Asma Nadia | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Antara Pandemi dan Berkah yang Tersamar

Sejak pandemi, dunia mulai berpikir untuk melepas ketergantungan sepenuhnya pada Cina.

Oleh ASMA NADIA

OLEH ASMA NADIA

Istilah “blessing in disguise” atau bisa diterjemahkan secara bebas sebagai berkah atau rahmat yang terselubung, tidak terbentuk karena kebetulan belaka.

Ungkapan itu muncul karena pengalaman menunjukkan berbagai deret peristiwa yang dianggap bencana atau negatif justru memberi kebaikan, pembelajaran, atau perbaikan baru dalam kehidupan.

Lembar pesan ‘Post it’, misalnya. Produk yang menjadi salah satu stationari paling laris di dunia, ditemukan ketika sebuah perusahaan berusaha mencari produk lem super lengket, tapi gagal karena lem yang mereka hasilkan justru mudah dilepas dan ditempel lagi. Namun, lewat “bencana” salah riset, mereka justru meraup keuntungan miliaran dari produk kertas ‘Post It’.

Viagra juga contoh produk gagal lain yang membawa guna. Riset obat yang diharapkan bermanfaat untuk penyakit jantung itu tidak memenuhi tujuan yang diharapkan, tapi malah berpengaruh pada keperkasaan. Kegagalan yang mengantarkan produsennya pada salah satu produk paling laris di pasaran.

 
Sejak pandemi, dunia mulai berpikir untuk melepas ketergantungan sepenuhnya pada Cina. 
 
 

Sebenarnya, jauh sebelum ungkapan itu muncul, Alquran sudah menyampaikan kalimat “Di balik kesulitan ada kemudahan”. Karena itu, manusia harus pandai melihat hikmah di balik setiap musibah.

Demikian juga yang terjadi saat ini setelah pandemi muncul. Terlepas dari penderitaan dan berbagai tantangan yang kita hadapi, pandemi memberikan pendewasaan pada umat manusia, lebih dari yang pernah kita bayangkan. Sejak pandemi, dunia mulai berpikir untuk melepas ketergantungan sepenuhnya pada Cina. 

Penulis Sara Bongiorni pernah menghadirkan buku menarik  Setahun tanpa Buatan China. Sulit, nyaris mustahil bagi warga dunia untuk hidup tanpa produk Cina. Akan tetapi setelah pandemi, banyak negara mulai berpikir untuk sungguh-sungguh mengurangi ketergantungan pada Cina, karena begitu negeri Panda tersebut bermasalah seolah seluruh dunia ikut bermasalah.

Dampak ekonomi yang besar terimbas pandemi juga membuat pemerintah tidak punya pilihan, kecuali menghemat pengeluaran dan melakukan efisiensi. Salah satunya, dengan membubarkan puluhan lembaga dan komisi yang dianggap bisa dihapus sebab tugasnya bisa tergantikan struktur yang sudah ada.

Pandemi membuat kita berpikir apa yang benar-benar penting. Dan ini harus dijaga, bahkan ketika pandemi berakhir, pemerintah tetap berjalan secara efektif dan efisien.

Baru baru ini, muncul berita mundurnya Muhammadiyah dan NU dari Organisasi Penggerak Kemendikbud yang berbujet Rp 567 miliar per tahun. Mundurnya dua organisasi besar ini membuat mawas.

Apalagi, di dalamnya, ada CSR perusahaan terkemuka yang justru punya peluang mendapatkan Rp 20 miliar anggaran dari negara. Bagaimana pertimbangan efisiensi dalam hal ini, tentu harus dikaji betul, sambil mencari efisiensi di bidang lain yang bisa dilakukan secara penuh.

 
Pandemi membuat kita berpikir apa yang benar-benar penting. Dan ini harus dijaga, bahkan ketika pandemi berakhir, pemerintah tetap berjalan secara efektif dan efisien.
 
 

Di dunia pendidikan, misalnya. Dengan segala keterbatasan waktu dan biaya, harus benar-benar dilakukan kajian dan seleksi ulang agar mata pelajaran yang diberikan adalah yang benar-benar penting dan berguna bagi anak-anak.

Bukan sekadar mengulang materi dari tahun ke tahun, tanpa mengkaji tuntas seberapa penting dan bisa diterapkan ilmu tersebut pada masa depan. Di sektor bisnis dan ekonomi, harus banyak kemudahan dan keringanan yang memotong jalur regulasi panjang yang merusak atmosfer usaha.

Ya, selama pandemi terbuka ruang bagi setiap kita, baik individu maupun lembaga, untuk berpikir dan terus melakukan evaluasi.

Sebuah iklim positif perlahan merebak, menularkan perbaikan di semua lini. Tidak mustahil, umat manusia setelah pandemi justru berangsur memasuki era keemasan baru yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat