Sejumlah Polwan dari Ditlantas Polda Metro Jaya membawa poster saat sosialisasi penggunaan masker di kawasan Sarinah, Jakarta, Kamis (3/9). | ANTARA FOTO/Wahyu Putro A

Kabar Utama

DKI Kian Mengkhawatirkan

Penambahan kasus Covid-19 secara harian nasional dan DKI kembali pecahkan rekor.

JAKARTA -- Catatan kasus terkonfirmasi Covid-19 di Indonesia kembali mencapai rekor baru sebanyak 3.622 kasus pada Kamis (3/9). DKI Jakarta yang juga mencapai rekor kasus terkonfirmasi, kemarin menjadi penyumbang terbanyak.

Jumlah kasus yang diumumkan Satgas Penanganan Covid-19 kemarin mengalahkan rekor sebelumnya, yakni pada 29 Agustus dengan jumlah 3.308. Sementara, jumlah penularan di DKI kemarin mencapai 1.359 orang, mematahkan rekor pada 30 Agustus lalu sebanyak 1.094 kasus. 

Jumlah korban meninggal 24 jam belakangan juga mencapai 134 jiwa. Secara total, jumlah kasus nasional mencapai 184.268 kasus dengan 132.055 orang sembuh dan 7.750 meninggal.

Kenaikan kasus per hari di DKI Jakarta dan nasional tersebut berjalan beriringan sejak pertengahan Agustus lalu. Bila pada Juli lalu jumlah kasus harian nasional masih berada pada kisaran 1.000 sampai 2.000 orang, sepanjang Agustus lalu, penambahan kasus harian di atas 2.000 orang mulai jamak terjadi. 

Kondisinya semakin memburuk pada awal September. Tercatat sudah empat kali penambahan kasus harian yang tembus angka 3.000 dalam sehari. Pertama, pada 28 Agustus lalu dengan 3.003 kasus, lalu pada 29 Agustus dengan 3.308 kasus, 2 September dengan 3.075 kasus, dan hari ini 3.622 kasus. 

Gubernur DKI Jakarta mengakui, kondisi di Jakarta belakangan kian mengkhawatirkan. "Jakarta dalam kondisi mengkhawatirkan, angka kematian semakin bertambah," ujar Anies saat meluncurkan gerakan #AyoPakaiMasker di Mapolres Tanjung Priok, Kamis (3/9). Padahal, beberapa hari lalu, kondisi kasus Covid-19 di Jakarta, ia klaim terkendali. 

Kondisi kasus positif di Jakarta semakin mengkhawatirkan jika warga tidak tertib menggunakan masker. Hal ini disampaikan Anies saat meluncurkan gerakan #AyoPakaiMasker di Mapolres Tanjung Priok, Kamis (3/9). 

Anies mengatakan, kecenderungan melepas masker di dekat keluarga atau teman kerja dapat menciptakan klaster keluarga dan klaster perkantoran baru. Agar ini tak terjadi, Anies meminta warga disiplin menggunakan masker. Menurut Anies, hingga saat ini masih banyak warga Jakarta yang melanggar aturan tidak memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. 

Sementara itu, kapasitas tes PCR di Provinsi DKI Jakarta diklaim telah meningkat dari beberapa bulan terakhir. Peningkatan kapasitas tes PCR inilah yang dianggap Dinas Kesehatan DKI Jakarta menjadi penyebab semakin melonjaknya temuan kasus harian positif Covid-19 di Jakarta.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Dwi Oktavia memaparkan, beberapa hari terakhir, jumlah tes PCR untuk menemukan diagnosis baru berada pada kisaran 4.000-5.000 orang, pada 2 September, jumlahnya sebanyak 7.270 orang. 

Namun, dalam tren data yang dirilis Dinas Kesehatan terlihat jumlah tes PCR--banyak maupun sedikit-- tidak mempengaruhi tren pertambahan kasus positif. Artinya, bilamana tes PCR di Jakarta masif dan banyak, jumlah kasus hariannya memang banyak. Namun, bilamana tes PCR di Jakarta sedikit pun, jumlah kasus hariannya tetap meningkat.

Berdasarkan data terkini dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, terdapat dua laboratorium yang baru melaporkan hasil tes PCR karena juga baru beroperasi dan mendapat izin resmi dari Kemenkes RI. Dengan demikian, total sebanyak 56 laboratorium telah bekerja sama dengan Pemprov DKI Jakarta dalam melakukan pemeriksaan tes PCR. 

"Tidak dimungkiri, peningkatan kapasitas tes PCR di Jakarta ini turut disertai dengan penambahan jumlah kasus positif Covid-19," kata Dwi, Kamis (3/9).

Dari 7.270 orang yang dites PCR, seperti disebut di atas, sebanyak 1.137 dinyatakan positif dan 6.133 negatif. Jumlah itu menunjukkan positivity rate alias tingkat positif dari yang diperiksa 15,6 persen. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari standar aman Badan Kesehatan Dunia (WHO), yakni di bawah 5 persen.

Data kasus yang dicatatkan Pemprov DKI lebih tinggi dari yang dilaporkan satgas, yakni total penambahan kasus terkini sebanyak 1.406 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 270 kasus disebut merupakan akumulasi data dari hari sebelumnya yang baru dilaporkan.

Dwi Oktavia memaparkan, dari 1.406 kasus positif tersebut, 71 di antaranya adalah pekerja migran Indonesia yang sedang dikarantina di Wisma Atlet dan merupakan warga yang tinggal di luar DKI Jakarta (alamat tersebar di seluruh Indonesia).

"Dari penambahan kasus tersebut, 42 persen di antaranya adalah hasil tracing puskesmas yang melakukan pemeriksaan kepada kontak erat pasien positif,” kata dia.

Menurut dia, dari total pasien positif di Jakarta, sekira 55 persen adalah tanpa gejala, 32 persen bergejala, dan 13 persen tidak ada data. “Untuk klaster terbesar di Jakarta adalah permukiman, lalu perkantoran," ujar dia.

Sejumlah warga DKI Jakarta menilai, pengendalian Covid-19 di Ibu Kota masih minim. “Enam bulan Covid-19 ini menurut saya masih belum terkendali karena masyarakat masih banyak yang melanggar protokol kesehatan, Ya, kayaknya perlu sih ada sanksi tegas," kata Azis (27 tahun), warga Lenteng Agung, Jakarta Selatan, kepada Republika.

Sementara Komang (23), warga Cempaka Putih, Jakarta Pusat, menginginkan adanya karantina wilayah di Jakarta. "Makin ke sini makin banyak kayaknya ya, bahkan sempat rekor juga tuh beberapa hari, khawatir banget sih. Kalau bisa malah lockdown aja deh, tetapi kebutuhan warga bisa tersubsidi," ujarnya.

Presiden Joko Widodo sebelumnya mengingatkan kepala daerah untuk betul-betul mengawasi masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan. Pengawasan di lapangan, kata dia, dapat dilakukan dengan memberikan sanksi bagi para pelanggarnya.

“Tentu saja, akan lebih baik lagi kalau pengawasan lapangan itu betul-betul dilakukan pemberian sanksi yang tidak patut. Itu betul-betul juga dilakukan sehingga kedisiplinan nasional kita dalam mengikuti protokol kesehatan betul-betul dikerjakan oleh seluruh masyarakat,” ujar Jokowi saat memberikan pengarahan kepada para gubernur dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Selasa (1/9).

Jokowi juga meminta kepala daerah gencar melakukan promosi protokol kesehatan, seperti menjaga jarak, mengenakan masker, menghindari kerumunan, serta rajin mencuci tangan. Promosi kesehatan ini menjadi kunci utama sebelum vaksinasi dilakukan kepada seluruh masyarakat. “Libatkan tokoh masyarakat, libatkan PKK, libatkan RT dan RW,” ucap dia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat