|

Resonansi

Nyanyian Keabadian Iqbal, Telinga Mana yang Masih Hirau? (III)

Beberapa tahun sebelum kematiannya pada malam 20-21 April 1938, keadaan kesehatan Iqbal sudah semakin merosot, sekalipun puisi profetiknya masih saja mengalir. Menurut kesaksian DR Javid Iqbal, anak sulungnya kelahiran 1924, di atas dipan kematian, ayahnya tetap saja gembira dan penuh humor, padahal dokter telah mengingatkan tentang jam-jam terakhir penyair ini akan segera datang. Bagi Javid, kepergian seorang ayah baru dirasakan benar setelah ia dewasa: "Kematian seorang ayah adalah sebuah kehilangan yang mengerikan. Tetapi dalam usia 14 tahun saya terlalu belia untuk menyadari nilai apa yang telah hilang itu." (Lih Hafeez Malik, hlm 62-63).

Iqbal yang lahir pada 1877, saat India masih berada di bawah jajahan Inggris. Hubungan antara umat Hindu yang mayoritas dan kaum Muslim yang minoritas di India sering tidak harmonis. Konflik tidak jarang berlaku, dipicu oleh aneka sebab. Umat Hindu lebih terdidik dibandingkan umat Islam. Mungkin situasi yang semacam inilah sebagai salah satu faktor yang mengilhami Iqbal untuk mempunyai sebuah bangsa dan negara sendiri, terlepas dari India. Kedua komunitas ini sebenarnya sama-sama mengalami situasi tentang betapa getirnya hidup sebagai bangsa terjajah. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, amat disayangkan Pakistan merdeka sebagai wujud dari impian Iqbal telah mengkhianati seluruh pesan keabadian penyair ini.

Islam bagi Iqbal adalah segala-galanya, posisinya jauh di atas filsafat. Pakistan merdeka diharapkan akan memahami benar pesan besar di balik gerakan politik Iqbal. Dalam membedakan posisi agama dan filsafat, Iqbal menulis: ?Agama bukanlah sebuah ihwal yang terpisah; ia tidak semata pemikiran, tidak pula hanya perasaan, juga bukan semata perbuatan; ia adalah sebuah ekspresi dari manusia yang utuh (an expression of the whole man). Maka, dalam menilai agama, filsafat harus mengakui posisi tertinggi agama dan tidak ada alternatif lain kecuali mengakuinya sebagai sebuah titik pusat dalam proses sintesis reflektif.? (Lih Hafeez Malik, hlm 122). Amat dalam dan amat tajam definisi agama dalam konstruksi pemikiran Iqbal, sesuatu yang sukar dijangkau oleh otak biasa, termasuk otak-otak elite Pakistan yang pemahaman agamanya biasa-biasa saja.

Penulis L R Gordon-Polonskaya dalam artikelnya "Ideology of Muslim Nationalism" mengomentari kutipan di atas sebagai berikut: "Inilah salah satu alasan mengapa Iqbal mengemukakan gagasan-gagasan filosofis dan sosiopolitiknya sebagai bagian dari doktrinnya untuk reformasi Islam." (Ibid). Reformasi Islam bagi Iqbal harus berujung dengan terjadinya reformasi di ranah sosial-politik, tidak hanya terhenti pada gagasan. "Dia", tulis Polonskaya, "berupaya menunjukkan keperluan menjaga agama dan bentuk-bentuk pandangan dunia keagamaan bagi pembuktian makna sejati dari keberadaan kepribadian manusia dan masyarakat ideal, di samping juga untuk membuka kebenaran-kebenaran objektif yang tidak dapat ditembus dengan bantuan analisis ilmiah." (Ibid, hlm 21-22). Dalam perspektif ini, ilmu pengetahuan dan bahkan filsafat di mata Iqbal harus bertanya kepada agama tentang sesuatu yang berada di luar jangkauan persepsi intelektual manusia.

Pada seri kedua "Resonansi" ini sudah dijelaskan bahwa Iqbal ingin membangun sebuah dunia cita-cita dengan mengawinkan intelek dengan cinta yang masing-masing melambangkan sisi-sisi keunggulan Barat dan keunggulan Timur. Domain Intelek Barat yang kering dan bertakhta di otak mesti menyatu dengan domain cinta Timur yang memberi kesuburan spiritual yang bertakhta di hati manusia. Bukankah kemanusiaan itu tunggal" Mengapa Barat dan Timur tidak saling menyapa, tidak saling memberi dan menerima" Iqbal adalah jembatan yang ingin mempertautkan belahan dunia yang terpisah itu. Kecongkakan Barat dengan ilmu dan teknologinya hanyalah akan membawa dunia ke jurang harakiri, jika cinta tidak mencegahnya. Iqbal paham betul kedahsyatan kekuatan cinta (i'syq dalam bahasa Persi) itu.

Akhirnya, tiga seri "Resonansi" tentang nyanyian dan pemikiran Iqbal ini hanyalah sekelumit belaka dari samudra perhatian Iqbal yang tertuang dalam puisi dan prosa yang telah ditulisnya dalam tiga bahasa: Urdu, Persi, dan Inggris. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat