Asma Nadia | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Gaya Sang Jenderal Antisipasi Covid-19

Langkah antisipatif berperan sangat besar dalam meredam penyebaran virus Covid-19.

Oleh ASMA NADIA

OLEH ASMA NADIA

Awalnya sederhana. Dua perwira Secapa berobat ke rumah sakit sebab demam akibat bisul dan masalah tulang belakang. Akan tetapi, ketika diperiksa lebih lanjut keduanya diketahui mengidap Covid-19.

Mendengar berita tersebut, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa langsung memerintahkan pemeriksaan terhadap lebih dari seribu personel di Secapa AD.

Hasilnya cukup mencengangkan. Lebih dari seribu perwira atau calon perwira, tepatnya 1.280 orang positif terkena Covid-19. Pada pemeriksaan lanjutan tercatat total 1.307 orang terjangkit virus yang telah menyebabkan pandemi ini. 

Segera saja Angkatan Darat memutuskan untuk mengarantina ribuan orang di Secapa, tidak ada yang boleh keluar atau masuk kecuali dengan alasan yang terkait penanganan Covid-19.

Apa yang menarik dari berita di atas?

Saya pribadi merasa harus mengangkat dua jempol untuk kesigapan KSAD melakukan tes usap (swab test) di lingkungan Secapa. Sulit membayangkan apa yang terjadi bila hal itu tidak dilakukan.

 
Kebijakan tersebut menjadi bukti betapa langkah antisipatif  berperan sangat besar dalam meredam penyebaran virus yang sangat mudah dan cepat penularannya.
 
 

Tanpa keputusan dan tindakan cepat Sang Jenderal, sekitar 1.300 orang yang terlihat gagah dan sehat akan pulang ke rumah masing-masing tanpa sadar telah menjadi pembawa virus. Jika setiap mereka bertemu minimal lima orang di rumah atau di luar lingkungan Secapa, akan berpotensi membahayakan lebih dari 5.000 orang, dan jika 5.000 orang tersebut bertemu lima orang lain, potensi penularan bisa mencapai 25 ribu lebih, begitu seterusnya.

Akan tetapi, kecepatan dalam melakukan tindakan preventif membuat bencana lebih besar berhasil diantisipasi. Bahkan sekarang, ratusan perwira yang sebelumnya positif, sudah dinyatakan sembuh. 

Tentu saja kebijakan tersebut menjadi bukti betapa langkah antisipatif berperan sangat besar dalam meredam penyebaran virus yang sangat mudah dan cepat penularannya.

Hal lain yang bagi saya menarik, Sang Jenderal bukannya menyembunyikan fakta akan banyaknya perwira yang terkena Covid-19, justru secara terbuka menyampaikan ini kepada pers. Sikap transparan yang dipilih beliau, jelas merupakan angin segar yang sekali lagi bisa menjadi contoh positif.

Mengingat salah satu masalah yang sering dipertanyakan di awal terjadinya pandemi adalah keterbukaan menyangkut jumlah kasus. Meski begitu, syukurlah angka yang disampaikan pemerintah saat ini terlihat lebih transparan dan logis untuk diterima masyarakat.

Jumlah kasus baru yang diumumkan oleh Satgas Covid-19 belakangan ini tidak hanya menyentuh angka seribu, tetapi bahkan melebihi 2.000 per hari. Benar, menakutkan di satu sisi. Tapi di sisi lain, justru melegakan, karena menunjukkan keberanian pemerintah untuk secara lebih terbuka memberikan data perkembangan kasus di Tanah Air, sehingga bahkan pada masa transisi PSBB tetap terbangun sikap waspada di masyarakat.

 
Masih banyak lapisan masyarakat yang terbuai sejak PSBB dilonggarkan, mengira masalah korona di Indonesia sudah selesai, atau setidaknya jauh membaik.
 
 

Dari apa yang terjadi di Secapa juga apa yang diumumkan oleh Satgas Pemerintah, kita kembali dibenturkan pada kenyataan bahwa masalah Covid-19 jauh dari usai. Virus yang belum ditemukan vaksinnya ini masih sangat bisa menyerang siapa saja, kapan, dan di mana saja. Dan ini penting digarisbawahi. 

Masih banyak lapisan masyarakat yang terbuai sejak PSBB dilonggarkan, mengira masalah korona di Indonesia sudah selesai, atau setidaknya jauh membaik.

Padahal, pelonggaran yang diberlakukan semata karena keterpaksaan. Jika tidak demikian, sektor ekonomi makin terpuruk, dan akan menjadi lebih besar dampaknya secara nasional.

Selain itu, keterbukaan dipilih karena masyarakat saat ini lebih siap. Ketersediaan masker dan hand sanitizer sudah memadai di mana-mana, dan kita kian terbiasa mengenakan masker pada era kebiasaan baru. 

Saya sendiri masih merasa frasa “New Normal” terkesan terlalu ringan sehingga mendistraksi kenyataan bahwa kita masih dalam kondisi darurat, dan belum waktunya menurunkan kewaspadaan. Daripada new normal mungkin situasi dan kondisi saat ini lebih tepat disebut “Kewaspadaan Baru” atau “Normal Waspada” atau sesuatu yang secara istilah lebih berkontribusi dalam membangun sikap kehati-hatian.

Alhamdulillah, kebijakan pemerintah yang terus dibenahi, kewaspadaan rakyat, kesigapan penguasa berangsur membuat bangsa ini semakin siap dari hari ke hari. Besar harapan keadaan akan terus membaik, dan keberadaan lebih banyak sosok pemimpin yang sigap dan antisipatif seperti Sang Jenderal, masih amat sangat dibutuhkan. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat