Petani memanen tomat di area persawahan Desa Paron, Kediri, Jawa Timur, Rabu (3/6). | Prasetia Fauzani/ANTARA FOTO

Opini

Normal Baru Pertanian

Normal baru justru bisa menjadi momentum kembali menggeliatkan sektor pertanian dalam arti luas.

 

KUNTORO BOGA ANDRI, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik, Kementerian Pertanian

Sektor pertanian membuktikan keandalannya sebagai penopang perekonomian nasional selama pandemi Covid-19. Kinerja sektor pertanian menunjukkan indikator yang menggembirakan, terkait produksi pertanian dan kinerja ekspor.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data, selama Januari-April 2020, nilai ekspor pertanian meningkat 16,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019, dari Rp 115,18 triliun meningkat menjadi Rp 134,63 triliun.

Surplus perdagangan produk pertanian selama Januari-April 2020 juga meningkat signifikan, yaitu 32,96 persen. Secara nilai, terdapat peningkatan dari Rp 33,62 triliun (Januari-April 2019) menjadi Rp 44,70 triliun (Januari-April 2020).

Fakta ini memberi optimisme bagi para pelaku di bidang pertanian. Pandemi Covid-19 yang berimplikasi pada pemberlakuan kebijakan normal baru, tidak melemahkan peran pertanian sebagai tulang punggung perekonomian bangsa.

Di tengah perlambatan ekonomi saat pandemi, pertanian justru menunjukkan kinerja baik dan positif. Ini tidak hanya menopang pertumbuhan ekonomi nasional di kisaran 3,0 persen, tetapi juga mengurangi kekhawatiran kerawanan bahkan krisis pangan.

Kementerian Pertanian (Kementan) terus menjaga dan memaksimalkan produksi pertanian nasional dalam menjaga ketahanan pangan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) dalam setiap kesempatan, mengatakansrtanian adalah salah satu sektor yang harus tetap berproduksi dan dipastikan tidak boleh berhenti dalam kondisi apa pun.

Bahkan, kala kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), para petani tetap bekerja. Termasuk ketika kebijakan normal baru alias tatanan kehidupan baru berlaku, sektor pertanian harus tetap berproduksi maksimal.

Sebanyak 267 juta penduduk Indonesia tetap bisa mengakses bahan pangan dengan harga yang terjangkau.  Implementasi ‘New Normal’ seharusnya tidak memberi banyak perubahan pola masyarakat dalam memenuhi dan mengakses pangannya.

Normal baru justru bisa menjadi momentum kembali menggeliatkan sektor pertanian dalam arti luas, sehingga diharapkan perekonomian masyarakat bisa bangkit. Kebijakan normal baru menjadi momentum mengembangkan pola bisnis pertanian yang lebih mumpuni.

Peran pemerintah harus mampu menjaga dan meningkatkan semangat itu. Caranya dengan menghadirkan program dan kebijakan yang dapat mendukung secara konkret kegiatan pertanian dari hulu hingga hilir.

 
Berbagai stimulus untuk petani diharapkan dapat memicu semangat petani untuk terus berproduksi dan menghasilkan pangan.
 
 

Agar pelaku pertanian mampu segera beradaptasi dan berbenah dengan situasi terkini, Kementan telah mengubah postur anggaran. Perubahan ini bertujuan menguatkan produksi pertanian dan secara langsung dapat menjaga serta meningkatkan kesejahteraan petani.

Alokasi KUR untuk pertanian pada 2020, mencapai Rp 50 triliun dari total KUR Rp 190 triliun. Sampai pertengahan Mei 2020, serapan KUR yang sudah disalurkan untuk pertanian mencapai Rp 17 triliun, artinya upaya ini direspons positif oleh petani.

Berbagai stimulus untuk petani diharapkan dapat memicu semangat petani untuk terus berproduksi dan menghasilkan pangan. Apabila dari sisi produksi aman, ketahanan pangan masyarakat pun seharusnya dapat lebih mudah untuk dijaga.

Petani dan sektor pertanian terus bergerak hingga diperkirakan akhir Desember 2020, stok beras nasional masih akan tersedia 4,7 juta ton. Percepatan tanam padi 5,6 juta hektare pada musim tanam kedua di 33 provinsi digulirkan untuk mengamankan pasokan beras.

Dalam percepatan musim tanam kedua, ditargetkan menghasilkan beras sebesar 15 juta ton pada periode Juli- Desember 2020.

Begitu juga dengan komoditas strategis lainnya. Untuk cabai dan bawang merah sejak April lalu, sejumlah wilayah sentra produksi sudah mulai panen dan diperkirakan berlangsung hingga Juli mendatang.

Demikian pula dengan petani tebu yang masuk musim giling dan lainnya. Meski di sisi produksi aman, pemerintah harus tetap menjaga pengelolaan dan pendistribusian komoditas pertanian demi menjaga harga, baik di tingkat petani maupun konsumen. 

Kegiatan on farm perlu dukungan banyak pihak agar pemasaran dan pendistribusian hasil pertanian efisien dan menguntungkan petani. 
 

Selain itu, gerakan diversifikasi pangan terus disosialiasikan. Terutama memopulerkan bahan pangan pokok selain beras. Upaya penguatan ketahanan pangan juga dilakukan secara desentralisasi, dengan cara memperkuat lumbung pangan di setiap provinsi.

Pertanian tak mungkin mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah tanpa dukungan teknologi. Maka itu, pengolahan lahan, menanam bibit, panen, hingga pengolahan harus dilakukan dengan menggunakan alat-alat berteknologi tinggi.

Mekanisasi pertanian merupakan salah satu komponen penting untuk pertanian modern dalam mencapai target swasembada pangan berkelanjutan. Inovasi dan pemanfaatan teknologi oleh petani perlu terus didorong.

Kegiatan on farm di atas perlu dukungan dan kerja banyak pihak agar pemasaran dan pendistribusian hasil pertanian efisien dan menguntungkan petani. Selain itu, keterlibatan generasi milenial dan setelahnya, salah satu kunci agar ketahanan pangan terjaga.

Generasi muda mestinya tak lagi ragu terjun di sektor pertanian. Berbekal besarnya potensi ekonomi di sektor ini, alam dan iklim tropis yang mendukung budi daya dan aplikasi teknologi, milenial bisa berperan sebagai penjaga ketersediaan pangan. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat