nyeri lutut--osteoarthritis | memorial.com.fr

Sehat

Bebaskan Nyeri Lutut Membandel

Nyeri lutut terjadi di sendi yang mengalami peradangan dan kerusakan tulang rawannya.

Harapan hidup yang sema kin panjang membuat po pulasi usia lanjut terus meningkat di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Peningkatan populasinya cenderung berbanding lurus dengan kejadian penyakit terkait usia tua. Salah satu contohnya adalah osteoarthritis atau lebih dikenal sebagai peradangan sendi.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), osteoarhtritis menyebabkan disa bilitas tersering pada kelompok usia lan jut. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga memprediksi, pada 2050 akan ada se kitar 130 juta orang penderita osteo arthritis di seluruh dunia. Sekitar 40 juta di antaranya diprediksi mengalami disabilitas.

 
Sebanyak 33 persen dari orang de wasa mengalami osteoarthritis setidaknya pa da satu sendi sejak usia 65 tahun. 
Spesialis ortopedi dan traumatologi Siloam Hospitals Kebon Jeruk dr Karina Be singa SpOT(K)
 

Peradangan sendi terjadi karena penipisan tulang rawan pada sendi yang pada akhirnya menyebabkan kedua tulang di sendi saling menyentuh dan menye babkan gejala. Beberapa gejala yang mungkin terjadi adalah nyeri, bengkak, kaku, sulit bergerak, hingga bengkok. Faktor peningkatan risiko osteoarthritis adalah jenis kelamin perempuan, usia lanjut, genetik, obesitas, kelainan anatomi tungkai bawaan, dan riwayat trauma sebelumnya.

Bagian yang kerap terjadi peradangan adalah di setiap sendi tubuh, seperti lutut, tangan, panggul, dan tulang belakang. Na mun, sendi yang paling sering mengalami kondisi ini adalah sendi lutut. Kenapa? Lutut merupakan area tubuh yang mena han sekitar 75 persen berat badan. Orang dengan bobot 50 kilogram membuat ma sing-masing lututnya menerima beban gesekan minimal 15 kilogram setiap kali tubuh bergerak.

"Coba gosok tangan selama beberapa detik, akan terasa panas. Itu baru gesekan tanpa berat badan. Bayangkan lutut kita menampung 75 persen berat badan," lanjut Karina. Proses perkembangan dari sendi normal menjadi osteoarthritis ber langsung perlahan. Seiring menipisnya tulang rawan, gejala yang muncul pun terasa makin berat.

Osteoarthritis dapat dibagi ke dalam empat tahap (grade) yang bisa dilihat melalui pemeriksaan X-Ray. "Ada grade I sampai IV. Kalau di X-Ray, kita lihat namanya kissing bone, jadi antartulang paha dan tulang tungkai bawah itu lang sung menempel," jelas spesialis ortopedi dan traumatologi dari tempat yang sama, yaitu dr Daniel Marpaung SpOT.

Target terapi pada grade awal adalah me ngurangi rasa sakit dan menjaga kon disi sendi tidak bertambah rusak. Soal nya, tulang rawan yang rusak tak bisa tumbuh kembali sehingga perlambatan laju kerusakan penting dilakukan.

Pada grade I dan II, terapinya adalah fi sioterapi, obat antinyeri, maupun pe nyun tikan hyaluronic acid. Sedangkan, pada tingkat lanjut, terapi dengan artros kopi (teropong sendi) maupun operasi peng gantian sendi (artroplasti) bisa dila kukan. Teropong sendi ditujukan untuk memper baiki bantalan tulang atau lapisan tulang rawan yang robek di lutut. Ter ka dang, dok ter juga bisa melakukan tindak an cartilage debridement dengan artros kopi.

Daniel mengatakan, artroskopi adalah tindakan minimal invasif dan bisa dilaku kan hanya dengan membuat dua lubang kecil di lutut. "Kita juga bisa melakukan cartilage transplant atau menempel tu lang rawan yang bolong dengan cartilage yang baru."

Pada grade III dan IV, operasi artro plasti bisa dipertimbangkan dengan mem buang lapisan sendi yang rusak dengan im plan. Saat ini, ada dua opsi untuk artro plasti, yaitu penggantian sendi lutut total (total knee arthroplasty-TKA) dan peng gantian sendi lutut sebagian (unicompartmental knee arthroplasty-UKA).

Kenali artroplasti
TKA dilakukan untuk mengganti selu ruh permukaan sendi lutut dengan im plan. Caranya adalah bagian rusak dikikis dan dipasangkan implan sebagai 'crown'. "Jadi, lutut sebenarnya nggak diganti, tapi dilapis, yang rusak dikikis," terang Karina.

Operasi koreksi tulang ini, jangkauan gerak pasien bisa diperbaiki. Misalnya, kata dia, pasien osteoarthritis berat yang semula hanya memiliki mean knee flexion 0-30 derajat bisa mencapai 125 derajat setelah operasi. Namun, tak semua pasien meng alami kerusakan di seluruh permu kaan sendi lutut, jadi bisa saja hanya salah satu sisi sendinya saja.

photo
Salah satu terapi untuk mengatasi permasalahan nyeri pada lutut - (webmd.com)

"Mayoritas orang Asia kerusakannya hanya di satu sisi," kata Kepala Divisi Hip, Knee, and Geriatric Trauma (HKGT) Ortho paedic Center Siloam Hospitals Kebon Jeruk Dr dr Franky Hartono SpOT (K). Pada kasus ini, pemotongan sendi yang masih sehat bisa dihindari melalui operasi UKA.

UKA tergolong teknologi operasi baru penggantian sendi lutut secara sebagian atau sekitar 25 persen dari permukaan sendi. "Pendarahan operasi lebih sedikit sehingga luka operasi lebih cepat sem buh," jelasnya.

Tak hanya itu, nyeri pascaoperasi pa sien dengan operasi UKA cenderung lebih ringan. Dalam satu sampai dua hari, pa sien bisa mulai latihan berjalan sehingga waktu rawat inapnya lebih singkat di ban dingkan TKA.

Ditambahkannya, pergerakan lutut pasien juga lebih alami meski menda pat kan implan. Kemampuan menekuk lutut nya lebih luas sehingga pasien bahkan bisa bersila, jongkok maupun melakukan olahraga low impact. Karena itu, UKA cocok dilakukan untuk pasien dengan gangguan lutut yang masih ingin bergerak aktif dan berkegiatan secara produktif.

Berdasarkan studi, hasil ketahanan implan UKA mencapai 96 persen pada se ribu pasien dalam waktu 10 tahun. Keta hanan ini tetap tinggi untuk waktu lebih lama, yaitu 94 persen dalam 15 tahun dan 91 persen dalam 20 tahun.

Namun, tidak semua pasien osteo arthritis berat bisa menjalani UKA karena ada beberapa indikasi yang perlu diper hatikan. Indikasinya adalah pasien de ngan kerusakan hanya di satu sisi sendi, ligamen yang masih baik, dan sisi luar sendi masih normal. UKA tak bisa dila kukan jila kerusakan sendi lututnya cukup banyak dan pada pasien dengan infeksi atau menderita rematik.

"Karena kalau yang rematik itu terlalu banyak inflamasinya, malah kurang bagus karena bengkak terus dan lama," jelas Franky. Sedangkan TKA, lanjut Franky, bisa dilakukan untuk kerusakan apa pun pada sendi lutut. Pasien yang rematik juga bisa menjalani TKA.

Para pasien dengan TKA maupun UKA, kata dia, bisa kembali beraktivitas dengan baik pascaoperasi. Namun, untuk mencapai tahap tersebut pasien perlu melakukan rehabilitasi dan penguatan otot dulu. "Kita harapkan dalam satu bulan sudah bisa beraktivitas baik."

Daniel menambahkan, pasien sudah bisa memulai fisioterapi di hari pertama pascaoperasi. Pada hari kedua, pasien mulai diajak latihan duduk dan berjalan agar dapat berjalan dengan bantuan walker ataupun tongkat setelah pulang. "Tidak butuh waktu lama. Apalagi dengan UKA yang minimal invasif, nyerinya lebih sedikit sehingga bisa cepat dimobilisasi."

Yang perlu diingat, tulang rawan yang rusak akibat osteoarthritis tidak bisa tumbuh kembali. Jadi, jika osteoarthritis dibiarkan, gejalanya makin berat. Bukan tidak mungkin nantinya pasien akan ber gantung pada kursi roda jika penyakitnya tidak ditangani sesegera mungkin. ed: dewi mardiani

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat