Shalat dzuhur berjamaah dengan protokol kesehatan Physical distancing atau jaga jarak di Masjid Al Ukhuwah, Kota Bandung, Kamis (4/6). Sebelum melakukan shalat berjamaah, Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) terlebih dahulu menghimbau agar jamaah mengikuti proto | Edi Yusuf/Republika
Umat muslim menunaikan shalat usai kegiatan penyemprotan disinfektan di Masjid Al Azhar Jakarta Selatan, Rabu (3/6/2020). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membuka kembali rumah ibadah saat penerapan tatanan normal baru (new normal) di tengah pand | NOVA WAHYUDI/ANTARA FOTO
Suasana jamaah di salah satu masjid di Indonesia timur. | Dok Antara/Anang Budiono
Petugas merapikan jarak untuk salat di Masjid Cut Meutia, Jakarta, Kamis (4/6/2020). Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadikan perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sebagai masa transisi fase pertama, yaitu dengan mengizinkan tempat da | PUSPA PERWITASARI/ANTARAFOTO

Kabar Utama

New Normal Harus Memperkuat Spiritual

New normal harus mempertajam mata batin memandang kehidupan dunia dan akhirat.

 

M UBAEDILLAH

JAKARTA— Di tengah pandemi covid-19 yang belum berakhir, masyarakat dituntut beraktivitas untuk menjaga kelangsungan hidup. Mereka menjalankan pola hidup baru atau normal baru (new normal) yang membuat mereka beraktivitas baik di dalam maupun luar rumah, sehingga tetap produktif di masa pandemi ini.

Masjid memaknai new normal dengan unik. Tak sebatas fisik atau zahir, normal baru diartikan sebagai pola baru memperkuat spiritual yang menjadi ruh dan jiwa kehidupan. “Untuk menghadapi pandemi covid-19, yang pertama kita lakukan adalah memperkuat spiritualitas. Mari kita perkuat riyadhah batiniyah, kita genjot mujahadah, sehingga mata batin kita menjadi jernih dalam melihat visi kehidupan,” kata Ketua Takmir Masjid Agung al-Azhar KH Dr Shabahussurur Syamsi saat dihubungi Republika pada Ahad (6/7).

Secara sederhana, memperkuat spiritual dilakukan dengan memperbanyak zikir, mengekang hawa nafsu, dan memperbanyak amal kebaikan. Dengan begitu, seseorang selalu merasa diawasi Allah, sehingga mempersempit ruang untuk berbuat dosa.

Indonesia merupakan bangsa yang dibangun dengan spiritualitas. Sila pertama Pancasila berbunyi “Ketuhanan Yang Mahaesa.” Hal ini dimaknai, yang menjadi dasar keberlangsungan bangsa adalah keimanan kepada Tuhan yang merupakan spiritualitas yang paling dasar. Dengan iman, seseorang akan memandang kehidupan secara komprehensif: lahir dan batin, pasrah kepada Allah, menjaga nilai dengan merasa takut kepada Allah, dan mengharapkan segala sesuatu kepada-Nya.

Penguatan batin saat ini sudah dimotori seluruh masjid di Indonesia. Masjid Agung al-Azhar, misalkan, semakin diramaikan dengan kembali menyelenggarakan shalat Jumat pada 5 Juni. Sudah lebih dari delapan pekan masjid-masjid besar di negeri ini, bahkan dunia, tak menyelenggarakan shalat tersebut karena pandemi covid-19 yang meresahkan masyarakat. Mereka terpaksa mengganti Shalat Jumat dengan Shalat Zuhur.

Penyelenggaraan shalat Jumat menjadi gong pembukaan masjid yang kembali menyelenggarakan shalat fardhu berjamaah. Ini adalah shalat yang pahalanya lebih berlimpah, yaitu 27 derajat (HR. Malik, Bukhari, Muslim, Tirmidzi, dan Nasa’i-At-Targhib). Namun pola shalat berjamaah saat ini mengikuti protokol kesehatan. 

 

 

 

STRATEGI MASJID MENCEGAH PENYEBARAN COVID-19 

Masjid disemprot cairan disinfektan.

Jamaah membawa sajadah sendiri.

Jamaah memasuki masjid dalam keadaan suci.

Mereka mencuci tangan atau menggunakan penyanitasi tangan.

Petugas masjid mengukur suhu badan jamaah. 

Yang bersuhu badan 37 derajat lebih tidak diperkenankan memasuki masjid.

 

 

Ketua Takmir Masjid Agung Al-Azhar KH Dr Shabahussurur Syamsi
 

 

Kiai Shabah menjelaskan pandemi covid-19 jangan menjadi alasan meninggalkan ibadah. Justru pada saat seperti inilah setiap orang harus memperkuat ketundukannya kepada Allah. Ibadah dilakukan baik secara individual, maupun bersama, dengan tetap berpedoman pada protokol kesehatan.

Selain shalat berjamaah, Masjid Agung al-Azhar juga secara bertahap akan memulai kegiatan taklim (pengajian). Dengan pola normal baru, taklim diselenggarakan baik secara daring maupun luring. 

Sejak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dilaksanakan, taklim sudah sering dilaksanakan secara daring. Prosesnya dilaksanakan dengan pertemuan virtual melalui Zoom. Kemudian ada juga proses streaming dan podcast yang diproduksi di masjid tersebut. “Ruang rapat yang besar kita ubah menjadi studio yang menghasilkan konten digital,” kata Shabah.

Karena itu, menurut Shabah, new normal telah membuat masjid semakin kreatif dalam menyelenggarakan dakwah digital. Dengan begitu, masyarakat tetap mendapatkan inspirasi dakwah meski dalam kondisi pandemi.

 

Masjid Raya Pondok Indah (MRPI)

photo
Sejumlah umat Islam menunaikan sholat Jumat berjamaah dengan menerapkan jaga jarak di Masjid At-Tin, Jakarta, Jumat (5/6). - (Prayogi/Republika)

Terpisah, MRPI juga menyambut normal baru dengan memperkuat ibadah. Sejak Jumat 5 Juni, masjid yang menjadi ikon masyarakat sekitar Perumahan Pondok Indah itu sudah melayani masyarakat yang hendak shalat fardhu berjamaah. 

Kepala Kantor MRPI Syamsul Marlin mengatakan shalat berjamaah yang kini dilaksanakan dengan protokol kesehatan tak membuat masyarakat meninggalkan masjid. Justru mereka semakin ramai berdatangan. Shalat Jumat kemarin misalkan, ramai dilaksanakan karena masyarakat sangat antusias untuk mengadu kepada Allah.

Sebelum masuk masjid, Petugas mengecek suhu tubuh jamaah. Kemudian jamaah diberi kantong plastik putih untuk membungkus alas kaki masing-masing. Hal ini lantaran penguru MRPI menutup tempat penitipan sepatu dan sandal. 

Lantai masjid juga berbeda dari biasanya. Terdapat lakban merah tertempel yang berjarak satu meter-satu mater. Lakban ini tertempel hampir di seluruh ruang solat baik di lantai satu, dua, dan teras sekitar masjid. Hal ini untuk memberi tanda agar jamaah menjaga jarak satu dengan yang lain. 

Setelah Shalat Jumat, sebagian jamaah masih bertahan di masjid untuk itikaf: membaca dan menghayati Alquran dan berdzikir. Bahkan ada yang sekadar membaringkan badan untuk beristirahat.

Meski shalat sudah dilaksanakan, MRPI belum memastikan kapan pengajian akan dimulai. Pengurus takmir masjid beralasan kegiatan masjid akan dilaksanakan secara bertahap. “Nanti akan kami evaluasi dan rencanakan penyelenggaraan taklim dan lainnya,” kata Syamsul Marlin.

 

323 masjid Tanah Datar kembali dibuka

photo
Sejumlah umat Islam menunaikan shalat Jumat berjamaah dengan menerapkan jaga jarak di Masjid Baiturrahman Limboto, Kabupaten Gorontalo, Gorontalo, Jumat (5/6/2020). Masjid di daerah itu mulai menggelar ibadah shalat Jumat dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat menjelang penerapan tatanan hidup normal baru di Provinsi Gorontalo - (Adiwinata Solihin/ANTARA FOTO)

Kabag Kesra Kabupaten  Tanah Datar Afrizon mengatakan Pemkab Tanah Datar sudah memperbolehkan 323 masjid untuk kembali melaksanakan Shalat Jumat berjamaah sejak kemarin, Jumat (5/6). Pemkab Tanah Datar mengizinkan masjid-masjid dibuka lagi karena sudah ingin memulai tatanan baru produktif dan aman covid-19 (new normal).

"Semua masjid telah dibolehkan melaksanakan Shalat Jumat dengan melaksanakan ketentuan-ketentuan protokol kesehatan, untuk diminta masyarakat patuh dan disiplin dengan aturan yang sudah ada demi kebaikan bersama," kata Afrizon, melalui siaran pers.

Pembukaan kembali masjid untuk sholat berjamaah sudah merujuk kepada Surat Edaran Menteri Agama Nomor 15 tahun 2020 dan maklumat MUI nomor 06 Tanah Datar.

Pemerintah melarang anak usia di bawah 13 tahun mengikuti Shalat Jumat, karena belum terlalu paham mengenai protokol covid-19. Selain itu, Pemkab Tanah Datar meminta khatib yang menyampaikan khotbah Jumat dalam durasi yang singkat.

Tanah Datar sudah bersiap menuju new normal karena di daerah tersebut covid-19 sudah terkendali. Dalam dua pecan terakhir tidak ada penambahan kasus positif. Sebagian besar penderita covid-19 di Tanah Datar sudah sembuh.

Jumlah yang positif sebanyak 11 orang. 7 orang sudah sembuh, 3 orang dirawat di rumah sakit rujukan dan 1 orang meninggal dunia.

 

Qunut Nazilah

photo
Ilustrasi membaca Qunut Nazilah - (musiron)

Masjid Agung Sultan Kasimuddin memiliki kekhasan pola normal baru. Shalat berjamaah di tempat sujud yang terletak di Bulungan Kalimantan Utara itu, diselipkan munajat doa Qunut Nazilah. Ini adalah doa untuk menangkal malapetaka, seperti covid-19.

Dalil pelaksanaan qunut nazilah adalah hadis, bahwa Rasulullah saw melaksanakan Qunut Nazilah selama sebulan secara berturut-turut di dalam salat zuhur, asar, maghrib, isya dan subuh. Setiap kali usai mengucapkan, "Sami'allahu liman hamidah" dari rakaat terakhir Rasulullah mendoakan kejelekan atas mereka, yaitu perkampungan Ri'il, Dzakwan dan 'Ushayyah dari Bani Sulaim. Sedangkan orang-orang dibelakangnya mengucapkan, "Amin" (HR. Ahmad).

Doa ini sudah rutin dibacakan sejak kasus Covid-19 mulai meluas di Indonesia pada Maret 2020. Setiap shalat lima waktu di masjid itu dianjurkan untuk membacakan doa qunut nazilah dengan harapan musibah akibat pandemi Covid-19 segera berlalu.

“Sesuai dengan imbauan Majelis Ulama (MUI) maka mulai shalat Magrib pada Sabtu (21/3) setiap shalat lima waktu harus membaca doa qunut nazilah,” kata Imam Masjid Sultan Kasimuddin, Sudjudi.

Masjid ini merupakan situs bersejarah dan tertua di provinsi Kalimantan Utara. Konstruksinya sudah dibangun sejak pemerintahan Kesultanan Bulungan, yakni Sultan Muhammad Kasimuddin (1901-1925). Setelah meninggal, dia dimakamkan di halaman masjid sebelah barat. Sedangkan makam di sekitarnya merupakan makam keluarga raja.

Pemugaran Masjid Kasimuddin dilaksanakan oleh Proyek Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Kalimantan Timur dari tahun anggaran 1992/1993-1993/1994. Luas lahan Masjid Kasimuddin 3.560,25 m2, dan luas bangunan 585,64 m2. ';