Petugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin Covid-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8). | M Agung Rajasa/ANTARA FOTO

Kabar Utama

Vaksin Covid-19 Utamakan Bahan Halal

Tujuh kandidat vaksin Covid-19 masuk tahap tiga.

BANDUNG -- Uji klinis tahap III vaksin Covid-19 di Indonesia direncanakan pada pertengahan Agustus 2020. Menurut Direktur Utama PT Bio Farma Honesty Basyir, produksi vaksin akan dimulai setelah tahapan uji klinis selesai. 

Target yang dibidik Bio Farma adalah Januari 2021. Honesty mengatakan, selain untuk mendapatkan izin edar dari Badan POM, Bio Farma juga sudah melakukan komunikasi dengan Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Lembaga Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetik (LPPOM) MUI untuk mengkaji bersama vaksin Covid-19 dari sisi kehalalan. 

“Kami concern terhadap aspek kehalalan ini sehingga  dalam riset dan pengembangan vaksin akan mengutamakan penggunaan bahan-bahan yang nonanimal origin," ujar Honesti Basyir dalam konferensi pers, Kamis (6/8).

Bio Farma, kata dia, saat ini sudah siap dengan kapasitas produksi untuk vaksin Covid-19 sebanyak 100 juta dosis. Mereka juga sedang menyiapkan fasilitas produksi tambahan dengan kapasitas sebesar 150 juta dosis yang akan selesai pada Desember 2020. "Sehingga pada awal tahun 2021, kapasitas produksi Bio Farma untuk vaksin Covid-19 bisa 250 juta dosis dalam setahun," kata Honesti. 

Kapasitas produksi vaksin Covid-19 di Bio Farma, kata dia, sebanyak 100 juta dosis per tahun. Pada akhir 2020, akan ada tambahan kapasitas sebesar 150 juta dosis seiring dengan selesainya pembangunan gedung produksi vaksin baru.

Sementara itu, sebanyak 800 orang sudah terdaftar menjadi relawan uji klinis calon vaksin Covid-19 yang akan dimulai 11 Agustus mendatang. Relawan tersebut, di antaranya Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Wali Kota Bandung Oded M Danial. Mereka, masuk dalam daftar relawan yang akan disuntikan vaksin buatan Sinovac Biotech.

Menurut Ketua Tim Peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (Unpad) Kusnandi Rusmil, pihaknya mendapat respons positif dari masyarakat terkait uji klinis calon Vaksin Covid-19. Hal tersebut, terbukti dengan banyaknya pendaftar yang berminat untuk menjadi relawan.

Namun, kata dia, tak semua relawan lolos dalam seleksi yang dilakukan tim dari Unpad karena persyaratan yang harus dipenuhi salah satunya yakni warga Kota Bandung.

"Alhamdulillah respons sangat bagus, banyak sekali yang mau jadi relawan. Sampai sekarang sudah ada 800 orang. Pak Gubernur dan Wali Kota juga siap jadi relawan, tapi saya bilang boleh-boleh saja, asalkan diperiksa dulu," ujar Kusnandi di Bandung, Kamis (6/8).

Kusnandi mengatakan, banyak tenaga medis termasuk dokter yang mengajukan diri untuk menjadi relawan. Namun, pihaknya menolak karena lokasi tenaga medis tersebut berada di luar Kota Bandung. Sehingga, dinilai cukup sulit untuk melakukan proses pemantauan yang berlangsung selama enam bulan.

"Penelitian ini akan ada lima kali datang, takutnya nanti mereka ada keperluan mendadak itu akan menjadi sulit. Jadi, yang dianjurkan dan diterima itu dari Kota Bandung. Maksudnya itu supaya kita gampang memantaukan," ujarnya.

Kusnandi pun memastikan, proses pendaftaran bagi relawan masih berlanjut selama dua bulan sejak Juli hingga Agustus ini. Karena, tim penliti masih kekurangan jumlah relawan dari target 1.620 orang. "Jadi, kami sekarang masih membuka pendaftaran selama dua bulan (Juli-Agustus), dan uji klinis akan dimulai nanti tanggal 11 (Agustus) di enam tempat yang sudah kita tentukan," katanya.

Keterbukaan informasi

Direktur LPPOM MUI Lukmanul Hakim mengungkapkan, sejauh ini, proses pengkajian vaksin Covid-19 tidak menemui kendala berarti. Lukmanul juga meyakinkan bahwa LPPOM MUI sudah berpengalaman dalam mengkaji vaksin halal. “Kita sudah pengalaman mengkaji vaksin untuk banyak penyakit, polio, flu, dan lainnya, dan dalam konteks informasi sejauh ini, tidak ada masalah,” kata Lukmanul saat dihubungi Republika.

“Yang kita butuhkan adalah keterbukaan dari produsen. Kita juga masih bisa melakukan pelacakan,” katanya menambahkan. 

Meski begitu, Lukmanul menekankan bahwa LPPOM MUI masih belum bisa memberikan ketegasan terkait status kehalalan vaksin Covid-19, mengingat proses pengkajian yang masih berlangsung.  “Untuk peluang kehalalannya masih 50:50 ya, mungkin halal mungkin tidak,” kata Lukmanul.

Menurut dia, tim pengkaji kehalalan itu baru terbentuk. Rapat yang dilakukan juga masih rapat-rapat perdana. “Jadi, belum sampai ditahap penelusuran mendalam,” katanya. 

Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir yang juga ketua pelaksana Tim Penanganan Pandemi Virus Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PEN) menjanjikan bahwa vaksin Covid-19 yang tengah diproduksi PT Bio Farma dibuat dari bahan baku halal.

"Insya Allah bahan baku halal digunakan untuk vaksin Covid-19 karena Bio Farma sudah menjadi salah satu pusat produksi vaksin halal dunia," ucap Erick saat meninjau laboratorum Bio Farma, holding BUMN di bidang farmasi di Bandung, Jawa Barat, Selasa (4/8).

photo
Petugas kesehatan menunjukan vaksin saat simulasi uji klinis vaksin Covid-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8). Simulasi tersebut dilakukan untuk melihat kesiapan tenaga medis dalam penanganan dan pengujian klinis tahap III vaksin Covid-19. - (M Agung Rajasa/ANTARA FOTO)

Erick mengatakan, sertifikasi halal untuk vaksin virus korona nantinya akan diterbitkan MUI, tapi bahan bakunya dan produksi sudah siap. "Oleh karena itu, saya meminta masyarakat tak perlu cemas dengan kualitas vaksin virus korona yang pasti akan didistribusikan di seluruh Indonesia," kata Erick.

Sedangkan, Kepala Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) Prof Ir Sukoso menyampaikan, vaksin Covid-19 tidak perlu terlebih dulu dilakukan sertifikasi halal. "Proses untuk mendapatkan kehalalan produknya kan prosesnya harus diaudit. Audit itu butuh waktu. Tetapi, menolong kan harus secepatnya. Jadi, ya monggo saja digunakan dulu (vaksinnya). Kan sekarang ini nyawa manusia harus diselamatkan (karena) kondisinya emergency sekali," tuturnya.

Dalam kondisi darurat seperti saat pandemi seperti ini, menurut Sukoso, berlaku juga kaidah kedaruratan. “Maka, berlakulah apa pun itu yaitu harus diselamatkan nyawa manusia dulu. Kondisinya sekarang kan semua butuh (vaksin)," kata dia. 

Tahap tiga

Banyak lembaga riset mikrobiologi dan perusahaan farmasi dari berbagai negara yang kini berlomba-lomba menemukan vaksin Covid-19. Namun, ternyata baru ada tujuh kandidat vaksin Covid-19 yang berhasil masuk uji klinis tahap ketiga. 

Sisanya, 25 kandidat baru masuk uji klinis tahap pertama dan 17 kandidat yang masuk uji klinis tahap kedua. "Dan belum ada satu pun di dunia yang sudah lulus uji," kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, dalam keterangan pers di kantor Presiden, Kamis (6/8).

Wiku menyebutkan, Indonesia pun ikut berperan dalam pencarian vaksin yang cocok membangun antibodi Covid-19 ini. Perusahaan farmasi nasional juga menjalin kerja sama dengan sejumlah lembaga di luar negeri dalam riset vaksin ini. Salah satunya adalah Sinovac Biotech Ltd asal Cina yang digandeng oleh Bio Farma.

Sinovac berhasil memasukkan vaksin produksinya dalam tujuh kandidat vaksin Covid-19 yang mulai menjalankan uji klinis tahap 3. Selain Sinovac, ada pula Wuhan Institute of Biological Products atau Sinopharm, Beijing Institute of Biological Products juga dari Sinopharm, serta BioNTech-Fosun Pharma yang bekerja sama dengan Pfizer.

Selanjutnya, ada University of Oxford di Inggris yang bekerja sama dengan AstraZeneca, Moderna bekerja sama dengan NIAID dari Amerika, dan terakhir adalah University of Melbourne yang bekerja sama dengan Murdoch Children's Research Institute.

"Semua negara akan berusaha keras untuk bisa mendapatkan atau menghasilkan vaksin untuk melindungi masyarakatnya. Tidak terkecuali Indonesia juga melakukan hal itu, mencari yang terbaik di dunia, yang tercepat dan terefektif. Begitu juga, mengembangkan vaksin yang ada di Indonesia," kata Wiku.

Ia menambahkan, uji klinis dilakukan terhadap ribuan orang untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya serta efek samping yang mungkin timbul. Per Kamis (6/8), Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran sudah menjaring 800 orang untuk menjalani uji klinis vaksin hasil kerja sama antara Bio Farma dan Sinovac. Artinya, masih ada kekurangan 820 orang relawan untuk mencapai target relawan 1.620 orang. 

Sebelumnya, kantor berita Rusia, RIA, melaporkan bahwa Pemerintah Rusia berencana untuk mendaftarkan vaksin Covid-19 pada 10 hingga 12 Agustus mendatang. Hal ini akan membuka jalan bagi Rusia sebagai pemilik vaksin yang mendapat persetujuan pertama di dunia. Pemerintah Rusia juga sedang mempersiapkan diri untuk memulai kampanye vaksinasi massal terhadap virus korona mulai Oktober.

Menurut sumber anonim, vaksin yang dikembangkan Institut Gamaleya Moskow dan Dana Investasi Langsung Rusia (RDIF), dapat disetujui untuk penggunaan warga sipil dalam tiga hingga tujuh hari pendaftaran oleh regulator. Vaksin Gamaleya diperkirakan akan memperoleh pendaftaran bersyarat pada Agustus 2020.

Wakil Perdana Menteri Rusia, Tatyana Golikova, dalam pertemuan pejabat dengan Presiden Vladimir Putin pada Rabu mengatakan, untuk mencapai pendaftaran vaksin bersyarat, uji coba masih perlu dilakukan terhadap 1.600 orang lagi. Sementara, produksi akan dimulai pada September.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat