cover | cover-republika

Halaman 10

Monumen Lahirnya Panglima Dusun

Soedirman diangkat sebagai anak oleh pasangan Raden Tjokrosunaryo-Tarsem.

Oleh Monumen Lahirnya Panglima Dusun

Sebuah monumen berdiri di Dusun Rembang, Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga. Museum dusun ini untuk memperingati kelahiran Panglima Besar Soedirman. Mustolih (37 tahun), pengelola monumen, menyebutkan Soedirman lahir di Dusun Rembang dari orang tua kandung pasangan Karsid Kartowiradji dan Siyem.

Setelah lahir, Soedirman  diangkat sebagai anak oleh pasangan Raden Tjokrosunaryo-Tarsem. Soedirman juga mendapatkan pengasuhan penuh dari kedua orang tua angkatnya yang memang tidak memiliki anak.

Versi masyarakat Banyumas agak berbeda. Ada yang menyebutkan Jenderal Soedirman lahir di salah satu desa di Kabupaten Banyumas. Ada yang menyebut di Desa Gentawangi, Kecamatan Jatilawangg, ada pula yang menyebut di Desa Tipar, Kecamatan Rawalo. Setelah melahirkan Soedirman, baru kedua orang tua Soedirman pergi ke Dusun Rembang di Purbalingga.

 
''Dengan menjadi anak angkat R Tjokrosunaryo yang mantan asisten wedana, Soedirman bisa mengenyam pendidikan di HIS yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Belanda."
Hasto Wisnu Probo
 



Pendapat lahirnya Soedirman di Desa Tipar ini juga dibenarkan pengelola Museum Jenderal Soedirman Purwokerto, Hasto Wisnu Probo. ''Soedirman memang lahir di Desa Tipar. Namun, beberapa hari setelah lahir, beliau dibawa ke rumah pakdenya yang menjadi asisten wedana di Rembang karena akan diangkat sebagai anak oleh beliau,'' ucapnya.

Hasto menyebutkan, kedua orang tua kandung Soedirman mengikhlaskan Soedirman menjadi anak angkat pakdenya karena masa depan Soedirman akan lebih terjamin, terutama terkait dengan pendidikannya kelak.

''Dengan menjadi anak angkat R Tjokrosunaryo yang mantan asisten wedana, Soedirman bisa mengenyam pendidikan di HIS yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Belanda,'' kata Hasto.

Tank ringan atau light tank M3A3 Stuart yang diproduksi tahun 1940-an terlihat cukup mencolok karena ditempatkan di tengah jalan Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalinggga. Meski ukurannya tergolong mini, tank ini menjadi penanda bahwa di belakang lokasi tank terdapat kompleks museum yang dikenal sebagai Monumen Tempat Lahir (MTL) Jenderal Soedirman. Untuk menghindari tangan jahil, sekeliling tank dipagar besi.

Komplek MTL Jenderal Soedirman, menurut pengelola Mustholih, menempati lahan seluas sekitar tiga hektare. Persis di belakang pintu gerbang terdapat tembok setinggi sekitar satu meter yang di dindingnya terukir diorama berwarna emas yang menggambarkan perjalanan hidup Jenderal Soedirman sejak lahir hingga menjadi panglima. Sementara itu, di samping kiri diorama, terdapat patung Soedirman setinggi empat meter yang mengenakan pakaian seragam kepanduan Hizbul Wathan.

Seluruhnya, ada lima bangunan yang berada di kompleks MTL Jenderal Soedirman. Bangunan tersebut terdiri atas bangunan utama berupa rumah joglo di belakang tembok diorama, replika rumah yang menjadi tempat lahir Jenderal Soedirman, Masjid Jami MTL Jenderal Soedirman, gedung perpustakaan, dan bangunan aula yang cukup luas.

Kompleks MTL Jenderal Soedirman ini tertata cukup asri dan sejuk karena di sekeliling bangunan terdapat pohon-pohon besar yang teduh. Rumputnya juga tertata rapi karena dirawat oleh pengelola monumen.

Pengelolaan kompleks MTL Jenderal Soedirman berada di bawah PD Owabong yang menjadi perusahaan daerah milik Pemkab Purbalingga.

Dari lima bangunan yang ada di kompleks MTL Jenderal Soedirman, menurut Mustholih, hanya dua bangunan yang berkaitan langsung dengan sejarah Jenderal Soedirman, yakni bangunan joglo dan replika rumah kelahiran Jenderal Soedirman yang berada di tengah kompleks monumen. 

Mustholih juga menyatakan, menurut penuturan orang-orang tua di desanya, rumah asli orang tua angkat Jenderal Soedirman yang menjabat sebagai asisten wedana (setingkat camat) memang terdiri atas bangunan joglo dan rumah induk di belakangnya.

Di rumah inti MTL Jenderal Soedirman, terdapat empat ruangan yang terdiri atas tiga kamar tidur dan satu ruang keluarga. Ketiga kamar tidur tersebut, disebutkan Mustholih, terdiri atas kamar tempat Soedirman dilahirkan, kamar tidur orang tua angkat Soedirman, dan kamar tidur orang tua kandung Soedirman. Ketiga kamar tersebut hanya berukuran 2 x 2,5 meter.

Dari ketiga kamar tersebut, ada dua ruang yang bisa dilihat dan dimasuki pengunjung, yakni kamar tempat Jenderal Soedirman dilahirkan dan kamar orang tua angkat Soedirman. Sementara itu, kamar yang disebutkan sebagai kamar orang tua kandung Soedirman selalu tertutup rapat. ''Jangan, Mas, ruangan ini tidak boleh dibuka,'' kata Mustholih melarang.

Barang-barang atau perabot yang dipajang di ruangan tersebut, menurut Mustholih, merupakan barang-barang replika. Ada ayunan rotan yang disebutkan sebagai tempat ayunan bayi Soedirman, boks bayi terbuat dari kayu, berbagai perabotan lemari, tempat tidur, dan meja kursi kayu model kuno.

Di ruang keluarga, saat ini juga terdapat etalase maket yang menggambarkan perjalanan hidup Jenderal Soedirman, antara lain, maket yang menggambar bayi Soedirman sedang ditimang orang tuanya, saat Soedirman aktif di kepanduan Hizbul Wathon, dan maket saat Soedirman melaksanakan perang gerilya dengan ditandu.

Mustholih menyebutkan, pada hari biasa, pengunjung monumen ini dapat dihitung dengan jari. Namun, pada hari libur, pengunjung bisa mencapai lebih dari seratus orang. ''Untuk masuk ke kompleks museum, setiap pengunjung hanya ditarik retribusi Rp 2.000,'' katanya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat