Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi di Sanya, Cina, Kamis (20/8) waktu setempat. | Dok Kementerian Luar Negeri RI

Kabar Utama

Safari Vaksin Berlanjut

Kerja sama vaksin akan bersifat transfer teknologi.

ABU DHABI -- Menteri Luar Negeri (Menlu) dan Menteri BUMN Erick Thohir melanjutkan kunjungan ke Uni Emirat Arab (UEA) setelah sebelumnya melakukan pertemuan resmi dengan Menlu Cina Wang Yi. Kunjungan kenegaraan ini dilakukan guna membahas berbagai kerja sama, terutama soal kerja sama vaksin.

"Ibu Menlu sudah tiba di UEA dan hari ini kegiatannya koordinasi setelah menjalani protokol kesehatan," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah saat dihubungi Republika, Jumat (20/8).

Sesuai rencana, Faiza mengatakan, besok atau Sabtu (22/8) waktu setempat akan dimulai kegiatan. Di antanya pertemuan dengan Menlu UEA Anwar Gargash dan perusahaan setempat, G42.

G24 adalah perusahaan UEA yang telah menggandeng perusahaan Cina Sinopharm melakukan uji klinis tahap III vaksin Covid-19. Uji klinis yang dimulai pada Juli tersebut adalah yang pertama di dunia.

Sebanyak 15 ribu relawan ikut serta dalam uji klinis yang dilakukan di Abu Dhabi itu. Petinggi Sinopharm pada bulan ini menyatakan kemungkinan vaksin mereka bisa digunakan publik pada akhir 2020.

Selain dengan Cina, UEA juga telah menyepakati kerja sama pengembangan vaksin dengan Israel. Hal itu termasuk dalam klausul perjanjian damai dan hubungan diplomatik kontroversial yang diteken pekan lalu. “Upaya ini akan menolong nyawa umat Islam, Yahudi, dan Kristen regional,” demikian tertulis dalam perjanjian itu seperti dilansir the Jerusalem Post.

photo
Penandatangan kerja sama antara Bio Farma dan Sinovac terkait vaksin Covid-19 disaksikan oleh Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir di Sanya, Cina, Kamis (20/8) - (Dok Kementerian Luar Negeri RI)

Menlu Retno mengatakan, ia dan Erick Thohir diutus Presiden untuk menindaklanjuti beberapa kerja sama bilateral. “Termasuk kerja sama di bidang vaksin dan ekonomi lainnya, termasuk dengan UEA," ujar Menlu Retno dalam pengarahan media secara daring, Kamis malam. 

Sebelum bertolak ke UEA, Retno dan Erick Thohir lebih dulu berkunjung ke Sanya, Republik Rakyat Cina (RRC). Pertemuan Menlu Retno dan Erick dengan Menlu Wang Yi menghasilkan sejumlah kesepakatan bilateral. "Kami berdua juga telah melakukan pertemuan dengan sejumlah industri farmasi dan manufaktur vaksin Cina, yaitu Sinovac, Sinopharm, dan Cansino," kata Retno.

Menlu mengatakan, terdapat dua dokumen yang ditandatangani antara Bio Farma dan Sinovac. Pertama, kedua perusahaan farmasi itu berkomitmen untuk menjamin ketersediaan vaksin hingga 40 juta dosis mulai November tahun ini hingga Maret 2021.

Sementara dokumen kedua berisi kesepakatan bahwa Sinovac akan memberikan prioritas kepada Bio Farma untuk persediaan vaksin setelah Maret 2021 hingga akhir 2021.

Terkait Cansino Biologics, merujuk the New York Times, mereka  mengembangkan vaksin berbasis adenovirus (sejenis virus yang biasa menyerang mata, paru-paru, saluran pernapasan dan pencernaan, serta sistem saraf) bernama Ad5. Mereka bekerja sama dengan Akademi Sains Medis Militer. 

Setelah melewati fase II pada Juni lalu, militer Cina langsung menyetujui penggunaan vaksin itu tanpa melewati fase III. Namun, di Arab Saudi vaksin ini tetap melalui fase III, serupa dengan yang dilakukan Sinovac dan Bio Farma di Indonesia. 

Sementara, Erick Thohir yang juga merupakan ketua pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) mengatakan, kerja sama dengan perusahaan farmasi dan manufaktur vaksin Covid-19 Cina bukan hanya sekadar pembelian produk.

“Bahwa Bio Farma tidak hanya tukang jahit, tetapi Bio Farma adalah sebuah kesepakatan dengan Sinovac yang ada yang namanya transfer knowledge dan teknologi," ujar Erick dalam pengarahan media secara daring pada Kamis malam.

Dalam pertemuan, Erick menyebut, Indonesia menyampaikan mengenai pentingnya jumlah vaksin yang memadai, tepat waktu, aman, dan dengan harga yang terjangkau. Erick Thohir juga melihat adanya komitmen kuat dari sejumlah industri farmasi Cina untuk melakukan kerja sama vaksin dengan Indonesia. 

Epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair), Laura Navika, mengatakan, pengembangan vaksin memang harus melibatkan banyak negara. Ia menjelaskan, vaksin pada dasarnya bersifat umum dan perlu diuji efektivitasnya pada ras-ras yang berbeda. “Misalnya, dari ras orang Indonesia, yaitu Melayu kemudian dari ras Eropa,” ujarnya kepada Republika, kemarin. 

Selain itu, menurut dia, tahapan uji klinis juga harus memenuhi syarat diuji secara acak bukan hanya pada satu kelompok. Tak hanya itu, dia melanjutkan, pengujian ini juga harus bersifat independen di luar kelompok yang memproduksi vaksin.

"Mungkin saja vaksin yang dibuat negara-negara ini berbeda atau bahan baku gen virusnya berbeda. Ini dipetakan mana sih yang tingkat keberhasilannya lebih tinggi," katanya.

Nantinya, ia menyebutkan, hasil uji coba ini dibutuhkan untuk data sains. Kemudian jika vaksin ini ditemukan, dia menambahkan, Indonesia telah memiliki acuan menggunakan vaksin dari mana. 

Vaksin Rusia

Sementara, Rusia dilaporkan sedang mempersiapkan program uji vaksin Covid-19 terbesar di lima negara, termasuk Arab Saudi. Pengusaha Rusia, Kirill Dmitriev, yang memimpin pengembangan vaksin mengatakan, Saudi akan menjadi salah satu negara yang akan menguji pengobatan Covid-19 dengan vaksin bernama Sputnik V itu.

Lebih dari 40 ribu tes akan diluncurkan pada pekan depan di Rusia. Pengujian tersebut rencananya akan diperluas hingga Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Filipina, India, dan Brasil. "(Ini menjadi) salah satu uji coba terbesar yang sedang berlangsung di dunia," kata dia dilansir di Arab News, Jumat (21/8).

Dmitriev, yang merupakan kepala eksekutif Dana Investasi Langsung Rusia yang memiliki hubungan dekat dengan Saudi, mengatakan, sedang dalam pembicaraan dengan Kementerian Kesehatan Saudi. Dia juga sedang mengatur kunjungan pejabat dan ilmuwan ke pusat penelitian Moskow, tempat vaksin telah dikembangkan.

"Kami percaya bahwa Saudi akan menjadi mitra yang sangat kuat untuk kerja sama kami dalam vaksin Sputnik V," katanya. Dmitriev menambahkan, vaksin itu telah ditinjau oleh "jurnal ilmiah besar", tetapi dia menolak untuk menyebutkan nama jurnalnya. Jurnal ini, menurut dia, akan segera memberikan hasil yang positif. Dia pun berjanji akan lebih banyak merilis data tentang aspek ilmiah dari vaksin itu.

Vaksin Rusia dikembangkan berdasarkan upaya sebelumnya, yang dilakukan oleh lembaga penelitian Gamaleya di Moskow pada penyakit Ebola dan MERS dan bergantung pada adenovirus manusia. Hal ini, menurut Rusia, telah diuji dan dibuktikan bila dibandingkan teknik lainnya.

Dmitriev menjelaskan, teknik adenovirus manusia telah digunakan untuk jenis vaksin lain oleh jutaan personel militer AS dan telah disetujui oleh otoritas obat Amerika. "Adenovirus manusia adalah cara yang tepat dan cara teraman untuk pergi," katanya.

Vaksin Sputnik V terdaftar di Rusia dua pekan lalu sebagai vaksin anti-Covid-19 pertama yang diakui oleh Pemerintah Rusia. Namun, vaksin itu diragukan di Eropa dan AS karena belum melalui uji kritis tahap III yang melibatkan pengujian skala besar pada manusia. Beberapa ilmuwan juga mengatakan, belum cukup data yang dirilis oleh Rusia tentang proses pengembangan vaksin itu.

Sementara itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, akan mengajak Rusia berdiskusi guna meraih informasi terkait Sputnik V. Pejabat Kedaruratan Senior WHO, Catherine Smallwood mengatakan, WHO sudah memulai diskusi langsung dengan Rusia.

Meski begitu, Direktur WHO Eropa, Hans Kluge menekankan, seluruh pengembangan vaksin harus melalui uji klinis yang sama. "Kami tak ingin terburu-buru dan mengambil kesimpulan," kata dia dilansir the Guardian, kemarin. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat