Hikmah | Republika

Hikmah

Meninggalkan Kebohongan

Seorang mukmin seutuhnya bila meninggalkan kebohongan.

Oleh AGUS SOPIAN

 

OLEH AGUS SOPIAN

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah beriman seorang hamba dengan keimanan yang seluruhnya (sempurna) sehingga meninggalkan kebohongan dalam bercanda dan meninggalkan perdebatan walaupun itu benar." (HR Ahmad).

Hadis tersebut secara gamblang menjelaskan agar menjadi seorang mukmin seutuhnya. Salah satu caranya ialah dengan meninggalkan kebohongan. Bahkan, dalam bercanda sekalipun kebohongan tidaklah dibenarkan.

Rasulullah SAW mengingatkan kita supaya menghindari dan meninggalkan kebohongan karena hal itu akan mendorong seseorang berbuat jahat. Kebohongan adalah awal dari kesengsaraan dan kegagalan karena akan banyak dijauhi orang.

Seseorang yang berbohong hatinya akan diliputi resah, gelisah, tersiksa oleh perbuatan dirinya sendiri. Pikirannya menjadi gelap, melangkah dengan penuh keraguan, takut kalau kebohongannya terbongkar, sehingga perilaku yang keluar adalah kejahatan. Ketika seseorang berbohong maka akan diikuti oleh kebohongan yang lain untuk menutupi kebohongannya.

Sebaliknya, kita dianjurkan untuk selalu jujur karena kejujuran akan mendorong pada kebaikan dan berbuat kebajikan. Orang yang jujur, jalan pikirannya menjadi terang, melangkah tanpa ragu-ragu, optimistis, dan penuh keyakinan, sehingga perilaku yang keluar adalah kebaikan.

Rasulullah SAW bersabda, "Tanamkan pada dirimu kejujuran, karena sesungguhnya kejujuran itu menunjukkan kepada kebajikan dan kebajikan itu menunjukkan (jalan) ke surga. Dan tiadalah seorang lelaki yang senantiasa jujur dan mempertahankan kejujuran sehingga Allah mencatat dia sebagai orang yang jujur." (HR Muslim).

Kejujuran adalah awal dari kesuksesan. Orang yang jujur akan menemukan ketenteraman, keindahan, dan kesejukan dalam hatinya karena berada dalam kebenaran. Kejujuran tidak hanya sebatas perkataan saja, tetapi mencakup semua sisi kehidupan, seperti jujur dalam bekerja, jujur dalam berjanji, bermuamalah dan dalam berpenampilan.

Modal utama agar mampu meninggalkan kebohongan dan senantiasa berbuat jujur adalah iman. Dengan iman, seseorang akan senantiasa mempertimbangkan segala perbuatannya sebab keimanan merupakan keselarasan antara hati, pikiran, ucapan, dan tindakan. Ketika hati dan pikiran membisikkan kebenaran, maka harus diikuti oleh lisan dan tindakan.

Hati nurani tak bisa berbohong. Lisanlah yang lihai dalam membuat kebohongan. Kelak pada hari kiamat, ketika mulut dikunci, semua kebohongan akan terungkap. Allah SWT berfirman, "Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, tangan mereka akan berkata kepada Kami dan kaki mereka akan memberikan kesaksian terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS Yasin: 65).

Mukmin sejati akan selalu menghindari kebohongan. Sebab, iman dalam dirinya mendorong untuk selalu jujur. Ajaran Islam yang diamalkannya akan membentuk perilaku keseharian, mulai dari ucapan dan tindakan.

Ia memastikan tidak ada orang yang tersakiti baik dengan lisannya maupun dengan perbuatan. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita berusaha sekuat tenaga meninggalkan kebohongan, sebab dusta atau bohong merupakan salah satu sumber kemunafikan.

Rasulullah SAW menegaskan, "Tanda orang munafik itu tiga: apabila ia berucap berdusta, jika membuat janji ingkar, dan jika dipercayai berkhianat." (HR Bukhari). Wallahu a'lam.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat