Pedagang menata velg modifikasi di tokonya di kawasan Otista, Jakarta, beberapa waktu lalu. Pedagang aksesori merasakan dampak pandemi Covid-19 dengan turunnya pembeli. | ANTARA FOTO

Otomotif

Pasar Aksesori Mobil Ikut Tiarap

Pedagang aksesori menawarkan layanan ke rumah guna menarik pemilik mobil.

Sebagian pemilik mobil merasa sejumlah instrumen bawaan pabrik kurang mewakili selera mereka. Hal ini membuka peluang bagi para pengusaha aksesori mobil untuk menyediakan beragam barang substitusi dan pelengkap sesuai selera.

Jenisnya pun beragam, mulai dari velg, audio, lighting, jok, serta bermacam instrumen interior dan eksterior lainnya. Namun, pandemi Covid-19 yang menekan pasar mobil baru maupun bekas, telah mengganggu bisnis aksesori, dan nyaris tidak bergerak selama tiga bulan terakhir.

Perkumpulan Pengusaha Aksesori Mobil Indonesia (Pahami) menyebut, penurunan yang terjadi terbilang cukup signifikan. Sekretaris Jenderal Pahami, Irwan Kusuma mengatakan, kondisi penurunan pasar berbanding lurus dengan pelemahan pasar mobil baru dan bekas di Tanah Air.

"Penurunan mulai terjadi pada April dan Mei 2020. Besaran penurunannya juga terbilang signifikan, yakni sekitar 60 hingga 70 persen," kata Irwan, kepada Republika, Rabu (1/7).

Kondisi ini dinilainya begitu menantang mengingat tidak semua pedagang aksesori merupakan pengusaha yang cukup modal. Apalagi, mayoritas transaksi merupakan transaksi ritel dan bukan dalam partai besar.

Ia memaparkan, penurunan tersebut terjadi karena memang daya beli masyarakat yang melemah. Dalam kondisi pandemi seperti sekarang, otomatis masyarakat lebih mengutamakan anggaran untuk sejumlah keperluan yang lebih mendesak.

 
Dalam kondisi pandemi, masyarakat lebih mengutamakan keperluan yang lebih mendesak.
 
 

Sedangkan dalam pasar aksesori, biasanya konsumen melakukan pembelian untuk keperluan selera walau ada juga yang mengutamakan fungsi dari sejumlah aksesori tertentu.

"Selain daya beli, penurunan juga terjadi karena beberapa pedagang dan konsumen lebih memilih untuk melakukan penundaan transaksi. Hal ini biasanya dilakukan karena pertimbangan keselamatan dan kesehatan selama pandemi," uja Irwan.

Perpaduan kedua faktor inilah yang kemudian memaksa para pedagang aksesori untuk memutar otak. Hingga kemudian, sejumlah pedagang pun melakukan penyesuaian layanan dan menghadirkan promo agar dapat menarik pembeli. Namun, tidak sedikit pula yang terpaksa menutup usahanya sementara menunggu pasar normal kembali.

Menurutnya, dalam kondisi normal, komposisi pasar dalam industri aksesori cukup merata. Artinya, tak ada barang tertentu yang mendominasi pasar aksesori karena masing-masing produk memiliki segmen dan fungsi masing-masing.

Akan tetapi ternyata, selama pandemi, beberapa aksesori tertentu terlihat mengalami penurunan peminat yang cukup signifikan. "Produk yang masih cukup diminati selama pandemi adalah jok kulit dan audio," kata dia.

 
Produk yang masih cukup diminati selama pandemi adalah jok kulit dan audio.
IRWAN KUSUMA, Sekjen Perkumpulan Pengusaha Aksesori Mobil Indonesia
 

Kemungkinan, jok kulit tetap diminati karena konsumen menginginkan lapisan jok baru yang lebih bersih, sehingga dapat berkendara dengan lebih nyaman selama pandemi. Jok kulit pun dinilai lebih mudah untuk dibersihkan dibandingkan dengan beberapa jok mobil bawaan yang masih menggunakan bahan pabrik.

Soal strategi agar bisa bertahan hidup di tengah kelesuan pasar, Irwan mengatakan, beberapa pedagang aksesori melakukan sejumlah terobosan lewat layanan dan promo agar tetap dapat mengantongi uang. Meski omzetnya masih sangat terbatas, namun, ia menilai cara ini cukup berperan dalam membantu cashflow pedagang aksesori.

"Sejumlah pedagang saat ini menawarkan promo free biaya pemasangan. Selain itu, beberapa di antaranya juga melayani home service, sehingga konsumen tetap dapat melakukan pemasangan aksesori tanpa harus meninggalkan rumah," kata dia.

Strategi itu berhasil membuat indusrti ini tetap bertahan. Dan, sejak Juni, transaksi di bidang aksesori mobil merangkak naik.

Untuk sektor velg mobil, transaksinya jauh lebih tertekan. Hal itu pun dialami oleh salah satu toko velg di Jakarta bernama Delaldo Rims. Pemiliki Delaldo Rims, Valdo mengaku, selama pandemi, transaksi penjualan velg mobil terjun hingga 90 persen.

"Biasanya sebelum membeli, konsumen lebih memilih untuk datang langsung ke toko dan mencoba velg tersebut. Jika dirasa pas, maka akan dibeli. Nah, karena pandemi, otomatis hal itu menjadi sulit dilakukan, sehingga berdampak kepada jumlah penjualan," kata Valdo.

Meskipun, ia mengaku, selama pandemi masih ada beberapa konsumen yang melakukan transaksi secara online. Namun, hal itu tidak cukup mampu untuk menopang penjualan.

photo
Produk pelapis jok kulit Wollsdorf menandai kehadiran resmi Wollsdorf Leather Indonesia, di Jakarta, beberapa waktu lalu. Vertue Corporation kini menjadi agen tunggal Worllsdorf Leather yang di khususkan kepada para pecinta otomotif khususnya modifikator di kalangan menengah ke atas - (ANTARA)

Hal senada pun dialami oleh pengusaha aksesori di bidang lighting system. Pemilik SACS Speedglow Asia Jaya, Wira Santosa, mengatakan, biasanya dalam sehari ia mendapat orderan sebanyak enam mobil per hari.

Namun, pandemi membuatnya harus melakukan pembatasan demi dapat menekan penyebaran korona. "Kami sempat tutup tiga bulan demi keamanan dan kenyamanan bersama," kata Wira.

Ia mengungkapkan, penutupan sementara itu juga dilakukan lantaran minimnya peminat, baik itu disebabkan oleh pelemahan daya beli maupun karena masyarakat membatasi aktivitas di luar rumah. Hingga kemudian, SACS Speedglow pun mulai kembali beroperasi pada pertengahan Juni lalu. Namun, dalam sehari, ia hanya melayani dua mobil guna mengurangi adanya antrean konsumen di dalam workshop.

Untuk mengimbangi hal itu, ia mengoptimalkan pemasaran secara online. "Terbukti, strategi itu pun berhasil mendongkrak transaksi hingga sekitar 30 persen," ujarnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat