Ilustrasi operasi | Pixabay

Inovasi

Atasi Katarak dengan Sentuhan Semi-robotic

Teknologi semi-robotic memungkinkan hasil maksimal dan nyaman bagi pasien.

Mata merupakan organ yang penting. Dengan mata yang sehat, kita akan melihat dunia dengan jelas. Sebaliknya, bila mata bermasalah, banyak keindahan di dunia yang akan terlewatkan,

Salah satu masalah mata yang paling banyak dialami lansia adalah katarak. Kondisi ini biasanya dapat diatasi dengan operasi.

Operasi bisa dilakukan di rumah sakit yang memiliki layanan mata atau lebih ideal lagi, pasien bisa datang ke rumah sakit spesialis mata, seperti Jakarta Eye Center (JEC).

Direktur Utama RS JEC Menteng dr Setiyo Budi Riyanto SpM(K) menjelaskan, rumah sakit yang dinaunginya ini kini menggunakan teknologi semi- robotic surgery pada operasi katarak dan retina yang dilengkapi dengan modern microscope.

Langkah ini sejalan dengan upaya JEC menjadi yang terdepan dalam pelayanan kesehatan, setelah sebelumnya menghadirkan layanan FLACS (Femtosecond Laser-Assisted Cataract Surgery), yaitu proses operasi katarak yang dilakukan menggunakan laser dan tanpa pisau bedah.

Kini, JEC membuat terobosan menjadi pionir di Indonesia dalam mengimplementasikan teknologi semi-robotic guna mendukung tindakan operasi katarak dan retina. Pria yang juga menjabat sebagai kepala Bedah Refraktif JEC ini menyampaikan, dalam melakukan operasi katarak dan retina, para dokter biasanya mengandalkan mikroskop untuk mendapatkan tampilan mata secara menyeluruh (top-down).

Teknologi semi-robotic surgery ini telah diimplementasikan di JEC, dilengkapi dengan digital microscope dengan high- quality optics, sehingga tim medis dapat melihat detail dengan sangat baik.

Setiyo mengungkapkan, teknologi ini hanya membutuhkan intensitas cahaya kecil, sehingga pasien tidak merasa silau dan lebih nyaman. Hal ini juga berguna membantu tim medis selama proses operasi karena pasien lebih kooperatif. "Dengan 3D juga nyaman untuk dokter, tidak capek,” ujarnya.

Sementara, untuk pasien, Setiyo melanjutkan, proses operasi juga bisa berlangsung lebih nyaman karena ada sinar lampu mikroskop. Karena, untuk kasus katarak, 90 persen bius akan dilakukan lokal.

Saat bius lokal konsentrasi pasien harus melihat lampu. Apabila menggunakan mikroskop biasa, penyinaran tinggi bisa 70 sampai 80 persen. Sementara, kalau 3D hanya 20 sampai 30 persen.

Jadi, pasien bisa merasa nyaman dan tidak silau. Ia menambahkan, faktor keamanan operasi bukan hanya karena mikroskop, melainkan juga karena operatornya.

Operasi katarak yang dilakukan manual biasanya sangat bergantung pada keterampilan tangan dokter. Sementara, pemanfaatan teknologi semi-robotic ini akan mampu meminimalkan komplikasi pascaoperasi karena menggunakan mesin sebagian yang sebelumnya sudah di-setting. "Sangat akurat. Lebih tepat," ujar Setiyo.

Operasi katarak biasanya hanya perlu dilakukan sekali seumur hidup. Dokter mata pun akan mengganti lensa mata pasien katarak yang sudah rusak dengan lensa tanam. Karena itu, katarak masih bisa diperbaiki walapun hasilnya tidak sesempurna saat mata masih sehat.

Menurut Setiyo, teknologi semi- robotic untuk mengatasi katarak tidak hanya dipakai oleh JEC. Tapi, ada beberapa pusat layanan mata lainnya di Indonesia yang juga menggunakannya.

Tingkatkan Presisi 

photo
Ilustrasi operasi - (Pixabay)

Operasi dengan teknologi semi-robotic ini bisa dilakukan pada anak-anak dan dewasa. Ketua Retina Service dan Dokter Spesialis Mata Subspesialis Vitreoretina JEC Dr Elvioza SpM(K) mengatakan, semua organ di dalam mata sangatlah sensitif, begitu salah sentuh maka akan berantakan semua. "Bisa melihat selaput yang ketebalan nya hanya mikron. Tebalnya lima per seribu. Apabila salah sentuh kena pembuluh darah maka retina bisa robek," ujarnya.

Oleh karena itu, perlu tindakan dengan presisi sangat tinggi. Itulah mengapa mereka memakai mikroskop 3D. "Dengan teknologi 3D, retina bisa tampak diperbesar semaksimal mungkin," jelasnya.

Ia mengatakan, kualitas operasi katarak sangatlah tergantung dari presisi. Karena itu, pemanfaatan teknologi sangat penting untuk keberhasilan operasi. 

Keberadaan digital microscope dengan resolusi yang lebih tinggi memungkinkan dokter mendapatkan tampilan tiga dimensi yang jelas dan lebih nyata dari mata pasien, detail setiap bagian hingga ke jaringan kecil. 

Bagi para dokter, digital microscope ini juga membuat lebih nyaman, efektif, dan efisien. Sementara dari segi waktu, dengan teknologi ini, lama operasi juga menjadi lebih singkat. Bila sebelumnya bisa memakan waktu dua sampai tiga jam, dengan teknologi ini, hanya setengah jam. "Karena lebih cepat, trauma operasi lebih sedikit, lebih nyaman, sehingga hasil pun maksimal,” ungkap Elvioza. 

 
Operasi katarak biasanya hanya perlu dilakukan sekali seumur hidup. 
NAMA TOKOH
 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat