SIM cards and 3d printed objects representing 5G are put on a motherboard in this picture illustration taken April 24, 2020. | REUTERS/Dado Ruvic

Inovasi

Makin Terkoneksi selama Pandemi

Inovasi 5G untuk bisnis, //use case scenario// yang paling mungkin diterapkan adalah IoT.

 

Pandemi yang saat ini masih bergulir, tak membuat teknologi berhenti berevolusi. Ericsson memperkirakan jumlah pelanggan 5G di seluruh dunia akan mencapai 190 juta pada akhir 2020 dan 2,8 miliar pada akhir 2025. 

Menurut laporan “Ericsson Mobility Report” edisi Juni 2020, di wilayah Asia Tenggara dan Oseania, 5G diperkirakan mencakup 21 persen pelanggan seluler pada 2025. Country Head of Ericsson Indonesia Jerry Soper mengungkapkan, pandemi Covid-19 telah mengubah kehidupan sehari-hari. 

Kondisi pandemi ini juga menyadarkan banyak orang tentang pentingnya konektivitas. “Perpindahan tempat kerja atau proses belajar ke rumah telah menunjukkan pertumbuhan data dari bisnis ke perumahan bergeser dengan cepat. Hal ini semakin menunjukkan pentingnya konektivitas,” ujar Soper.

Pertumbuhan jumlah pelanggan 5G di beberapa negara memang melambat akibat pandemi. Namun, pertumbuhan jumlah pelanggan 5G di beberapa negara lain justru terus meningkat. 

Hal ini  mendorong Ericsson meningkatkan perkiraan pertumbuhan jumlah pelanggan 5G secara global hingga akhir 2020. Menurut Soper, keberhasilan 5G tak hanya diukur oleh jumlah pelanggan yang tinggi. 

Tapi, juga besarnya dampak yang muncul dari adanya teknologi yang satu ini. Teknologi 5G, kata Soper, merupakan platform yang dibuat untuk inovasi. Karena teknologi ini mampu merumuskan ulang cara orang berinteraksi, cara masyarakat melakukan kegiatan sehari-hari, hingga bagaimana cara bisnis bekerja.

Potensi Bisnis 5G

photo
Workers install 5G telecommunications equipment on a T-Mobile US Inc tower in Seabrook, Texas, U.S. May 6, 2020. - (REUTERS/Adrees Latif)

Selama pandemi, konektivitas memungkinkan perusahaan terus terlibat dengan pelanggan, serta melakukan transaksi bisnis secara daring. Selain itu, kombinasi 5G dan digitalisasi juga turut menciptakan peluang baru bagi penyedia layanan untuk memperluas bisnis mereka di luar konektivitas ke berbagai sektor, mulai dari perawatan kesehatan, otomotif, hingga manufaktur.

Ericsson Chief Technology Officer for Asia-Pacific Magnus Ewerbring mengungkapkan, Ericsson bertekad menyediakan solusi teknologi terkemuka untuk memberdayakan pengguna. “Jaringan 5G menawarkan kecepatan lebih tinggi, latensi yang sangat rendah dan jangkauan luas tanpa batas. Hal ini memungkinkan pengguna memiliki pengalaman cepat dan mulus, yang belum pernah mereka miliki sebelumnya,” kata Ewerbring.

Pada tahap awal implementasi 5G, cara operator untuk mengatasi pertumbuhan trafik data yang sangat besar adalah meningkatkan kapasitas jaringan, kecepatan dan kualitas di wilayah metropolitan dengan peningkatan //broadband// seluler.

Seiring berjalannya waktu, inovasi 5G untuk bisnis, //use case scenario// yang paling mungkin diterapkan adalah // internet of things// (IoT). Di Asia Tenggara, nilai pendapatan tambahan dari layanan digitalisasi yang menggunakan teknologi 5G untuk penyedia layanan diperkirakan mencapai 41 miliar dolar Amerika Serikat (AS) pada 2030. 

Saat ini, menurut Ewerbring, Ericsson memiliki lebih dari 93 perjanjian atau kontrak 5G komersial dengan penyedia layanan komunikasi berbeda. 40. Di antaranya, merupakan jaringan yang sudah menyediakan 5G secara langsung.

Beragam Pergeseran Perilaku Konsumen

Karantina dan anjuran untuk melakukan pembatasan sosial, ternyata membawa banyak perubahan pada //behavior// pelanggan. Pangsa terbesar dari peningkatan lalu lintas data, kini berasal dari jaringan stabil di wilayah perumahan, yang tumbuh 20 hingga 100 persen. 

Menurut penelitian terkini Ericsson Consumer Lab, 83 persen responden dari 11 negara menyatakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) membantu mereka menjalani masa karantina wilayah. Hasil penelitian ini menunjukkan, peningkatan penerapan dan penggunaan berbagai layanan TIK, seperti aplikasi //e-learning// dan kesehatan, dirasa dapat membantu masyarakat menyesuaikan diri dengan situasi baru. 

Berdasarkan ‘Ericsson Consumer & IndustryLab, Keeping consumer connected in a Covid-19 context’, pengguna //smartphone// kini menganggap TIK telah banyak membantu mereka mengerjakan tugas yang berbeda dalam kehidupan sehari-hari selama pandemi. Sekitar 74 persen orang berusia 60 tahun ke atas juga setuju, bahwa TIK membantu mereka tetap berhubungan dengan keluarga dan teman selama pandemi. 

Ericsson pun memprediksi perubahan perilaku yang kemungkinan besar terjadi di masa depan setelah pandemi Covid-19. Beberapa di antaranya adalah: 

1. Pendefinisian ulang jaringan. 

Tiga dari empat responden dari berbagai negara menyebutkan, nilai ketahanan dan konektivitas internet adalah hal yang paling kritikal selama masa krisis seperti ini.

2. Dimulainya perdagangan otonom. 

Enam dari 10 percaya responden percaya, pengiriman otomatis menggunakan //drone// atau armada mobil tanpa pengemudi akan meningkat secara dramatis.

3. Tempat kerja tanpa batas. 

Enam dari 10 pekerja, kini percaya bekerja dari jarak jauh akan menjadi bagian dari //new normal//.

4. Perawatan kesehatan yang disinkronisasi. 

Diperkirakan, konumen yang menggunakan platform layanan kesehatan akan meningkat hingga enam kali lipat di AS dibandingkan dengan 2019.

5. Pengalaman ekonomi secara virtual.

Tujuh dari 10 pengguna realitas maya atau //virtual reality// berpikir pemanfaatan teknologi yang sau ini akan membantu memudahkan saat-saat isolasi selama pandemi. 

 
Pandemi Covid-19 telah menyadarkan banyak orang tentang pentingnya konektivitas
Jerry Soper, Country Head of Ericsson Indonesia NAMA TOKOH
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat