Pedagang menggunakan mobil listrik karya para siswa SMK Model/Rujukan PGRI 1 Mejayan, Kabupaten Madiun. | Dok. SMK Model/Rujukan PGRI 1 Mejayan

Kisah Dalam Negeri

Mobil Listrik untuk Penjual Nasi Pecel

Mobil listrik berdaya 12 sampai 40 volt ini menampilkan model cukup lengkap.

OLEH WILDA FIZRIYANI

Mobil listrik bagi siswa SMK Model/Rujukan 1 PGRI, Mejayan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, bukan sebuah barang mewah. Di tangan terampil siswa SMK tersebut, mobil listrik ciptaan mereka justru akrab dengan kehidupan pedagang di jalanan. Tujuan pembuatannya untuk memfasilitasi pedagang di wilayah Kabupaten Madiun saja sudah unik, ditambah dengan penyematan namanya UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah).

Pemilihan nama ini bukan untuk bercanda. Kepala SMK Model/Rujukan 1 PGRI Mejayan, Sampun Hamad, menuturkan, nama UMKM disematkan karena pihak sekolah terinspirasi untuk membantu kebutuhan pelaku UMKM. Sekolah ini juga sudah bermitra dengan sejumlah UMKM di 72 desa di Jawa Timur. "Inilah kenapa saya akhirnya buat mobil namanya UMKM karena kami tahu persis kebutuhan UMKM," tutur Sampun Hamad kepada Republika, Senin (13/7).

Sampun mengaku, pihaknya merasa prihatin melihat pedagang yang memasang tenda di pinggir jalan. Apalagi, mereka yang berjualan dengan mendorong gerobak. Hal itulah yang mendorong Sampun dan para siswanya ingin menawarkan sarana berdagang lebih baik melalui mobil listrik.

Mobil listrik memiliki kecepatan 40 kilometer (km) per jam. Sekolah sengaja mematok kecepatan tersebut untuk menyesuaikan kebutuhan pedagang. Kecepatan rendah dinilai sangat sesuai untuk berjualan keliling.

photo
Mobil listrik karya para siswa SMK Model/Rujukan PGRI 1 Mejayan, Kabupaten Madiun. Kendaraan ini bisa menjadi sarana berjualan nasi pecel dan sebagainya. - (Dok. SMK Model/Rujukan PGRI 1 Mejayan)

Kendaraan berdaya 12 sampai 40 volt ini menampilkan model mobil yang cukup lengkap. Tidak hanya etalase, sekolah juga menyajikan meja masak di dalamnya sehingga dapat dipasang kompor. Ada pula tempat duduk setir yang dapat menjadi kursi berdagang.

"Sangat simpel dibandingkan pakai mobil gerobak itu harus naik dan turun. Ini kan enggak, yang nyetir itu bisa langsung, misalnya, mau melayani pembeli, itu bisa," kata Sampun.

Di dalam proses pembuatan mobil, Sampun tidak hanya melibatkan guru dan siswa di bidang teknik mesin, tapi listrik juga. "Sampai akhirnya menemukan, lalu mengambil dinamo untuk kita pasang gearbox sehingga jadilah motor ini dengan daya listrik kecil, tapi tenaganya besar," katanya.

Di dua prototipe mobil listrik pertama, Sampun memilih melapisi bahan stainless demi higienitas kendaraan. Sampun tak menampik, prioritas mobil listrik mulanya untuk para penjual makanan. Namun, kini kendaraan tersebut dapat dipakai berbagai usaha lainnya, seperti jasa perawatan kendaraan motor, mobil, dan sebagainya.

Mobil yang dibanderol Rp 15 juta sampai Rp 20 juta ini akan diproduksi massal ke beberapa pembeli di Madiun, Surabaya, Boyolali, Bekasi, dan Kalimantan Barat. Sekolah telah menerima 68 pesanan yang harus selesai selama tiga sampai empat bulan ke depan. "Teman-teman dari pensiunan BNI, BRI ini ternyata tertarik bisnis ini. Termasuk rumah makan Padang, mereka pesan ini 10 untuk dagang makanan Padang," ujarnya.

photo
Mobil listrik karya para siswa SMK Model/Rujukan PGRI 1 Mejayan, Kabupaten Madiun. - (Dok. SMK Model/Rujukan PGRI 1 Mejayan)

Pedagang nasi pecel

Pedagang nasi pecel, Slamet Riyadi, mengaku tertarik memiliki mobil listrik yang diproduksi SMK Model/Rujukan 1 PGRI Mejayan. Kendaraan tersebut bisa membantunya menjajakan nasi pecel dan mi rebus di sepanjang jalan Kota Madiun.

Selama ini, Slamet menjual dagangannya dengan sepeda ontel. "Kebetulan saya punya tabungan dan katanya lagi promo, jadi saya coba (beli)," ujar pria yang dalam waktu dekat berusia 50 tahun tersebut. 

Ia memesan mobil listrik sekitar pekan lalu setelah mengetahui informasi dari anaknya. Dengan uang tabungannya, ia berharap, mobil listrik karya anak bangsa itu dapat dimilikinya.

Apalagi, dia mendengar kendaraan ini dapat beroperasi sepanjang 90 kilometer dengan pengisian energi listrik hanya tiga jam. Slamet sendiri telah berjualan nasi pecel dengan sepeda ontelnya sejak tujuh tahun lalu. Profesi ini dilakoninya setelah di-PHK salah satu pabrik di Surabaya, Jatim.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat