ikan berukuran mini untuk mengisi kolam terapi. Hanya saja, ikan yang ada di kolam memiliki sifat jika ada yang tumbuh lebih besar daripada yang lain bakal menjadi kanibal dengan memangsa ikan lainnya. “Jadi, belinya rata sama-sama dua sentimeter biar tumbuhnya bareng,” kata Mustajab ketika dihubungi Republika.

Mustajab menyatakan, belum tahu persis jenis ikan yang disebar di kolam. Meski demikan, petugas Sudin SDA tetap memberi makan ribuan ikan secara rutin menggunakan cacing rambut atau cacing sutra setiap malam.

Menurut dia, kolam yang dibangun selama satu setengah bulan ini muncul dari ide dadakan. Dia menyebut, awalnya pengurus Masyarakat Air Indonesia (MAI) melakukan kunjungan untuk meninjau sumur pantau di Situ Babakan yang direncanakan untuk dibangun sarana umum tambahan. Karena terinspirasi dari kolam terapi ikan di salah satu kolam alami di Universitas Indonesia (UI), sambung dia, tercetuslah ide untuk memanfaatkan lahan di Situ Babakan untuk diubah menjadi kolam terapi ikan. “Awalnya mau dibuat batu terapi yang ditanam di beton. Tapi kemudian terinspirasi dari UI, muncul ide untuk dibuat kolam terapi ikan."

Selain berfungsi untuk pengobatan dan melancarkan darah, Mustajab mengeklaim, tujuan dari dibuatnya kolam terapi sebagai sarana dan prasarana baru di Situ Babakan untuk menjaring pengunjung. Ditambah lagi, pembuatan kolam tersebut tetap tidak mengubah fungsi dari Situ Babakan sebagai pengendali banjir. Tujuan jangka pendek pun tercapai, lantaran jumlah pengunjung bisa mencapai 100 orang pada akhir pekan.

Setiap harinya, Mustajab melanjutkan, kolam terapi ikan dibuka pada pukul 10.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB, dan waktu istirahat pukul 12.00 WIB sampai 13.00 WUB. Saat jam istirahat, pagar yang mengelilingi area kolam ditutup agar warga tidak masuk saat jam istirahat. Petugas yang berjaga juga tegas untuk meminta warga menunggu hingga waktu istirahat selesai jika mau menikmati fasilitas di kolam.

Mustajab menerangkan, sebelum masuk ke area kolam, warga diberi arahan untuk cuci tangan, cuci kaki, dan pakai masker. Setiap orang hanya diberi waktu 10 menit, dan hanya 10 orang maksimal yang bisa duduk di kolam tersebut dalam satu waktu agar tetap bisa menjaga jarak di tengah pandemi Covid-19.

Selain itu, ada juga peraturan yang tidak mengizinkan warga dengan penyakit diabetes, penyakit kulit, dan luka terbuka untuk masuk ke kolam. “Sebelum masuk kami akan cek, karena yang namanya darah kita nggak tahu kan itu darah apa,” tutur Gandi.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat