Pekerja mengenakan pelindung wajah saat membersihkan bus-bus kosong di Kalkuta, India, Selasa (14/7). Jumlah kasus di India diperkirakan meningkat signifikan dalam beberapa bulan mendatang. | AP/Bikas Das

Internasional

Kasus Covid-19 India Lampaui 1 Juta

Jumlah kasus di India diperkirakan meningkat signifikan dalam beberapa bulan mendatang.

NEW DELHI -- Kasus Covid-19 di India melampaui angka 1 juta, Jumat (17/7). Sedangkan Amerika Serikat (AS) mencatatkan rekor tertinggi untuk penambahan kasus dalam satu hari, yaitu 77.255 kasus, Kamis (16/7).

Dengan populasi India mencapai 1,3 miliar jiwa, para ahli menilai angka 1 juta masih terbilang rendah. Jumlah kasus diperkirakan meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan mendatang ketika pengujian diperluas.

"Dalam beberapa bulan mendatang, kita akan melihat semakin banyak kasus, dan itu adalah perkembangan alami dari setiap pandemi," ujar ahli epidemiologi di Public Health Foundation of India Giridha Babu.

Saat jumlah kasus meningkat, tujuan yang harus menjadi fokus India adalah menekan angka kematian serendah mungkin. "Tantangan kritis yang akan dihadapi negara adalah bagaimana mengalokasikan secara rasional tempat tidur rumah sakit," kata Babu.

India telah menerapkan kembali lockdown atau karantina wilayah di beberapa negara bagian guna mengekang penyebaran virus. Hal itu diharapkan dapat memberikan waktu untuk meningkatkan infrastruktur kesehatan. Namun, para ahli kesehatan masyarakat menyatakan, kekurangan masih ada dan bisa berdampak buruk dalam beberapa bulan mendatang.

photo
Peta dan data kasus dunia dari John Hopkins University - (John Hopkins University)

"Sebagai tindakan kesehatan masyarakat, saya tidak berpikir lockdown itu memiliki banyak dampak. Itu hanya menunda penyebaran virus," ujar Kapil Yadav, asisten profesor kesehatan masyarakat di All India Institute of Medical Sciences. Menurut dia, jutaan kasus sejauh ini tercatat kemungkinan banyak yang tanpa gejala.

Selama empat bulan terakhir, pandemi telah mengekspos kesenjangan parah dalam sistem perawatan kesehatan India. Selain minim alokasi dana, selama bertahun-tahun jumlah dokter dan tempat tidur rumah sakit di negara tersebut tak memadai.

Namun, lockdown ternyata membuka mata sebagian orang agar lebih bersyukur atas semua kemudahan yang selama ini dianggap hal biasa.

"Saya mulai menyadari dan lebih menghargai hal-hal yang saya miliki jika dibandingkan orang lain. Terutama saat daerah saya (di Delhi) menjadi zona karantina dan saya hanya punya akses ke kebutuhan dasar, seperti buah dan sayuran, selain hal lain," kata Ankita Dasgupta, yang bekerja di industri musik di Mumbai, kepada CNN, Jumat.

India kini menjadi negara ketiga dengan kasus Covid-19 terbanyak setelah AS dan Brasil. Jumlah kasus global menurut Johns Hopkins University telah melampaui 13,8 juta kasus dengan kematian lebih dari 590 ribu orang.

photo
Pekerja kesehatan mengenakan pakaian pelindung sebelum memeriksa warga di rumah susun di Dharavi, Mumbai, India, Jumat (17/7). - (Rafiq Maqbool/AP)

AS menghadapi lebih dari 3,5 juta kasus. Negara ini juga mencatatkan rekor peningkatan kasus terbanyak dalam sehari, yaitu 77.255 pada Kamis.

Kenaikan kasus di AS akibat wabah yang meningkat tajam di sejumlah negara bagian. Virus diperkirakan menyebar lebih luas setelah sejumlah negara bagian yang lockdown memperlonggar aturan pembatasan.

Curi data vaksin

Sementara itu, upaya sejumlah negara berlomba mengembangkan vaksin Covid-19 diwarnai kericuhan. AS, Inggris, dan Kanada menuding Rusia mencuri data penelitian vaksin.

Menteri Keamanan Inggris, James Brokenshire mengatakan, upaya para peretas Rusia untuk mencuri data penelitian vaksin Covid-19 dari negaranya benar-benar tak dapat diterima. Apalagi, aksi tersebut didukung oleh Pemerintah Rusia.

"Ini benar-benar tidak dapat diterima bagi agen-agen intelijen Rusia untuk berusaha masuk ke dalam sistem mereka, yang berupaya merespons krisis ini guna mengembangkan vaksin," kata Brokenshire saat diwawancara Sky News pada Jumat.

Namun, sejauh ini Brokenshire belum menerima adanya laporan tentang dampak dari upaya peretasan tersebut. "Tidak ada bukti atau informasi tentang kerusakan atau jenis kerugian apa pun," ujarnya.

photo
Tahap pertama pengembangan vaksin Covid-19 di Kaiser Permanente Washington Health Research Institute, Seattle, beberapa waktu lalu. - (AP)

Sebelumnya, Communication Security Establishment (CSE) di Kanada, dan badan di AS, yaitu Department for Homeland Security (DHS), Cyber-security Infrastructure Security Agency (CISA), National Security Agency (NSA), dan National Cyber Security Centre (NCSC) menyampaikan laporan bahwa para peretas Rusia tengah membidik organisasi yang sedang mengembangkan vaksin Covid-19 di Inggris, Kanada, dan AS.

Para peretas itu diyakini menjadi bagian dari dinas intelijen Rusia. Dalam operasinya, mereka menggunakan malware yang disebut WellMess dan WellMail untuk mengunggah dan mengunduh data dari komputer sasaran.

NCSC menilai, kelompok peretasan yang bertanggung jawab adalah APT29. Mereka dikenal pula dengan nama The Dukes atau Cozy Bear. NCSC yakin 95 persen bahwa kelompok itu merupakan bagian dari dinas intelijen Rusia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat