Rio Angga yang telah hijrah dari dunia lamanya kini aktif di berbagai komunitas pengajian, seperti Syameela, YukNgaji dan Musawarah. | DOK IST

Oase

Rio Angga, Hidup Penuh Berkah Usai Hijrah

Sebelumnya, Rio Angga mencari nafkah dari bisnis dunia hiburan malam.

OLEH RATNA AJENG TEJOMUKTI

Nama lengkapnya, Rio Angga. Awalnya, pria yang kini berusia 38 tahun itu bekerja sebagai karyawan swasta. Perusahaan tempatnya bekerja saat itu tergolong besar di Jakarta.

Ceruk bisnis yang dijalankan korporasi ini bukanlah sekadar produksi barang atau jasa, melainkan hiburan malam. Hampir 14 tahun lamanya Rio mencari nafkah di sana.

Sejak berkarier di perusahaan tersebut, ia memiliki penghasilan yang lebih dari cukup. Bahkan, sering kali ia mendapatkan bonus sehingga pemasukannya melebihi kawan-kawan sebayanya yang bekerja di lain tempat.

Usaha hiburan malam tak lepas dari bisnis haram, semisal jual-beli minuman keras (khamr). Rio bukannya tidak tahu persoalan halal-haram. Ia beragama Islam sejak lahir. Akan tetapi, waktu itu dirinya belum sungguh-sungguh menjalani rutinitas ibadah. Bagi dia, agama hanyalah sekadar identitas pribadi.

Dia justru larut dalam pergaulan bebas. Dunia hiburan malam bukan lagi sekadar tempatnya bekerja, tetapi sudah menjadi pergaulan sehari-hari. Minuman keras hingga narkoba tak asing lagi baginya.

Rio mengenang, saat itu dirinya bekerja dan larut dalam pergaulan di klub malam. Mau tak mau, dia merasa sudah semestinya ikut di dalamnya, termasuk kegemaran mengonsumsi minuman keras dan narkoba.

"Namun, Allah masih sayang dengan saya. Saya sempat dihadapkan pada rasa kehampaan. Perasaan itu datang tiba-tiba lima tahun sebelum saya akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja," ujar dia saat berbincang dengan Republika, beberapa waktu lalu.

Sebelum mengalami krisis batin, ia sebatas mengakui eksistensi Allah, Tuhan Yang Mahapencipta. Ia masih terbiasa lalai dari mengingat Kemahakuasaan-Nya dalam kehidupan setiap insan. Malahan, Rio saat itu meyakini, kesuksesan hidupnya berasal dari kerja kerasnya semata. Padahal, keyakinan itu pada akhirnya terbantahkan.

Saat berusia 30 tahun, alih-alih memiliki kehidupan yang tenteram, ia justru selalu dirundung kegelisahan. Ternyata, harta benda yang dipunyai tidak mengantarkan dirinya pada kebahagiaan.

"Dunia saya terbalik, malam jadi siang dan siang jadi malam. Saya juga kemudian bergelut dengan minuman keras dan narkoba," kata dia.

Ia mulai kehilangan semangat. Tiba di kantor pun sekadar untuk memenuhi kewajiban demi memperoleh gaji bulanan. Tak ada lagi keinginan untuk bersenang-senang di klub malam. Hatinya merasa kosong, yang entah bagaimana datang dan perginya.

Puncaknya pada 2014, Rio hendak mengundurkan diri (resign) dari tempatnya bekerja selama ini. Ketika niatan itu diutarakannya, sang atasan membujuknya agar tetap bertahan. Bosnya itu menjelaskan, betapa prospek perusahaan ini akan semakin membaik dari tahun ke tahun. Semua karyawan, termasuk dirinya, bisa mendapatkan gaji dan bonus yang lebih besar lagi.

Iming-iming itu ternyata ampuh untuk mengurungkan niatnya resign. Manusia punya rencana, tetapi Allah Mahamemiliki rencana. Kali ini, teguran Allah datang.

Suatu kali, Rio difitnah oleh rekan kerjanya. Ia dituduh menggelapkan dana perusahaan. Padahal, pelaku kejahatan itu adalah bawahannya sendiri.

Rio awalnya berusaha tenang menghadapi kabar bohong itu. Ia merasa yakin, atasannya memandang dirinya sebagai karyawan yang loyal dan jujur. Akan tetapi, anggapan itu hanyalah fatamorgana belaka.

Sejak rumor penggelapan dana perusahaan itu beredar, kinerja Rio mulai diragukan atasannya sendiri. Loyalitas yang ditunjukkannya selama ini tidak lagi terlihat, seolah-olah lesap bersama angin.

Pada 2016, Rio pun memutuskan untuk resign. Sekarang, tak ada lagi bujuk rayuan dari atasan. Bahkan, seakan-akan jalan telah dilapangkan untuknya hengkang dari perusahaan tersebut.

"Saya keluar begitu saja tanpa melakukan prosedur administrasi. Sebab, saya berniat untuk meninggalkan segalanya yang terkait dengan hal itu," jelas dia.

Saat itu, dirinya sudah berkeluarga. Sebagai seorang ayah, ia menumbuhkan komitmen untuk mencari nafkah di jalan yang halal. Tak ingin lagi dirinya terlibat dalam bisnis penuh syubhat. Sementara itu, istri dan anaknya memberikan dukungan penuh untuknya.

photo
Rio Angga meninggalkan pekerjaan lamanya di perusahaan hiburan malam, untuk sepenuhnya mencari nafkah secara halal. - (DOK IST)

Tak putus berdoa

Memulai fase baru dengan meninggalkan pekerjaan lama tidaklah mudah. Rio sempat mengalami jatuh-bangun. Sejak berhenti bekerja, perekonomian keluarganya pun terguncang. Sebab, selama ini satu-satunya pemasukan berasal dari dirinya. Dari hari ke hari, uang di tabungannya pun kian menipis. Malahan, ia sampai terpaksa berutang demi memenuhi kebutuhan sehari-hari rumah tangganya.

"Saya tidak putus-putusnya berdoa, meminta kepada Allah. Jika ini adalah jalan yang terbaik, maka Allah pasti akan membukakan jalan. Saya yakin itu. Jika berharap kepada manusia, pada akhirnya kita akan kecewa, contohnya seperti ketika saya bekerja (di bisnis klub malam --Red)," kata dia menuturkan.

Rio bersyukur sekali karena keluarganya mendukung fase hijrahnya ini. Ia sendiri berkeyakinan, itulah momen ketika harta-harta yang selama ini dimilikinya akhirnya diambil kembali oleh Allah SWT.

Semua itu agar diri dan keluarganya bersih dari sisa-sisa harta syubhat dan haram. Rio pun melangkah dengan kemantapan hati. Jalan yang terbentang di hadapannya bagaikan kertas putih bersih, siap untuk diguratkan lagi demi ridha Ilahi.

Rio yang sempat bekerja serabutan akhirnya mempunyai uang sebagai modal usaha. Kepandaiannya dalam membuat berbagai masakan dan kue kering ternyata sangat berguna. Ia pun memulai usaha jasa boga (katering).

Pada enam bulan pertama, bisnisnya mulai menunjukkan tanda-tanda berkembang. Beberapa orang kawan dan tetangganya memesan nasi kotak atau kue buatannya. Umumnya, para konsumennya adalah ibu-ibu yang harus menyiapkan bekal untuk anak-anak mereka selama di sekolah.

Dari bulan ke bulan, jumlah pelang gan kateringnya terus bertambah. Bagi Rio, itulah salah satu bukti kebenaran janji Allah SWT. Ia ingat, seorang ustaz pernah berceramah tentang rezeki yang datangnya dari arah tak terduga.

Maksudnya ialah firman Allah SWT yang terkandung dalam surah at-Talaq ayat tiga, yang artinya, Dan Dia (Allah) memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. "Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah mengadakan ketentuan bagi setiap sesuatu."

Menginjak tahun kedua, bisnis kateringnya semakin lancar. Rio pun bernazar, bila diberi rezeki lebih, maka ia akan memberangkatkan keluarganya ke Tanah Suci. "Saya berniat, jika usaha saya ini lancar, saya ingin mengumrahkan istri saya. Sebab, istri saya ini mualaf," ucap dia.

 
Setiap niat yang lurus karena Allah, insya Allah akan mendapatkan balasan terbaik dari-Nya.
 
 

Ternyata Allah mengabulkan keinginannya itu. Seorang kenalan istrinya memberikan hadiah berupa perjalanan umrah secara cuma-cuma. Bahkan, yang bisa diberangkatkan bukan hanya satu orang, melainkan sepasang suami-istri.

Rio dan istrinya sangat bersyukur kepada Allah. Ia juga berterima kasih kepada rekan istrinya itu yang telah membawa kabar baik. Sebelum berangkat ke Tanah Suci, Rio dan istrinya sempat mengikuti bimbingan manasik kepada seorang guru agama Islam. Barulah ketika itu dirinya mengetahui istilah tamu Allah untuk jamaah umrah.

"Ustaz ini menjelaskan bahwa kita tidak bisa mengukur diri sendiri. Sebab, haji atau umrah itu merupakan panggilan yang dipilih oleh Allah SWT," kata dia.

Biaya perjalanan ke Arab Saudi memang ditanggung pemberi hadiah. Akan tetapi, uang saku berasal dari jamaah masing-masing. Jadilah Rio dan istrinya mesti memutar otak untuk memiliki cukup dana. Tak lupa, keduanya juga semakin larut dalam doa, terutama saat shalat tahajud dan bakda shalat fajar serta subuh.

Tak disangka-sangka, Allah SWT kembali membukakan jalan keluar. Alih-alih berutang, Rio mendapat pesanan katering dalam jumlah besar. Jumlahnya ternyata pas betul dengan uang saku yang ingin dikumpulkan.

Pengalaman umrah itu tak akan dilupakannya seumur hidup. Usai dari Tanah Suci, Rio dan keluarganya terus berusaha menjadi Muslimin yang baik. Ayah empat orang anak ini juga bergabung dengan sejumlah komunitas pengajian, seperti Terang Jakarta, Barisan Bangun Negeri (BBN), Syameela, YukNgaji dan Musawarah.

"Allah tidak pernah tidur. Setiap niat yang lurus karena Allah, insya Allah akan mendapatkan balasan terbaik dari-Nya. Kini kami sekeluarga dapat hidup layak dan yang penting, tenang tenteram. Anak-anak pun menikmati jerih payah dari usaha halal abi dan ummi-nya," ujar Rio.

"Jangan takut untuk memulai. Sertakan Allah dalam setiap langkah kehidupan kita," sambung dia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat