Sejumlah pelajar berjalan usai mengerjakan tugas dengan menggunakan telepon gengam pintar di Jorong Sungai Guntuang, Nagari Pasia Laweh, Kecamatan Palupuah, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Kamis (23/7). | Muhammad Arif Pribadi/ANTARA FOTO

Kisah Dalam Negeri

Naik Turun Bukit Mencari Sinyal untuk Belajar

Mereka naik ke puncak bukit untuk mendapatkan sinyal agar bisa belajar daring.

OLEH FEBRIAN FACHRI

Kabupaten Agam, Sumatra Barat, masih tergolong zona kuning Covid-19. Daerah ini masih harus menyelenggarakan pendidikan jarak jauh (PJJ) dalam jaringan (daring) bagi para pelajar. Tapi ternyata tidak semua siswa di Agam dapat dengan mudah melakukan belajar daring.

Di antaranya bagi pelajar di Jorong Sungai Guntuang, Nagari Pasie Laweh, Kecamatan Palupuah, Agam. Peserta didik dari daerah tersebut harus naik ke puncak bukit untuk mendapatkan sinyal supaya tetap bisa mengikuti belajar daring.

“Tiap hari harus ke sini, puncak bukit, belajar dan membuat tugas yang diberikan guru,” kata salah seorang pelajar SMP di Palupuah, Nanda, Jumat (25/7) lalu.

Pelajar asal Sungai Guntuang, Nagari Pasie Laweh harus naik ke puncak bukit Pakan Salasa setiap mau belajar daring. Puncak bukit tersebut juga sering disebut ‘Kelok HP’. Disebut Kelok HP karena di sana tempat satu-satunya mengakses sinyal untuk gawai.

Sejak sekolah menerapkan belajar daring, Kelok HP ramai dikunjungi pelajar. Ada pelajar yang duduk di pinggir jalan, ada yang belajar di pondok-pondok kecil di pinggang bukit dan ada yang sampai ke puncak bukit Pakan Salasa.

Nanda menyebut, kendala yang cukup berat bagi siswa yang belajar daring di Bukit Pakan Salasa bila cuaca sudah hujan. “Jarak dari rumah ke sini cukup jauh. Satu-satunya tempat yang ada sinyal cuma di (puncak bukit) sini. Kalau sudah hujan, ya kami terpaksa hujan-hujanan di sini,” ucap Nanda.

Debi, siswa yang juga berasal dari Palupuah mengaku, selain susah untuk belajar daring, ketiadaan sinyal internet di kampungnya juga membatasi interaksi dan perkembangan di dunia luar. Debi berharap pemerintah membangun fasilitas supaya masyarakat Palupuah tidak ketinggalan dari daerah lain yang sudah mengikuti perkembangan zaman.

“Kalau belajar dari rumah sudah pasti tidak bisa. Kami harus jauh-jauh ke bukit biar dapat sinyal,” ujar Debi.

Pelajar dari Jorong Sungai Guntuang, Nagari Pasie Laweh mendatangi Bukit Pakan Salasa untuk mencari sinyal sudah atas sepengetahuan orang tua. Bahkan, tidak sedikit pelajar yang naik bukit diantarkan orang tua karena merasa tidak aman membiarkan anaknya pergi sendirian.

Tati, salah seorang orang tua siswa mengaku harus mengantarkan anaknya ke puncak bukit supaya hatinya tidak risau membiarkan anaknya pergi jauh. Menurut dia, pergi ke Bukit Pakan Salasa menjadi satu-satunya solusi bagi pelajar Sungai Guntuang termasuk anaknya. 

photo
Sejumlah pelajar mengerjakan tugas di bawah pondok dengan menggunakan telepon gengam pintar di Jorong Sungai Guntung, Nagari Pasia Laweh, Kecamatan Palupuah, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Kamis (23/7/2020). - (Muhammad Arif Pribadi/ANTARA FOTO)
 

Tati menyatakan, biasanya ia menemani anaknya belajar di Bukit Pakan Salasa lebih kurang selama dua jam setiap hari. Tati berharap pemerintah segera mengadakan tower agar jaringan internet mudah diakses cukup dari rumah. “Tidak bisa belajar mereka kalau di rumah. Karena memang hanya di sini ada sinyal internet,” kata Tati.

Bupati Agam Indra Catri mengaku, di Palupuah kondisi sinyal memang masih sulit diakses. Indra menyebut, pemda sudah lama mengusulkan agar perusahaan provider membangun tower di Palupuah. Tapi sampai sekarang belum ada perusahaan yang bersedia membangun tower karena memikirkan aspek ekonomi.

“Perusahaan tentu menghitung-hitung untung dan rugi. Sudah lama kita usulkan agar dibangunkan tower. Sekarang kami paham di masa pandemi warga terutama pelajar butuh jaringan internet,” kata Indra Catri.

Jorong Sungai Guntuang dihuni oleh 320 KK. Daerah yang menghubungkan Kabupaten Agam dengan Kabupaten Pasaman ini sarat dengan perbukitan, hutan dan lembah. Menurut Indra, persoalan pendidikan daring tidak hanya sinyal internet. Tapi juga persoalan peralatan. Karena tidak semua warga memiliki gawai, apalagi laptop.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat