Pekerja memotret kerajinan dari bahan limbah batok kelapa yang dipasarkan secara daring di Saung Oprek Karajinan Batok (Karabat), Kelurahan Menteng, Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (29/6/). | ARIF FIRMANSYAH/ANTARA

Ekonomi

Digitalisasi UMKM Perlu Dipercepat

Digitalisasi UMKM dapat berperan dalam peningkatan ekspor Indonesia.

 

JAKARTA -- Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki menyatakan, digitalisasi UMKM harus dipercepat. Menurut dia, digitalisasi tidak hanya dapat memperluas pasar, tapi juga mendorong efisiensi proses bisnis pelaku usaha. 

Ia mencontohkan, ke depannya laporan digital akn lebih dipertimbangkan bank atau lembaga keuangan lainnya dalam memberikan pembiayaan kepada UMKM. 

"Jadi, digitalisasi juga memberikan akses pembiayaan lebih besar, laporan keuangan digital akan lebih dipertimbangkan daripada aset karena UMKM rata-rata tidak punya aset. Jadi, kalau masih pakai model (usaha) lama akan sulit," ujar Teten dalam webinar bersama Gofood, Senin (29/6).

Menurut Teten, UMKM pun bisa mengikuti tren penjualan daring yang saat ini sedang meningkat. Kebijakan social distancing dan bekerja dari rumah berperan penting dalam lonjakan transaksi digital saat ini. Kendati demikian, kata kata, baru 13 persen atau 8 juta UMKM yang sudah terhubung secara daring.

 
Jumlah UMKM ada 64 juta lebih, kontribusi ke produk domestik bruto (PDB) mencapai 61 persen. Tapi, kontribusi ekspornya hanya 14 persen.
KASAN MUHRI, Dirjen PEN Kemendag
 

Selain masuk ke ekosistem digital, kata dia, UMKM yang bisa bertahan sekarang merupakan pelaku usaha yang melakukan adaptasi bisnis maupun produk. "Kini, banyak UMKM banting setir ke kebutuhan pokok, makanan dan minuman, alat kesehatan, herbal, dan lainnya," kata Teten.

Digitalisasi UMKM juga dapat berperan dalam peningkatan ekspor Indonesia. Kontribusi sektor UMKM di Indonesia terhadap kegiatan ekspor masih terbilang kecil. Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkapkan, rata-rata kontribusi ekspor sejauh ini hanya 14 persen dari total nilai ekspor nasional per tahun.

"Jumlah UMKM ada 64 juta lebih, kontribusi ke produk domestik bruto (PDB) mencapai 61 persen. Tapi, kontribusi ekspornya hanya 14 persen. Ini menjadi catatan kita," kata Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Kasan Muhri dalam sebuah diskusi virtual, Senin (29/6).

Kasan mengatakan, pasar dalam negeri memang cukup besar karena jumlah populasi Indonesia yang sudah mencapai 269 juta jiwa. Hanya saja, tentu pangsa pasar ekspor jauh lebih besar dengan populasi dunia mencapai 7,4 miliar jiwa.

Pada era saat ini, UMKM harus lebih memanfaatkan digitalisasi untuk bisa melakukan percepatan hingga ke tahap ekspor. Apalagi, momen pandemi Covid-19 cukup berpengaruh pada perubahan ke arah digital yang jauh lebih cepat.

Hanya saja, Kasan tak menampik UMKM di Indonesia memiliki banyak masalah. Hal itu mulai dari kapasitas produksi yang terbatas, kurangnya sumber daya manusia yang mumpuni, serta akses modal. Selain itu, masalah sertifikasi kerap menjadi masalah. UMKM belum dapat memenuhi kebutuhan sertifikasi tertentu dari negara tujuan ekspor.

photo
Seorang pekerja menyelesaikan pembuatan sepatu di industri rumahan Surodinawan, Prajuritkulon, Kota Mojokerto, Jawa Timur, Jumat (26/6). Sejumlah usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) alas kaki di Mojokerto yang sempat berhenti berproduksi akibat adanya pandemi Covid-19, kini mulai bangkit meski pesanan tidak sebanyak sebelumnya - (Syaiful Arif/ANTARA FOTO)

Kasan mengatakan, Kemendag sejauh ini sudah menyediakan platform Ina Export untuk membantu pelaku usaha dalam melakukan kegiatan ekspor. Platform tersebut setidaknya membantu para pelaku UMKM terdaftar untuk mengakses berbagai layanan dimulai dari produk katalog, informasi calon pembeli, serta pelatihan.

Oleh sebab itu, Kasan mengatakan, hal utama yang harus terus dilakukan saat ini yakni meningkatkan kemampuan UMKM melalui berbagai pelatihan serta virtual business matching. Sementara berbagai pelatihan terus digelar, Kemendag sudah mengagendakan beberapa pertemuan virtual antara UMKM dan calon pembeli.

"Kita harus menjadi fasilitator pelaku UMKM karena ke depan pendorong perekonomian adalah teknologi digital," katanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat