Petugas gabungan dari Kecamatan Cilandak dan Polsek Cilandak menaruh instalasi peti mati jenazah Covid-19 saat aksi sosialisasi bahaya virus Covid-19 di kawasan Fatmawati, Jakarta, Kamis, (27/8). | Republika/Putra M. Akbar

Kabar Utama

Enam Bulan Pandemi, Faskes Terbebani

Lonjakan kasus yang terus terjadi sejak awal pandemi membutuhkan kesiapan faskes

JAKARTA – Memasuki September ini, genap enam bulan pandemi Covid-19 menyambangi Tanah Air sejak kasus pertama diumumkan pada awal Maret lalu. Tanda-tanda meredanya pandemi yang berdampak pada  banyak sektor di Tanah Air itu masih belum juga tampak dan memunculkan kekhawatiran soal kesiapan fasilitas kesehatan (faskes) ke depannya.

Pada Senin (31/8) Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 merilis penambahan sebanyak 2.743 kasus. Dengan tambahan itu, total akumulasi kasus covid mencapai 174.796 kasus. Selain itu, sebanyak 74 orang dinyatakan meninggal terkait Covid-19, menjadikan total kasus meninggal sebanyak 7.417 orang.

Sementara total kesembuhan mencapai 125.959 orang. Angka penambahan kasus kemarin lebih rendah dari penambahan harian sebelumnya, yakni 3.003 (Jumat, 28/8), 3.308 (Sabtu, 29/8), dan 2.858 (Ahad, 30/8). 

Meski begitu, dengan sekitar 2,2 juta pemeriksaan, rasio pemeriksaan di Indoenesia masih tergolong rendah. Dengan rasio 8.000 per sejuta orang, Indonesia berada pada peringkat 162 dunia. Menilik orang yang diperiksa sebanyak 1,3 juta orang, positivity rate Indonesia saat ini mencapai 13 persen.

Sejak pengumuman kasus Covid-19 perdana di Indonesia pada Maret lalu, sejumlah langkah telah ditetapkan pemerintah. Karantina wilayah hanya efektif berlaku sekitar sebulan pada April-Mei di sebagian daerah. Sejak itu, berbagai pelonggaran kebijakan diberlakukan. 

Mulai pertengahan Agustus angka penularan per hari terus memecahkan rekor nasional. DKI Jakarta, dengan penularan di atas seribu kasus pada 30 dan 31 Agustus jadi penyumbang kasus terbanyak. 

Lonjakan belakangan diikuti meningkatnya keterisian rumah sakit secara signifikan. Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Nasional, Wiku Adisasmito mengatakan, Tingkat keterisian tempat tidur di unit perawatan intensif (ICU) seluruh rumah sakit rujukan dan non-rujukan Covid-19 di DKI Jakarta tembus 77 persen. 

Angka ini jauh di atas batas ideal tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy ratio (BOR) rumah sakit di level 60 persen. Wiku menjelaskan, kenaikan secara signifikan tingkat keterisian RS di DKI Jakarta mulai terjadi dalam beberapa pekan belakangan. "Kondisi ini memang tidak ideal dan pemerintah sedang mendorong menurunkan angka keterpakaian tempat tidur ini untuk bisa di bawah 60 persen," ujar Wiku dalam keterangan pers, Senin (31/8). 

Untuk meringankan beban rumah sakit rujukan dan rumah sakit yang ikut menangani pasien Covid-19 di DKI Jakarta, pemerintah mengoptimalkan fungsi RS Darurat Wisma Atlet Kemayoran. Kapasitas Wisma Atlet akan dimaksimalkan untuk menampung pasien Covid-19 dengan gejala ringan sampai sedang. Sementara pasien bergejala berat dan memiliki komorbid atau penyakit penyerta, tetap diisolasi di RS rujukan. 

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemprov DKI Jakarta, Widyastuti mengiyakan soal kondisi keterisian rumah sakit di DKI.  “Kami kerja sama terus menerus memantau melalui rumah sakit mitra kita dan 67 rumah sakit untuk pengembangan penambahan. Penambahan-penambahan ini kalau sarananya cukup kita juga harus menguatkan SDM," kata Widyastuti, Senin (31/8).

Sementara, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memaparkan sejumlah evaluasi terkait kapasitas dan kualitas pelayanan rumah sakit di Tanah Air selama pandemi Covid-19. "Pertama terkait kapasitas tempat tidur dan ruang isolasi rumah sakit yang belum merata untuk pasien Covid-19," kata Deputi bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas Dr Subandi Sardjoko dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Senin.

Di samping itu, kekurangan peralatan emergensi dan pelayanan intensif masih ditemukan di banyak rumah sakit. Manajemen dan tata kelola kasus juga sebagian belum siap menghadapi kondisi pandemi. "Poin ke empat masih terdapat disparitas pelayanan tenaga kesehatan khususnya spesialis antarwilayah," katanya.

Persoalan sistem rujukan pelayanan yang belum adaptif terhadap kondisi darurat nasional juga masih terjadi. Terakhir, Bappenas juga mengevaluasi kurangnya integrasi antarfasilitas pelayanan kesehatan antarapuskesmas, rumah sakit dan laboratorium dalam deteksi serta surveilans kasus.

"Jadi itu beberapa isu yang masih harus kita tangani dan tentunya Bappenas bersama Kementerian Kesehatan berkoordinasi penyusunan reformasi sistem kesehatan," kata dia. 

Tambah kapasitas 

Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban, memperingatkan pemerintah terhadap beban rumah sakit rujukan untuk merawat pasien Covid-19. Pada bulan depan kondisinya diperkirakan semakin serius. 

"Kapasitas rumah sakit sekarang mulai penuh, tetapi akan menjadi lebih serius lagi untuk sebulan lagi," ujar Zubairi saat dihubungi Republika, Senin (31/8). Ia mengatakan, keterisian 70 persen di Jakarta ada yang benar-benar masih tersedia 30 persen atau bahkan kapasitas rumah sakit juga sudah terisi hingga 90 persen. 

Saat pasien mendapat rujukan, pasien harus menunggu cukup lama hingga mendapatkan tempat tidur di rumah sakit. Selain itu, ketersediaan informasi terhadap keterisian rumah sakit masih minimal. Bahkan tak jarang, pasien harus beberapa kali dirujuk ke rumah sakit yang berbeda untuk mencari tempat tidur kosong di unit perawatan intensif (ICU).

photo
Pasien sembuh Covid-19 mendonorkan plasma darahnya di Unit Tranfusi Darah (UTD) PMI Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (29/8). Pengambilan Plasma konvalesen atau plasma darah dari pasien yang sembuh Covid-19 yang menggunakan alat apheresis tersebut bertujuan untuk membantu penyembuhan dan terapi pasien terkonfirmasi Covid-19. - (Umarul Faruq/ANTARA FOTO)

Menurut dia, pertambahan kasus harian positif Covid-19, perlu diikuti juga dengan penambahan kapasitas di rumah sakit. Ia juga mendorong agar pemerintah menambah jumlah rumah sakit rujukan, tempat tidur di ICU, hingga ventilator. "Artinya, memerlukan bed tambahan, memerlukan rumah sakit rujukan tambahan. Dulu kan 59 (RS rujukan di DKI) sekarang ada 60-an, tapi masih belum cukup sekarang ini. Apalagi, untuk sebulan ke depan, jelas akan terus meningkat," kata Zubairi.

Sementara itu, Wakil Ketua Penanggulangan Covid-19 Rumah Sakit Achmad Muchtar (RASM) Bukittinggi, Dedi Herman mengatakan, kapasitas ruang isolasi pasien Covid-19 di RSAM sudah penuh. Kapasitas ruang isolasi pasien Covid-19 di RSAM hanya sanggup menampung 40 pasien. "Saat ini penuh. Ada 41 pasien (Covid-19) yang sedang kami rawat. Dan kemungkinan akan ada tambahan lagi hari ini," kata Dedi kepada Republika, Senin (31/8).

Tim Penanggulangan Covid-19 RSAM, menurut Dedi, sudah berbicara kepada pihak manajemen rumah sakit untuk meminta persetujuan penambahan ruang isolasi pasien Covid-19. Rencananya, mereka akan memakai ruang isolasi penyakit paru non-Covid-19. Sementara pasien paru non-Covid-19 akan dialihkan ke ruangan lain.

Dedi mengatakan, dengan penambahan yang sudah disetujui direktur rumah sakit, RSAM akan dapat menampung 50-60 pasien positif Covid-19. "Nanti kalau kembali terjadi outbreak, kita akan pikirkan lagi jalan keluarnya," ucap Dedi. 

RSAM merupakan salah satu RS rujukan Covid-19 di Sumbar. Mereka merawat pasien Covid-19 dari Kota Bukittinggi, Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, Kota Payakumbuh, Kota Pariaman, Kabupaten Lima Puluh Kota, dan beberapa daerah lainnya. 

RSAM memiliki tiga dokter spesialis paru dan puluhan perawat untuk penanganan Covid-19. Ia berharap, dengan lonjakan kasus positif ini, tidak ada tim medis yang tumbang karena akan berdampak serius pada pengendalian dan penanganan Covid-19. "Mohon doakan kami agar aman-aman saja," kata Dedi menambahkan.

photo
Petugas penjaga makam melintas di areal pemakaman khusus untuk jenazah Covid-19 di kawasan Simalingkar B, Medan, Sumatra Utara, Jumat (7/8). Pihak Pemkot Medan mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk menambah areal pemakaman khusus jenazah COVID-19 di Kota Medan mengingat jumlah korban meninggal dunia akibat Covid-19 terus meningkat. - (ANTARA FOTO/SEPTIANDA PERDANA)

Pemerintah Kota (Pemkot) Cimahi juga mengungkapkan, kapasitas makam untuk jenazah yang dikuburkan dengan protokol Covid-19 telah terisi penuh di Kampung Lebaksaat, RW 18, Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara. 

"Pemakaman Covid-19 sudah penuh semuanya, sekarang kita sedang cari lahan lagi untuk antisipasi," ujar Wali Kota Cimahi, Ajay M Priatna, Senin (31/8). Ia mengatakan, lahan baru yang dicari untuk memudahkan makam jenazah pasien ataupun suspect Covid-19 bukan di pemakaman umum. 

Menurut dia, kemungkinan besar lahan pemakaman berada tidak jauh dari lokasi makam jenazah Covid-19 yang sudah ada. "Di sini kami lagi cari di daerah bawahnya saja, biar tidak terlalu jauh dan tidak nyebar-nyebar juga," katanya.

Ajay mengatakan, untuk menangani penuhnya makam, pihaknya juga berupaya agar bisa menekan kasus Covid-19. "Kami berusaha menekan angka kasus Covid-19, kalau bisa jangan tambah-tambah lagi. Antisipasi saja, makanya cari lagi lahan baru," katanya.

Ia menyebutkan, tidak terdapat syarat khusus bagi lahan yang disiapkan untuk pemakaman kasus Covid-19. Yang terpenting, yaitu warga sekitar tak keberatan. Menurut dia, pihaknya memastikan jenazah positif Covid-19 ditangani sesuai prosedur pencegahan penularan.

"(Jenazah) dibungkus sedemikian rupa dengan protokol kesehatan yang baik oleh rumah sakit. Sudah aman, tapi harus cepat dimakamkan," katanya. Kasus Covid-19 di Kota Cimahi hingga Senin (31/8), terus mengalami penambahan hingga mencapai 210 kasus. Sebanyak 70 orang positif aktif, 136 orang dinyatakan sembuh, dan empat meninggal dunia. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat