Seorang penyintas dievakuasi dari reruntuhan bangunan yang terdampak ledakan di Beirut, Lebanon, Kamis (5/8). | AP/Hassan Ammar

Kisah Mancanegara

‘Alhamdulillah, Kami Masih Hidup’

Pemerintah Lebanon mengakui keberadaan amonium nitrat di pelabuhan.

OLEH RIZKY JARAMAYA, LINTAR SATRIA 

Sebuah video memperlihatkan seorang wanita dengan gaun pernikahan berwarna putih. Ia tersenyum bahagia untuk menyambut hari bahagianya. Namun, senyum itu berubah menjadi kepanikan. Suara ledakan terdengar dahsyat yang berasal dari Pelabuhan Beirut, Lebanon, Selasa (4/8).

Pengantin perempuan itu adalah Israa Seblani (29 tahun). Ia bekerja sebagai seorang dokter di Amerika Serikat (AS). Tak ada keceriaan pesta bagi Seblani. Ia malah sibuk membantu memeriksa orang-orang di sekitarnya yang mengalami luka-luka sebelum menyelamatkan diri dari alun-alun Saifi ke tempat yang lebih aman. 

Ketika ledakan terjadi, Seblani sedang membuat video pernikahan bersama dengan suaminya, Ahmad Subeih (34 tahun), pengusaha di Beirut. Rekaman video pernikahan Seblani dan Subeih menangkap momen ketika ledakan mengguncang ibu kota Lebanon yang memakan banyak korban orang dan mencederai ribuan orang lainnya. Sehari setelah ledakan, Seblani dan suaminya masih memikirkan kejadian yang mereka alami. 

"Saya telah mempersiapkan hari besar saya selama dua minggu dan saya sangat bahagia seperti gadis-gadis lainnya yang akan menikah. Ketika ledakan terjadi, saya tidak bisa berkata apa-apa, saya terkejut dan bertanya-tanya apa yang terjadi, apakah saya akan mati?" ujar Seblani yang tiba di Beirut tiga minggu sebelumnya untuk mempersiapkan pernikahannya. 

Kaca-kaca hotel tempat Seblani menginap telah pecah dan berserakan di lantai bersama dengan sisa-sisa rangkaian bunga yang menghiasi meja perjamuan untuk resepsi pernikahannya. Setelah ledakan, Seblani dan suaminya mencoba untuk menenangkan diri dan melanjutkan resepsi pernikahannya. 

Seblani mengaku tidak pernah mendengar suara ledakan yang sangat besar seperti ini sebelumnya. Dia sangat sedih dengan kondisi Beirut setelah ledakan. Namun, Seblani bersyukur karena dia dan suaminya serta keluarganya masih hidup dan dalam kondisi baik-baik saja. 

"Ketika saya bangun dan melihat kerusakan yang terjadi di Beirut, satu hal yang saya katakan adalah alhamdulillah, kami masih hidup," kata Seblani. Seblani mengatakan, hari pernikahannya telah diwarnai oleh peristiwa mencengangkan yang menimbulkan banyak kerusakan dan memakan banyak korban. 

Dia sangat bersyukur karena Tuhan masih melindungi dirinya, suami, beserta keluarganya termasuk fotografer yang mengambil video pernikahannya. "Ini membuat saya optimistis untuk menjaga kebahagiaan saya saat datang ke sini untuk merayakan pernikahan kami," ujar Seblani. 

photo
Helikopter militer menyiramkan air untuk meredam panas di lokasi ledakan di pelabuhan Beirut, Kamis (5/8).  - (AP/Hussein Malla)

Sementara itu, Subeih memasuki hotel yang telah porak poranda pada Rabu (5/8) untuk mengambil barang-barang dan paspornya. Dia sedang menunggu visa ke AS agar bisa menjalani kehidupan rumah tangga bersama istrinya. 

Menurutnya, dengan kondisi seperti ini, tinggal di Lebanon bukan menjadi pilihan utama. Ledakan yang terjadi di pelabuhan Beirut diduga berasal dari gudang yang berisi bahan-bahan peledak. Presiden Lebanon Michel Aoun mengatakan, sebanyak 2.750 ton amonium nitrat disimpan selama enam tahun di pelabuhan itu tanpa dilengkapi dengan keamanan yang memadai. 

Potensi ledakan

Menteri Informasi Lebanon Manal Abdel Samad Najd mengatakan ada surat-surat dan dokumen dari tahun 2014 mengenai keberadaan amonium nitrat yang disimpan di pelabuhan Beirut. Kepada stasiun televisi Lebanon Al Mamlaka, ia mengatakan surat-surat tersebut berisi tentang potensi ledakan di Beirut. Najd mengatakan penyelidikan mengenai penyebab ledakan belum memberikan hasil. "Tidak ada klarifikasi atau hasil awal," katanya.  

Pada tahun 2013 kapal Rusia yang berbendera Moldova membawa kargo berisi berton-ton amonium nitrat. Kapten Rhosus, Boris Prokoshev mengatakan bahan kimia yang biasanya dipakai untuk pupuk atau meledakan tambang itu dibawa dari Mozambik menuju Georgia.

Kapal itu sempat berhenti di Yunani untuk mengisi bahan bakar. Saat itulah ketika pemilik dan awak kapal kehabisan uang yang membuat mereka terpaksa memuat kargo tambahan. Kapal itu pun mengambil jalan memutar ke Beirut.

Rhosus milik perusahaan yang bernama Teto Shipping, salah satu awak kapal mengatakan perusahaan itu milik Igor Grechushkin. Seorang pengusaha asal Khabarovsk  yang tinggal di Siprus.

CNN melaporkan Serikat Pelaut Rusia yang berafiliasi dengan Federasi Pekerja Transportasi Internasional (ITF) mengatakan sesampainya di Beirut, pemerintah setempat menahan Rhosus. Kapal itu dianggap 'melanggar peraturan operasi kapal'.

photo
Seorang penyintas dievakuasi dari reruntuhan bangunan yang terdampak ledakan di Beirut, Lebanon, Kamis (5/8). - (AP/Hassan Ammar)

Seperti tidak membayar tagihan pelabuhan dan dikeluhkan oleh awak Rusia dan Ukrainanya.  Rhosus pun tidak pernah melanjutkan perjalanan. Prokoshev mengatakan para pelaut berlayar selama 11 bulan dengan suplai yang sedikit.

"Saya menulis surat ke Putin setiap hari, akhirnya kami harus menjual bahan bakar dan menggunakan uangnya untuk menyewa pengacara karena tidak ada pertolongan, pemilik bahkan tidak memberi kami makan atau air," kata Prokoshev saat diwawancara radio Echo Moscow.

Kapten dan awak kapal pun meninggalkan kapal itu di Beirut. "Berdasarkan informasi kami, para awak kapal Rusia direpatriasi ke tanah air mereka, gaji mereka tidak dibayarkan," kata Serikat Pelaut Rusia.

Serikat mengatakan pada saat itu kargo berisi benda-benda berbahaya, amonium nitrat. Pihak berwenang pelabuhan Beirut tidak mengizinkan muatan kapal itu dikeluarkan atau dipindahkan ke kapal lain.

Pada tahun 2014, pendiri aktivitas pelacakan aktivitas maritim Mikhail Voytenko mengatakan kapal itu 'bom yang mengambang'. Berdasarkan surat-menyurat antara Prokoshev dan pengacara Charbel Dagher yang mewakili para awak kapal di Lebanon, amonium nitrat akhirnya dikeluarkan dari kapal pada November 2014.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat