Pengguna mengunakan aplikasi dompet digital. Kondisi normal baru memengaruhi tata kelola anggaran bulanan. | Wihdan/Republika

Perencanaan

Kelola Anggaran di Era New Normal

Kondisi normal baru ini tentu akan memengaruhi tata kelola anggaran bulanan

Pandemi Covid-19 diprediksi membutuhkan waktu yang lama untuk benar-benar hilang di dunia. Kondisi ini mendorong pemerintah untuk mulai menerapkan tatanan kenormalan baru atau new normal agar masyarakat beradaptasi dengan virus Covid-19 dalam kehidupan sehari-hari.

Kondisi kenormalan baru ini tentu akan memengaruhi tata kelola anggaran bulanan karena kita akan mulai kembali berkegiatan ke luar rumah. Lalu, bagaimana mengelola anggaran secara bijak selama kenormalan baru?

Menurut Perencana Keuangan Aidil Akbar setidaknya ada tiga cara pengelolaan anggaran yang bisa diterapkan, berdasarkan pada pekerjaan atau aktivitas masing-masing individu. Ada yang tetap work from home (WFH), ada yang fifty-fifty, artinya 50 persen bekerja dari rumah dan 50 persennya lagi ke kantor, ada pula yang harus bekerja secara penuh di kantor.

Bagi mereka yang masih WFH, dia menyarankan agar pengeluaran hanya difokuskan pada tiga kebutuhan prioritas, yaitu kebutuhan pangan, sanitasi, dan internet. WFH sepertinya akan tetap menjadi tren enam bulan ke depan, minimal tiga sampai empat bulan masih banyak yang WFH.

"Anak sekolah juga kan bisa jadi sampai tahun depan masih belajar dari rumah. Berarti, bagi mereka yang WFH sudah bisa menelaah apa yang bisa dihemat dan dialokasikan. Lagi pula, sekarang WFH sudah menjadi kebiasaan, artinya biaya yang berhubungan dengan kantor masih bisa dihemat," kata Aidil saat dihubungi, beberapa waktu lalu.

Sementara, bagi mereka yang fifty-fifty, harus mulai menghitung berapa hari kira-kira ia bekerja ke luar rumah dan berapa hari WFH dalam satu bulan. Jika sudah dihitung, ia bisa mengalokasikan anggaran untuk biaya transportasi, kesehatan, dan makan siang selama bekerja di kantor.

Biaya transportasi yang biasanya hanya 10 sampai 20 persen dari penghasilan mungkin akan bertambah mengingat transportasi umum tidak akan berjalan seperti biasanya. "Tapi, kalau yang fifty-fifty ini artinya pengeluaran yang berhubungan dengan kantor masih bisa dihemat hingga 50 persen," kata Aidil.

Kemudian, untuk mereka yang sudah bekerja ke kantor secara penuh, harus mempersiapkan anggaran lebih untuk biaya kesehatan dan transportasi. Anggaran untuk biaya kesehatan bisa direalisasikan dengan membeli tisu basah beralkohol, hand sanitizer, botol sabun kecil, juga membeli vitamin dan masker.

"Supaya tidak terlalu boros, beli vitamin bisa secara online dan beli dalam jumlah banyak untuk beberapa bulan. Itu biasanya kehitung lebih hemat. Kalau masker, orang yang kerja tiap hari tidak mungkin maskernya cuma satu atau dua, apalagi perempuan pasti ingin maskernya senada dengan bajunya. Supaya enggak terlalu boros, carilah masker dengan warna-warna netral, misalnya, hitam, biru tua atau abu, putih, merah. Minimal punya tiga sampai lima masker," jelas Aidil.

 
Supaya tidak terlalu boros, beli vitamin bisa secara online dan beli dalam jumlah banyak untuk beberapa bulan.
AIDIL AKBAR, Perencana Keuangan
 

Lalu, masalah transportasi. Di era kenormalan baru, mereka yang bekerja di luar rumah harus menyiapkan anggaran lebih. Mengingat ojek daring belum boleh beroperasi dan angkutan umum seperti Commuter Line, MRT, maupun Transjakarta juga dimungkinkan masih membatasi jumlah penumpang.

"Karena kan memang katanya harus mengikuti protokol kesehatan seperti jaga jarak. Itu berarti ada peningkatan dari sisi transpor, apalagi kalau ada meeting-meeting yang harus buru-buru pasti harus pakai taksi online dan biayanya pasti lebih besar," kata Aidil.

Jika memang anggaran transportasi dan biaya kesehatan selama kenormalan baru membengkak, Aidil juga memperbolehkan seseorang mengambil sebagian anggaran dari dana darurat. Itu sah-sah saja karena pandemi Covid-19 memang termasuk keadaan darurat. 

photo
Karyawan menghitung uang rupiah di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (18/5/2020). Kondisi normal baru akan memengaruhi tata kelola anggaran bulanan - (Aprillio Akbar/ANTARA FOTO)

Lebih bijak

Sementara itu, bagi Irmelia Virgiani (26 tahun) yang kini berprofesi sebagai penerjemah, era kenormalan baru tidak terlalu banyak memberi dampak signifikan pada pengelolaan anggaran bulanan. Sebab, dia masih bisa bekerja dari rumah dan hanya sesekali keluar rumah untuk urusan pekerjaan.

Namun begitu, sejak virus Covid-19 mewabah, anggaran biaya kesehatan dan sanitasi lebih besar dari biasanya. Karena dia harus membeli hand sanitizer, disinfekstan ruangan, masker, sabun cuci tangan, dan lainnya.

"Meskipun sebenarnya aku dari zaman sebelum ada Covid-19 juga sudah pemakai hand sanitizer, tapi memang sekarang aku lebih sering nyetok aja. Dan aku malah seneng sih dengan diterapkannya protokol kesehatan itu, jadi meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan. Ke mana-mana bawa hand sanitizer itu kan harusnya dari dulu juga begitu," jelas dia.

Irmelia mengatakan, selama pandemi Covid-19 belum berakhir, dia mesti bijak mengelola anggaran bulanannya. Selama pandemi, dia mengaku, hanya memfokuskan anggaran untuk biaya kesehatan, internet, dan makanan. Barang-barang seperti baju, sepatu, kerudung, atau lainnya yang tidak terlalu penting ia kesampingkan terlebih dahulu.

"Kebetulan juga aku memang dari lama agak cuek ya dengan hal-hal penampilan, jadi ya apalagi kalau ada pandemi gini kita harus makin selektif dalam mengeluarkan uang," jelas Irmelia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat