Pialang mengamati pergerakan harga sukuk (ilustrasi). | Wihdan Hidayat/Republika

Ekonomi

Korporasi Pantau Kondisi Pasar Sebelum Terbitkan Sukuk

Pandemi Covid-19 akan memengaruhi penerbitan sukuk di pasar surat utang.

JAKARTA – PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF masih akan memantau perkembangan pasar untuk penerbitan sukuk tahun ini. SMF telah meluncurkan Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Sarana Multigriya Finansial Tahap II Tahun 2020 sebesar Rp 346 miliar bersamaan dengan obligasi senilai Rp 2,1 triliun pada awal Juli 2020.

Direktur SMF Trisnadi Yulrisman menyampaikan, hingga saat ini, tidak ada kendala dalam penerbitan sukuk. Meski masih mengkaji, ia mengakui, wabah dan pandemi Covid-19 akan memengaruhi penerbitan di pasar surat utang, termasuk sukuk.

"Kita sedang kaji lagi, yang pasti pengaruhnya ada," katanya.

Sukuk Mudharabah Berkelanjutan I Sarana Multigriya Finansial Tahap II Tahun 2020 memiliki estimasi tingkat bagi hasil atau imbalan ekuivalen 6,75 persen. Sukuk itu berjangka waktu 370 hari kalender sejak tanggal emisi.

photo
Karyawan membersihkan lantai di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, beberapa waktu lalu. - (PUSPA PERWITASARI/ANTARA FOTO)

Untuk rencana penerbitan selanjutnya, Trisnadi mengatakan, masih mempertimbangkan dengan melihat kondisi pasar. Hal itu baik dari sisi kebutuhan pembiayaan syariah pada bank syariah maupun minat calon investor pada pasar surat utang atau sukuk.

Sejauh ini, pandemi juga telah memengaruhi kinerja SMF. Trisnadi mengatakan, bisnis SMF sangat berhubungan dengan lembaga penyalur KPR, seperti perbankan dan perusahaan pembiayaan.

"Sehingga, tentunya kita akan terkait dengan kebutuhan pendanaan mereka," katanya.

Sebelumnya, diberitakan, penerbitan sukuk korporasi pada paruh pertama 2020 mengalami penurunan yang tajam dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada tahun ini nilai penerbitan sukuk hanya mencapai Rp 2,25 triliun sedangkan pada periode sama tahun lalu mencapai Rp 6,36 triliun.

"Jumlah tersebut sekitar 7,3 persen dari total penerbitan surat utang di semester I 2020," kata Head of Economics Research Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana, akhir pekan lalu.

Menurut Fikri, tren penerbitan sukuk korporasi ini sejalan dengan tren penerbitan instrumen surat utang lainnya. Hingga akhir semester I 2020, penerbitan obligasi korporasi baru mencapai sebesar Rp 29,28 triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 53,32 triliun.

 
Penerbitan surat utang korporasi di 2020 diperkirakan cenderung menurun.
Presiden Direktur Pefindo Salyadi Saputra
 

Penurunan lebih tajam terjadi pada penerbitan surat utang jangka menengah atau Medium Term Notes (MTN).  Pefindo mencatat, penerbitan MTN di semester I 2020 hanya sebesar Rp 749 miliar. Sedangkan, pada periode yang sama di tahun lalu, penerbitan MTN mencapai Rp 5,9 triliun.

Presiden Direktur Pefindo, Salyadi Saputra, mengatakan, tren penurunan ini masih akan berlangsung di sepanjang 2020. Faktor utama yang membuat perusahaan enggan menerbitkan obligasi, yaitu adanya kekhawatiran terhadap wabah Covid-19.

"Penerbitan surat utang korporasi di 2020 diperkirakan cenderung menurun, setidaknya minimal 30 persen dari yang diproyeksikan awal tahun," kata Salyadi.

Pada awal tahun, penerbitan surat utang korporasi diperkirakan bisa menyentuh sekitar Rp 158,5 triliun. Menurut Salyadi, hingga akhir 2020, penerbitan akan didorong oleh jumlah surat utang yang jatuh tempo sebesar Rp 130,7 triliun, khususnya bagi perusahaan yang memiliki kecenderungan melakukan refinancing.

Demikian halnya dengan tren penerbitan sukuk korporasi hingga akhir 2020. Salyadi mengatakan, rata-rata pertumbuhan sukuk korporasi bisa turun mencapai 10 persen sampai akhir tahun nanti. "Saya rasa tren sukuk korporasi di 2020 tidak akan berbeda dengan tren obligasi korporasi yang konvensional," ujar Salyadi.

Penerbitan surat utang atau obligasi korporasi dari sektor keuangan juga melambat di semester I 2020, khususnya dari industri perbankan. Pefindo mencatat penerbitan obligasi institusi keuangan hanya Rp 12 triliun, lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 91,43 triliun.

Sedangkan khusus industri perbankan, penerbitan obligasi korporasi hanya mencapai Rp 3,6 triliun. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dari penerbitan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 24,2 triliun.

Salyadi mengatakan, rendahnya penerbitan obligasi dari sektor keuangan sejalan dengan rendahnya tingkat penyaluran atau pembiayaan baru. Dalam kondisi di tengah pandemi ini, menurut Salyadi, institusi keuangan pasti akan lebih selektif dalam menyalurkan pinjaman atau pembiayaan.

"Tidak heran kalau kebutuhan funding obligasi di semester pertama ini cukup rendah," kata Salyadi.

photo
Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo (kiri) dan Direktur Utama PT Pupuk Iskandar Muda Husni Ahmad Zaki (kanan) bertukar nota penandatangan kerja sama di Kantor Pusat BNI Syariah, Jakarta, Jumat (10/7). BNI Syariah melakukan kerja sama dengan PT Pupuk Iskandar Muda terkait dengan penyediaan layanan payroll gaji dan pembiayaan konsumtif pegawai. - (Prayogi/Republika )

Di sisi lain, investor juga cenderung menunggu dan memantau perkembangan kondisi terkini sebelum berinvestasi.

SVP Financial Institution Ratings Division Pefindo Hendro Utomo menambahkan, institusi keuangan saat ini menjadi salah satu sektor yang cukup berisiko. Selama pandemi Covid-19 berlangsung, relaksasi berupa restrukturisasi cukup memberatkan industri ini.

Hal tersebut dinilai berpotensi meningkatkan risiko default. "Collection atau penerimaan arus kas kredit pembiayaan yang disalurkan menurun karena restrukturisasi, kami menekankan dampak terhadap rating ini di likuiditas perusahaan tersebut," kata Hendro.

Meski demikian, Hendro melihat, kinerja bisnis sektor keuangan mulai membaik di kuartal II 2020 seiring pelonggaran aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diterapkan. Sehingga setelah periode tersebut, Hendro memperkirakan, institusi keuangan bisa mulai menghasilkan arus kas yang sempat menurun di kuartal sebelumnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat