Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud menghadiri rapat virtual, Rabu (22/7). Rapat itu turut membicarakan kebijakan Covid-19 Saudi. | EPA-EFE/BANDAR ALJALOUD

Internasional

Saudi Siap Tutup Masjidil Haram

Arab Saudi akan menutup Masjidil Haram untuk jamaah pada hari Arafah dan Idul Adha.

RIYADH -- Arab Saudi akan menutup Masjidil Haram untuk jamaah pada hari Arafah dan Idul Adha yang diperkirakan jatuh pada 31 Juli. Langkah ini untuk mencegah penyebaran Covid-19. 

"Penangguhan shalat di Masjidil Haram dan bangunan luarnya akan berlanjut. Kami mempersilakan orang-orang Makkah untuk berbuka puasa pada hari Arafah di rumah mereka," kata asisten komandan pasukan keamanan haji untuk Masjidil Haram Mayjen Mohammed bin Wasl al-Ahmadi pada Selasa (21/7), dikutip laman al-Arabiya

Menurut al-Ahmadi, tahap pertama perencanaan haji mendatang telah selesai. Sebagai bagian dari tindakan pencegahan, jalur khusus tawaf dan sa’i telah ditentukan. 

"Kami terutama berfokus pada aspek kesehatan tahun ini karena situasi yang luar biasa. Tahap-tahap lainnya akan disampaikan beberapa hari mendatang," ujarnya. 

Saudi membatasi jumlah jamaah haji tahun ini karena adanya pandemi Covid-19. Mereka yang diperkenankan melaksanakannya adalah warga, termasuk warga asing yang telah tinggal di negara tersebut. 

Saudi telah mengeluarkan protokol keamanan serta pembatasan terkait Covid-19 yang harus dipatuhi selama penyelenggaraan ibadah haji untuk mencegah dan menekan penyebaran virus. Tindakan pencegahan itu antara lain semua jamaah, petugas di situs-situs suci, dan otoritas yang mengatur haji harus mengenakan masker setiap saat. 

Pos pemeriksaan suhu tubuh harus disiapkan di semua pintu masuk, termasuk pintu tempat menginap, area tunggu bus, dan Masjidil Haram. 

Jamaah dilarang memasuki situs suci Mina, Muzdalifah, dan Arafah tanpa izin haji, terhitung mulai 19 Juli hingga 2 Agustus. Kelompok jamaah dilarang berkerumun, termasuk dalam tenda penginapan. 

Nantinya satu tenda didirikan seluas 50 meter persegi dan hanya diperbolehkan dihuni 10 orang. Mereka dilarang berbagi barang-barang pribadi, seperti handuk, peralatan pelindung, alat komunikasi, pakaian, dan produk cukur. 

Para jamaah diizinkan menunaikan shalat berjamah. Namun, mereka tetap diwajibkan mengenakan masker dan melakukan penjarakan fisik antara 1,5 hingga 2 meter. Untuk proses lempar jumrah, batu yang diberikan kepada para jamaah akan terlebih dulu disterilisasi dan dikemas. 

Prosesi dilakukan secara bergiliran dan hanya 50 orang diizinkan dalam satu gelombang. Para jamaah dilarang menyentuh Ka'bah dan mencium Hajar Aswad. 

Jamaah yang dicurigai terinfeksi Covid-19 akan tetap diizinkan melanjutkan prosesi haji mengingat mereka mendapatkan pemeriksaan dari dokter spesialis. Namun, jamaah semacam itu akan digabung dalam kelompok yang sama. Mereka pun akan tinggal di akomodasi terpisah dari jamaah haji lainnya. 

Setiap bus yang digunakan untuk jamaah hanya boleh menampung separuh dari total kapasitas penumpang. Anggota keluarga diizinkan duduk berdampingan, tergantung ketersediaan kursi.

Seperempat Delhi

Laman the Guardian edisi Rabu melaporkan bahwa hampir seperempat Delhi, India, terinfeksi virus korona. Tes acak kepada lebih dari 20 ribu warga Delhi menunjukkan 23,48 persen dinyatakan memiliki antibodi virus korona atau terinfeksi. Tes ini dilakukan pusat pengendalian penyakit India.  

Delhi memiliki populasi 29 juta jiwa. Hasil temuan ini memunculkan kekhawatiran bahwa lebih banyak lagi kasus yang tidak diketahui di negeri dengan populasi 1,3 miliar jiwa ini.

Jayaprakash Muliyil, ahli epidemologi di Christian Medical College di Vellore, India, menyebut hasil survei tersebut menunjukkan kondisi rata-rata. Persentasinya bahkan mungkin bisa lebih tinggi lagi di kawasan tertentu, seperti kawasan kumuh. "Kita harus melihat ke klaster yang berbeda-beda," katanya.

photo
Dokter memeriksa anak-anak untuk mencegah Covid-19 di - (AP/Manish Swarup)

Saat ini, kasus Covid-19 secara global telah melampaui angka 15 juta. Kasus terbanyak dialami Amerika Serikat, yaitu lebih dari 4 juta kasus, disusul Brasil dan India. Lebih dari 140 ribu warga AS meninggal dalam waktu lima bulan terakhir.

Presiden AS Donald Trump menunjukkan pendekatan yang amat berbeda dari sebelumnya. Kali ini, ia mengakui ancaman Covid-19 dan pentingnya memakai masker. Sebelumnya, Trump amat enggan memakai masker di depan publik. 

Dalam paparan rutin di Gedung Putih pada Selasa, Trump menunjukkan masker dari sakunya. Namun, ia tidak memakainya. "Sayangnya, pandemi mungkin akan menjadi lebih buruk sebelum menjadi lebih baik," kata Trump, dikutip laman BBC

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat