Suasana pada proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (26/5). Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta menyatakan bahwa kualitas udara di Jakarta pada momen lebaran tahun ini mencapai kondisi terbaik selama lima tahun terakhir seiring denga | Aprillio Akbar/ANTARA FOTO

Opini

Jaga Bumi Pascapandemi

Di tengah pandemi Covid-19 citra satelit mengungkapkan penurunan signifikan terhadap kuantitas nitrogen dioksida di bumi.

 

PRIMA GHANDI, Pengajar Departemen Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi Manajemen, IPB.

Sampai akhir 2019, bumi semakin rata, panas, dan sesak. Bumi menjadi rata sebagai dampak kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi komunikasi, dan transportasi. Penduduk bumi bisa terhubung atau bersaing dalam segala hal seolah bumi ada di atas pinggan datar.

Bumi semakin panas akibat kemajuan teknologi mempercepat laju peningkatan emisi gas rumah kaca ke atmosfer sehingga menghambat pelepasan hawa panas dari bumi ke luar angkasa. Bumi semakin sesak akibat jumlah penduduk semakin banyak.

Mereka bertumpuk di kawasan perkotaan tanpa diikuti upaya seimbang dalam pembenahan sarana prasarana pendukung kehidupan. Pada awal 2020, dalam kondisi bumi semakin rata, panas, dan sesak, bumi kedatangan “tamu”, yakni Covid-19.

Covid-19 membawa dampak pada seluruh aspek kehidupan penduduk dunia. Aktivitas ekonomi tingkatan lokal, nasional, internasional melambat bahkan berhenti. Proses produksi dan distribusi barang atau jasa mengalami stagnasi.

Di Indonesia, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi jauh lebih rendah dari target 2019. Kemenkeu memprediksi ekonomi hanya tumbuh minus 0,4 -2,3 persen, tak jauh dari prediksi sejumlah lembaga internasional, yakni sekitar 1-2,5 persen.

 
Pandemi Covid-19 mendukung kelestarian biodiversitas karena kehidupan satwa dan tanaman liar meningkat secara drastis. Salah satu penyebabnya, yakni berkurangnya aktivitas manusia di habitat alami satwa. 
 
 

Di tengah perlambatan ekonomi dunia akibat pandemi Covid-19, ternyata citra satelit mengungkapkan penurunan signifikan terhadap kuantitas nitrogen dioksida (NO2) di bumi. NO2 adalah gas yang dihasilkan dari mesin mobil dan pabrik manufaktur komersial.

NO2 adalah salah satu biang kerok buruknya kualitas udara. Di Eropa, kadar NO2 dilaporkan menurun. Kota Madrid mengalami penurunan kadar NO2 sebesar 48  persen, Paris 54 persen, Milan 47 persen, dan Roma 49 persen (European Space Agency, 2020).

Emisi karbon dioksida (CO2) turun pada masa pandemi Covid-19. Ketika kegiatan ekonomi terhenti, emisi CO2 berkurang. Di Cina, emisi CO2 turun sekitar 25 persen saat lockdown diterapkan (Carbon Brief, 2020). Terakhir kali ini terjadi saat krisis keuangan 2008 – 2009.

Pandemi Covid-19, secara tak sengaja ikut menyukseskan kampanye mengurangi polusi udara sebagai puncak hari lingkungan sedunia di Cina pada 2019.

Setiap 5 Juni, dunia memperingati hari lingkungan hidup dengan tujuan meningkatkan kesadaran global akan kebutuhan tindakan lingkungan bagi perlindungan alam dan planet bumi. Tema hari lingkungan hidup tahun ini adalah biodiversitas hayati.

Pandemi Covid-19 mendukung kelestarian biodiversitas karena kehidupan satwa dan tanaman liar meningkat secara drastis. Salah satu penyebabnya, yakni berkurangnya aktivitas manusia di habitat alami satwa. 

Pelarangan aktivitas industri pariwisata oleh pemerintah membuat aktivitas, seperti berburu, berkemah, dan berwisata di habitat alami satwa liar turun signifikan. Di sisi lain, berkurangnya kendaraan di jalan raya membuat satwa liar, muncul dari hibernasinya. Beberapa satwa liar cenderung bermunculan akibat ketidakhadiran manusia.

photo
Kabut tipis menyelimuti wilayah Bandung Raya yang terlihat dari Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Jumat (22/5). Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) melaporkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) membuat kualitas udara di Jawa Barat menunjukkan perbaikan dan perubahan dari sebelum dan sesudah PSBB diberlakukan - (RAISAN AL FARISI/ANTARA FOTO)

Instal ulang

Kondisi penduduk bumi yang diam, beribadah, dan bekerja di rumah mengakibatkan mobilitas sosial berkurang. Dampaknya, polusi udara menurun, lapisan ozon dan kualitas udara membaik. Keadaan bumi dan lingkungan seperti ini harus terus dijaga.

Terutama, saat pemerintah melakukan kebijakan pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19. Pemerintah akan memfokuskan empat hal.

Keempatnya adalah pemulihan industri, pariwisata, dan investasi, termasuk penguatan ketahanan pangan; reformasi sistem kesehatan nasional; reformasi sistem perlindungan sosial; dan reformasi sistem ketahanan bencana.

Dalam melakukan empat usaha pemulihan ekonomi, Indonesia harus menggunakan prinsip ekonomi hijau. Selain konsep energi bersih, konsep bio-intour bisa diterapkan dalam mengimplementasikan prinsip ekonomi hijau dalam pemulihan pariwisata.

Bio-intour (Bio-Infrastructure for Tourism Destinations) berbasis payment for environmental services (PES) tetap dikembangkan untuk pemulihan pariwisata berkelanjutan pascapandemi Covid-19.  

Bio-intour terdiri atas dua aspek, yaitu fisik dan nonfisik. Aspek fisik terdiri atas pemilihan material bangunan penunjang objek wisata ramah lingkungan. Aspek nonfisik merupakan implementasi PES dalam pembangunan konsep fisik bio-intour.

 
Dalam melakukan empat usaha pemulihan ekonomi, Indonesia harus menggunakan prinsip ekonomi hijau.
 
 

PES adalah kelembagaan yang mengatur kompensasi dari pajak atau retribusi daerah bagi penjaga kelestarian dan keseimbangan ekosistem objek wisata. Ini berupa alokasi persentase biaya konservasi dari APBD atau APBN, trust fund atau CSR swasta.

Konsep bio-intour akan terwujud dengan dukungan masyarakat, akademisi, dan pemerintah. Masyarakat, membangun dan menjaga objek wisata. Pemerintah, mendukung melalui kebijakan dan evaluasi kegiatan berbasis jasa lingkungan pada objek wisata.

Bila bio-intour dijalankan di seluruh kegiatan wisata di Indonesia pascapandemi Covid-19, target jangka panjang pertumbuhan ekonomi  masuk jalur low carbon economy dengan angka 5,6 persen sampai 2024 dan rata-rata 6 persen sampai 2045 tercapai.

Penyebabnya, nilai ekonomi dari suatu objek wisata tidak berkurang sehingga jasa lingkungan yang didapatkan wisatawan mencapai titik optimal dan masyarakat sekitar mendapatkan nilai tambah dari wisata berkelanjutan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat