Ilustrasi santri pesantren disemprot disinfektan untuk cegah covid-19. | ANTARA FOTO

Khazanah

Disiplin Mencegah Covid-19 adalah Ibadah

Pesantren harus menjadi inspirasi mencegah Covid-19.

JAKARTA – Paparan wabah virus korona jenis baru (Covid-19) terhadap sejumlah santri menimbulkan keprihatinan. Sejumlah saran dan seruan pun disampaikan dengan harapan pondok pesantren tidak menjadi klaster baru Covid-19. 

Suara keprihatinan turut disampaikan Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu'ti. “Saya prihatin dengan kasus-kasus Covid-19 di beberapa pesantren, baik santri maupun ustaz. Perlu ada pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh untuk pesantren yang sudah mulai proses pembelajaran,” ujar Abdul Mu’ti kepada Republika, Kamis (9/7). 

Ia pun mengimbau agar pesantren yang belum memulai proses pembelajaran untuk menundanya terlebih dahulu supaya dapat melakukan persiapan lebih baik lagi. 

Kasus terbaru paparan Covid-19 pada santri menimpa tujuh santri/calon santri di Pondok Modern Gontor Kampus 2, Ponorogo, Jawa Timur, yang semuanya berasal dari luar daerah. Hal ini mengacu data resmi yang dikeluarkan Pemkab dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Ponorogo. Temuan kasus positif Covid-19 juga pernah terjadi di Ponpes Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur, dari seorang santri asal Surabaya.

Pengasuh Pondok Modern Gontor Kampus 2 Ust Muhammad Hudaya menjelaskan, pihaknya berkomitmen untuk mencegah dan menekan penyebaran Covid-19. Hal tersebut sudah dilakukan sejak santri masih di rumah bersama keluarga. Mereka menjalani isolasi mandiri yang diawasi orang tua. Ketika kembali ke asrama, mereka disemprot disinfektan dan mengenakan masker. Juga menjaga jarak, mencuci tangan, dan selalu berwudhu untuk menjaga kebersihan.

Santri yang terindikasi positif Covid-19 berdasarkan hasil tes PCR dan reaktif berdasarkan hasil pes rapid dipisahkan dari santri yang sehat. Mereka tidak berada dalam lingkungan Kampus Gontor 2. Tim medis memonitor kondisi mereka, memberikan asupan dan obat-obatan. Sementara santri lainnya yang sehat tetap beraktivitas seperti biasa. Mereka belajar di kelas dan di asrama yang didampingi para ustaz.    

Terkait hal ini, Ketua PBNU Bidang Pendidikan Muhammad Nuh meminta pesantren segera melakukan pelacakan atau tracing menyusul temuan kasus positif Covid-19 di kalangan santri. Pelacakan atau tes diperlukan agar hasilnya lebih presisi dan jelas. Jika tidak, menurut Nuh, potensi menyebar dan menularkan virus Covid-19 ke lebih banyak orang terbuka sangat lebar. 

Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan periode 2009-2014 ini juga mengingatkan agar pesantren taat mengikuti protokol kesehatan yang berlaku. Karakteristik Covid-19 tidak mengenal kekhususan wilayah dan waktu. Semua tempat bisa menjadi ajang penularan.

“Yang harus diperhatikan, jangan sampai ada media yang memungkinkan transmisi virus itu. Pastikan semua memenuhi protokol Covid-19, termasuk pakai masker dan rajin mencuci tangan,” ujar dia.

Ia berharap lingkungan pesantren yang sudah terbiasa patuh bisa ditingkatkan lagi dalam hal kesehatan. Patuh tidak hanya untuk urusan agama, seperti shalat, tapi juga patuh dalam hal protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, menjaga jarak sosial, serta rajin mencuci tangan. 

“Kepatuhan terhadap protokol Covid-19 harus dianggap sebagai bagian dari ibadah. Hal ini termasuk dalam usaha mencegah kemudaratan,” ujar Nuh. 

Di tengah kondisi wabah Covid-19 yang belum mereda, menurut dia, pesantren seharusnya rela menunda pelaksanaan pembelajaran secara tatap muka di dalam kelas. Apalagi, pada zaman ini, proses transfer ilmu bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi. 

Sebelumnya, dalam kunjungan ke Ponpes Assobariyyah, Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (8/7), Wakil Presiden (Wapres) KH Ma'ruf Amin menyampaikan harapannya agar pesantren tidak menjadi pusat penularan baru Covid-19. "Jangan ada istilah pesantren menjadi pusat penularan Covid-19, harus dicegah," ujar Wapres.

Untuk mencegah hal tersebut maka pemerintah atas usulan menteri agama memberikan perhatian bagi pesantren. Pemerintah menyiapkan dana Rp 2,6 triliun untuk membantu pesantren dalam pengadaan alat-alat yang berhubungan dengan protokol kesehatan.

Menurut Wapres, pesantren diberikan dana untuk membangun fasilitas cuci tangan, masker, dan sebagainya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat